Dahyun tak henti-hentinya menatap kagum isi pabrik rahasia milik Jimin itu. Dia sungguh takjub dengan bersihnya pabrik tersebut. Ditambah lagi dengan alat-alat canggih yang sibuk melakukan pengemasan pada produk-produk itu.
"Kau sudah tiba?" tanya seorang pria paruh baya dengan jas berwana putihnya. Dia kemudian menghampiri Jimin lalu menjabat tangannya. "Siapa dia?"
"Dia Dahyun," jelas Jimin yang kemudian membuat Dahyun membungkukan tubuhnya. Dia lalu tersenyum sambil mengedarkan pandangannya ke seisi pabrik itu. Dia sungguh tak sabar jika produk ini akan diluncurkan nantinya. Pasti semuanya akan sangat luar biasa.
"Mau berkeliling?" tanya Jimin yang tentu saja membuat Dahyun dengan segera menganggukan kepalanya.
"Ini benar-benar luar biasa," jelas Dahyun sambil menatap ke arah mesin besar itu. Dia kemudian menatap Jimin seolah ingin mengatakan sesuatu. Namun Jimin sudah terlebih dahulu mengetahuinya. Itulah kenapa dia saat ini langsung mengacak rambut Dahyun gemas.
"Aku belum menjualnya dan kau sudah menginginkannya? baiklah, aku pasti akan memberikan samplenya padamu."
Dahyun memang sudah menyukai make-up dari dulu. Bahkan dia sering membantu trainee lain untuk memoleskan make-up untuk mereka. Namun satu hal yang belum dia miliki adalah kotak untuk menyimpan semua make-upnya seperti make-up artist pada umumnya.
"Kau melamun?" tanya Jimin yang membuat Dahyun sedikit tersentak.
"Tidak sama sekali, aku hanya ingat saat aku memoles make-up pada teman-temanku dulu. Kau tahu? mereka selalu saja memujiku," jelas Dahyun sambil mengingat-ngingat. "Dan aku selalu membayangkan jika aku bisa menjadi make-up artist sepertimu."
"Kau tahu? dulu ibuku sempat menentang keinginanku untuk menjadi seorang make-up artist. Kau tahu sendiri bagaimana para pria di bidang itu terlihat seperti ya....kau juga tahu,"
"Aku selalu belajar make-up secara diam-diam dan suatu hari aku sungguh mempraktekannya. Hari itu, hari pertamaku bekerja di sebuah salon kecantikan. Di sana aku bertemu dengan banyak orang penting dan di sanalah pertama kalinya aku menemukan cinta pertamaku," jelas Jimin yang diiringi senyumannya saat tatapannya bertemu dengan Dahyun. "Bukankah alur ceritanya sama?"
"Sama?"
"Denganmu. Kau juga—"
"Anieyo, bukankah oppa yang lebih dulu menyukaiku?" tanya Dahyun yang membuat Jimin memasang wajah berpikirnya.
Benar juga!
"Apa aku mengatakan hal yang benar?"
"Lupakan, ayo kembali berkeliling."
Dahyun menahan tawanya melihat ekspresi malu dari Jimin. Ini sungguh pertama kalinya dia melihat Jimin merasa malu. Padahal biasanya Jimin selalu percaya diri dengan apapun yang dia katakan.
"Kau menyembunyikan Dahyun?" tanya Taehyung sambil terus mencari keberadaan gadis Kim itu.
"Untuk apa aku melakukannya? Dahyun memang tak ada di sini. Dia pergi."
"Dengan?"
"Jimin-ssi. Sepertinya mereka berkencan."
Taehyung menatap Eunbi tak percaya lalu mendesah. "Kenapa kau tidak mengatakannya dari tadi?"
"Aku sudah mencoba untuk mengatakannya. Tapi kau terus saja mencari Dahyun."
Taehyung menghela napasnya lalu memilih untuk duduk. "Apa kau yakin mereka berkencan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch!✔️
Fanfic"Aku tidak tahu sentuhanmu bisa merubah takdirku" Terinspirasi dari drakor dengan judul yang sama