SL 03

6 2 0
                                    

Adel mengomel sepanjang koridor sekolah yang dilewatinya. Seharian ini tenaga dan emosinya udah terkuras habis.
Tadi aja, pas sesi game ia mendapat hukuman lagi! Kelompoknya kalah, itu semua gara-gara Arka, ehh sebenarnya sih salahnya Adel, karena ia tidak fokus saat bermain, tapi karena penyebab ketidak fokusan Adel ialah Arka jadi ia terus menyalahkannya.

Entah kenapa sikap Arka yang dingin dan cuek terhadap orang lain, itu tidak ada saat ia berhadapan dengan Adel. Arka selalu ingin berbuat usil pada Adel, entah apa penyebabnya! dirinya sendiri pun tak mengerti dengan sikapnya. Rasanya ada kesenangan tersendiri bagi dia saat melihat Adel sedang emosi, Adel tidak akan berhenti mengoceh, dan itu terlihat sangat lucu bagi Arka.

Adel saat ini sudah berada di luar gerbang. Ia sedang berjalan menuju halte bis. walaupun Adel berasal dari keluarga berada, tapi ia tidak pernah malu jika harus menaiki bis ataupun angkot. Berbeda dengan anak orang kaya pada umumnya, yang biasanya akan tidak mau jika disuruh naik angkutan umum. Alasan mereka berbeda-beda, ada yang bilang gerah lah, kotor lah, dls. Adel tidak seperti itu, orang tuanya mendidik Adel supaya jangan jadi anak manja, dan jangan pernah sombong dengan apa yang kita punya saat ini. Karena memang itu sifatnya sementara. Tuhan bisa mengambil semua itu kapanpun dia ingin.
     
                         ***

Adel duduk menunggu bis datang. Ia tidak sendirian, ada satu orang perempuan bernama Intan yang kebetulan satu kelas dengannya. Tiba-tiba sebuah motor ninja berhenti di depan mereka. Itu adalah Arka. Adel yang melihat kedatangannya, ia berpura-pura tak melihat. Ia sangat lelah hari ini, ia tidak mau menghabiskan sisa tenaganya untuk bertengkar dengan Arka.

Arka menatap Adel "Mau pulang bareng?" Katanya. Adel yang merasa Arka sedang berbicara denganya langsung menoleh. Tatapannya tampak sinis.

"Tidak, terima kasih. aku masih punya uang untuk menaiki bis" Adel menjawab dengan nada yang ketis. Ia menekankan Kata aku masih punya uang untuk menaiki bis, guna menyinggung Arka yang tadi hendak meminta bukunya.

" Siapa juga yang mengajak dirimu" Arka memberi jeda pada bicaranya. "Intan, mau pulang bareng?" lanjutnya lagi, ia beralih menatap Intan.

Grrrrr...! Adel yang mendengarnya langsung memelototkan matanya. Ingin rasanya Adel meninju wajah pria ganteng di depannya ini. Kalau saja ia tak ingat bahwa dia adalah kakak tingkatnya.. "jika memang dia berniat mengajak Intan bukan diriku,,, mengapa tatapannya mengarah padaku,:bukan pada Intan! Sungguh pria menyebalkan!" Gerutunya dalam hati.

Intan yang mendengar perkataan Arka hatinya langsung girang. Ingin sekali ia melompat kesana kemari saking senangnya. Namun ia urungkan supaya arka tidak jijik padanya, karena setau dirinya arka sangat tidak menyukai cewek-cewek yang agresif.

Intan dan Arka itu dulunya satu Smp. Intan cukup mengenal lama Arka. Dari sikapnya yang dingin terhadap kaum perempuan Intan menyimpulkan bahwa Arka tidak akan mudah didapatkan.
Makanya pada saat Arka mengajaknya pulang bareng Intan merasa sangat senang. Karena mungkin ia merupakan salah satu perempuan beruntung yang diajak langsung oleh ganteng nan tajir itu..

"Emangnya boleh kak? Lagipula takut ngerepotin" ucap intan. Sebenarnya ia ingin langsung meng'iyakan tawaran dari Arka, hanya saja ia urungkan.

"Boleh dong. ga ngerepotin juga, ini kan aku yang ngajak." Arka menyungingkan senyumnya. Matanya sekali-kali melihat ke arah Adel.

"Yaudah boleh deh ka" Intan beranjak dari duduknya lalu merapihkan roknya yang sedikit kusut. tak lupa ia juga berpamitan pada Adel.
"Adel duluan yah." Intan tersenyum ramah pada Adel. Adel hanya membalasnya dengan anggukan kepala. Raut wajahnya masih menampakan kekesalannya. Sebenarnya ia juga malu sama Intan karena tadi ia tiba-tiba menjawab tawaran Arka yang sebenarnya bukan untuknya melainkan untuk Intan.

Senior LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang