Pembicaraan

38 4 0
                                    

Dulu kita saling cinta, namun kita malah mengambil jalan yang salah

- Hey, Sister!

"Capek gue," gerutu Nessa pelan. Dewi menoleh ke arahnya. Mengernyit melihat tingkah Nessa.

"Kenapa, sih, Sa? Ngomel mulu dari tadi," kata Dewi dengan wajah heran.

Nessa melirik teman sebangkunya itu dengan pandangan memelas. "Gue laper, dan gue capek mikir. Lo tahu, kan, gue gak suka akuntansi," tuturnya pelan.

Semua murid 10 IPS-2 tahu kalau berbicara kala pelajaran akuntansi adalah pelanggaran berat. Pak Heri tidak suka ada yang berbicara ketika pelajaran berlangsung. Kalau ada yang ketahuan, maka akan langsung dijatuhi hukuman.

"Iya, gue tahu. Dari satu pekan yang lalu lo selalu bilang itu sama gue. Tapi kalau lo memang gak suka akuntansi, ngapain lo masuk kelas IPS, Zeyeng?" Nessa menghembuskan napas pelan. Dia masuk IPS karena dia suka pelajaran sejarah dan dia kurang suka pelajaran matematika. Alasannya yang dapat diterima, kan?

"Tapi sumpah, gue pengen kabur dari pelajaran ini. Gue gak tahan lagi!" Dewi menatap temannya itu dan tersenyum tipis. Dia menepuk-nepuk bahu Nessa pelan tanpa suara.

"Sabar, ya. Orang sabar disayang tuhan."

Gadis itu menggaruk kepalanya pelan. Saat Dewi sudah memfokuskan diri dengan buku di depannya, Nessa masih berpikir bagaimana caranya pergi dari sini. Rasanya dia ingin dihukum lagi seperti beberapa hari yang lalu. Dengan begitu dia bisa keluar dari kelas dengan alasan yang dapat diterima.

"Waktunya lima menit lagi, ya." Spontan Nessa kembali melihat buku tulisnya. Menenggak ludah dan mengusap peluh di dahi karena masih banyak soal yang belum dia kerjakan.

Oke, ini saatnya gue pakai jurus SKS, sistem kebut sekejap.

Segera saja tangannya menulis dengan cepat di atas buku. Bolak-balik melihat buku paket untuk melihat cara pengerjaannya. Walaupun kurnag suka dengan pelan akuntansi, tetap saja Nessa Tidka mau nilainya di pelajaran tersebut hancur. Sebisa mungkin dia akan membuat nilainya sempurna.

"Waktu habis. Kumpulkan buku kalian di depan. Orang tercepat akan mendapatkan nilai plus dari bapak." Hampir seisi kelas panik karena belum selesai mengerjakan. Berbending terbalik dengan Nessa yang santainya berdiri dan membuat Dewi terpelongo.

Dengan senyum mengembang, dia menggerakkan tangannya, hendak meletakkan buku tersebut dan mendapatkan nilai plus, jika tidak ada ornag lain yang lebih dulu meletakkan buku.

"Kamu membuat saya terkejut, Rayyan." Mata Nessa membulat. Dia menatap sosok lain yang tengah tersenyum puas di sebelah Pak Heri.

Di tenagh keterkejutannya, Pak Heri menatap gadis itu. "Dan kamu juga membuat saya terkejut, Nessa. Saya pikir kamu tidak suka akuntansi. Tapi saya bangga karena kamu bisa menyelesaikan tugas meski tidak menjadi ornag tercepat."

Nessa mendengus. Sempat-sempatnya melirik Rayyan dengan tatapan tajam.

Awas kamu, Rayyan!

-Nessa-

"Aisha, Fatih, bisa maju ke depan?"

Mata Pak Wahyu bergantian mengarah kepada Aisha dan Fatih yang masih duduk di kursinya masing-masing. Belum bergerak sama sekali. Padahal sudah mendengar panggilan Pak Wahyu dengan jelas.

"Aisha, Fatih, kalian dengar suara Bapak, kan? Ayo, maju ke depan!" Gadis berjilbab itu akhirnya memutuskan untuk mengalah dan berdiri dari tempat duduknya. Bersamaan pula dengan Fatih yang langsung berjalan ke depan tanpa menoleh ke arah Aisha.

Nerasha {COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang