Ketakutan

34 3 0
                                    

Wajah Rayqa tampak lesu. Sejak tadi pagi dia tidak berbicara apa-apa. Jika biasanya dia sudah berulah dan membuat banyak orang sakit kepala, hari ini dia lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam kelas. Seakan tubuhnya lengket di kursi, sama sekali tak kemana-mana hingga bel pulang sekolah berbunyi.

Nessa sudah pulang sejak tadi. Sedangkan Aisha katanya ada kajian dengan teman-teman rohis. Tinggallah Rayqa yang sedang berdiri di depan gerbang.

Dia mencoba menelepon ayah-nya, tapi tidak dijawab. "Ck ... Papa mana, sih? Lagi sibuk di kantor, ya? Kalau gitu aku pulang sama siapa, dong?" gerutu Rayqa.

Gadis itu mencoba untuk menetralkan pikirannya. Dia merogoh saku bajunya. Berharap masih ada uang yang tersisa agar dia bisa menumpang angkot. Namun sayangnya tak sepeser uang pun dia dapat.

Rayqa tak menyerah. Dia melepas tasnya dan berharap akan menemukan uang. Namun seperti tadi, harapannya tidak menjadi kenyataan.

"Ah, elah, misquen amat gue sampai duit buat bayar angkot aja gak punya," gumamnya kesal. Dia merutuk dirinya sendiri sampai tidak sadar kalau ada yang berjalan menghampirinya.

"Kenapa lo?" Rayqa menoleh ke sumber suara. Wajahnya yang kusut langsung berubah masam begitu tahu siapa yang tengah mengajak dia berbicara.

Laki-laki pendiam dan irit bicara yang sangat Rayqa benci. Kini dia berdiri dengan tatapan tak berdosa di sebelah Rayqa. Berlagak tak tahu kalau gadis itu sudah terganggu dengan kehadirannya.

"Gue tanya, lo kenapa?" tanya Farel sekali lagi.

"Buat apa lo tanya kayak gitu?" selidik Rayqa.

"Gak ada. Gue cuma tanya aja."

"Dasar kepo!" tukas gadis itu tiba-tiba. Tapi Farel hanya menanggapinya dengan dehaman pelan.

Rayqa mengedarkan pandangannya ke arah lain. Sekolah sudah tampak sepi. Hanya mushola yang tampak ramai. Di area perempuan terdapat banyak siswi yang mengikuti pengajian. Begitu juga di area laki-laki.

Ada satu orang yang menarik perhatian Rayqa.

"Itu ..." Dia memicingkan matanya. Tampak ragu dengan penglihatannya. Melihat gerak-gerik Rayqa, Farel ikut melihat ke mushola.

"Oh, Rayyan," gumam laki-laki itu.

"Itu beneran Rayyan? Berandalan kayak dia ikut kajian? Hah?"

"Kayak lo bukan berandalan aja," sindir laki-laki itu kalem. Rayqa berdecak kesal, lantas memilih untuk berjalan meninggalkan Farel.

Tanpa Rayqa sadari, Farel ikut berjalan di belakangnya. "Lo pulang jalan kaki?"

Gadis itu menoleh ke belakang, masih memasang wajah masam. "Menurut lo?"

"Pulang bareng gue aja," tawar Farel.

"Males gue pulang bareng fakboy," cetus Rayqa asal. Mendengar itu, Farel langsung mengernyit.

"Fakboy?" Farel mengulang kata yang Rayqa sebutkan tadi. Gadis itu hanya mengangguk tanpa rasa berdosa. Tidak peduli dengan ekspresi bingung Farel.

Fakboy? Pacaran aja gue gak pernah. Gue gak pernah baperin cewek. Gak ada cewek yang deket sama gue selain Rayqa.

Sementara Rayqa menahan tawa melihat ekspresi bingung Farel. "iya, fakboy. Nama lo Farel, kan? Sama, dong, kayak Farel yang di sinetron Heart Series. Netizen bilang Farel itu fakboy," jelas Rayqa sambil tersenyum tipis.

Farel hanya mengangguk-angguk saja. Mengerti sedikit apa yang Rayqa katakan.

"Ya, udah, gue pulang dulu. Balik sana lo. Nanti dicariin emak lo." Usai mengatakan itu, Rayqa segera berlari menjauh. Sementara Farel berhenti berjalan. Menyadari kalau dia seharusnya menunggu Pak Ucup di depan gerbang.

Nerasha {COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang