Hari yang Buruk

67 9 2
                                    

Ternyata benar, itu dia. Kenapa dia harus ada di sini?

- Hey, Sister! -

"Heh, kalian sedang apa?!"

Suara serak basah itu membuat tiga gadis itu serempak menoleh. Aisha bernapas lega ketika melihat seorang laki-laki paruh baya membuka gerbang sekolah. Berlari menghampiri ketiga gadis itu.

"Ondeh mandeh, ini sekolah, lho. Tempat buat menimba ilmu, bukan nyari ribut! Udah telat, eh, malah debat. Mendingan sekarang kalian ikut saya ke ruang kepala sekolah," kata laki-laki itu dengan suara tegas. Mau tak mau tiga murid itu mengalah dan mengikuti gerakan laki-laki yang diduga sebagai satpam sekolah.

Acara MPLS masih berlangsung. Nessa hanya bisa melirik kerumunan anak baru itu dengan pandangan iri. Lebih baik juga dia ikut MPLS, berbaur dengan murid baru lainnya, dibanding harus pergi ke ruang kepala sekolah. Pasti mama-nya mengomel lagi nanti.

"Assalamualaikum, Pak Salman ..."

"Wa'alaikumsalam, orang yang anda cari sedang tidak ada. Silakan tinggalkan pesan setelah bunyi berikut, tuut ... tuut ... tuut ..."

Rayqa membulatkan matanya. Takjub melihat kelakuan kepala sekolah yang kelewat garing itu. Yah, setidaknya beliau tidak kaku dan kelewat serius seperti kepseknya dulu di SMP.

"Ah, Bapak bisa aja. Ini ada tiga murid terlambat datang ke sekolah, terus tadi juga sempat berantem," lapor laki-laki paruh baya itu sambil menunjuk murid-murid yang ia maksud. Sang kepala sekolah menelengkan kepalanya sedikit, memperhatikan ketiga gadis di belakang laki-laki paruh baya itu.

"Baik, terima kasih, Pak Mahmud. Saya akan urus mereka bertiga," ujar sang kepala sekolah.

"Saya permisi dulu, Pak." Tanpa berbasa-basi lagi, satpam itu meninggalkan ruangan kepala sekolah.

"Eh, kalian bertiga, duduk, dong. Jangan berdiri mulu kayak nunggu angkot," canda kepala sekolah itu. Ketiga gadis itu duduk di sofa yang berada di dekat mereka. "Panggil aja Pak Salman. Nah, yang itu tadi satpam sekolah, Pak Mahmud."

Nggak nanya, batin Rayqa dalam hati.

"Kalian terlambat, ya? Karena apa?" tanya Pak Salman mengawali percakapan. "Oh, ya, sambil perkenalan diri, ya. Soalnya tak kenal, maka tak sayang, hehehe ..."

"Eh, nama saya Nessa Aprilia, saya terlambat karena bangun telat," kata Nessa sambil terus menatap sepatunya.

"Sebelumnya maaf, Pak, nama saya Aisha Nur Nabila. Saya telat karena membantu ibu mengurus adik-adik saya."

"Saya Rayqa, terlambat karena mau saya."

Sontak Aisha dan Nessa menoleh ke arah Rayqa, terkejut dengan pernyataan nya. Tidak percaya dengan tingkah nekat Rayqa. Mungkin bagi Rayqa itu adalah hal normal. Mengingat tingkahnya yang kerap kali membuat orang mengelus dada.

Pak Salman mengangkat sebelah alisnya. "Oh, gitu? Ya, udah, saya terima alasan anti-mainstream-nya," sahut Pak Salman kalem.

Rayqa mendengus. Tidak merasa bersalah sama sekali.

"Baiklah, Nessa, Aisha, dan Rayqa, sekarang silakan kalian ke halaman belakang dan bersihin sampai benar-benar bersih, ya," titah Pak Salman dengan suara lemah lembut, namun lama kelamaan terdengar menyebalkan.

Yang paling pertama bergerak adalah Rayqa. Dia segera berdiri dan keluar dari ruangan kepala sekolah. Aisha yang melihatnya sudah jelas kesal dengan kelakuannya yang tidak sopan. Dia pamit pada Pak Salman dan mengamit tangan Nessa untuk mengikuti Rayqa.

Nerasha {COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang