Jimin meraih tangan orang itu. Dia tersenyum lalu melepas topi orang itu dan begitu terkejut dengan apa yang dia lihat. Dia melepaskan genggaman tangannya lalu memundurkan langkahnya.
"Kau?"
"Siapa?" tanya Dahyun yang kemudian memeriksa siapa orang yang Jimin ajak bicara.
Tangan Jimin kini mengepal, membuat Dahyun dengan segera menggenggam tangannya agar Jimin tak meledakan emosinya.
"Ja-jangan salah sangka," pinta Seulgi. "Aku hanya ingin membantumu."
Jimin berdecih dengan pernyataan dari Seulgi. Dia sungguh tak percaya jika Seulgi ada di sana untuk membantunya. Terlebih karena dia merupakan istri dari pria yang sudah merebut segalanya darinya.
"Tenang," bisik Dahyun yang kemudian meminta Jimin untuk berdiri di belakangnya saja. Sepertinya dia yang harus bicara pada Seulgi sebab Jimin sudah terlihat tak bisa mengendalikan emosinya.
"Seulgi-ssi, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Dahyun sembari mendekat ke arah Seulgi.
"Aku ingin tahu apakah suamiku mengambil produk milik Jimin atau tidak. Tapi ternyata tidak sama sekali." Seulgi melepas mantel hitam miliknya lalu dia sampirkan ke tangan kirinya. "Profesor yang membantu Jimin ternyata berkhianat."
Jimin mengepalkan tangannya. "Jangan asal bicara."
"Aku serius, beberapa hari yang lalu profesor itu datang ke rumahku," ujar Seulgi yang kini memilih untuk duduk. "Aku bisa membantumu memecahkan semuanya."
Merasa tak percaya dengan yang dikatakan Seulgi, Jimin mulai mencari nomor profesor Kang yang membantunya. Namun nomornya kini tak bisa dihubungi, membuat Jimin mulai percaya pada Seulgi.
"Aku kemari dengan mempertaruhkan segalanya."
"Memangnya siapa yang menyuruhmu?" ketus Jimin yang hanya membuat Seulgi menghela napasnya. Dia cukup penasaran karena Jimin sepertinya masih menyimpan rasa benci yang besar padanya.
Seulgi mengeluarkan sebuah kertas berisi kontrak kerja perusahaan Jaebeom dengan profesor Kang. Dia lalu menunjukannya pada Jimin.
"Ternyata kesetiaan bisa dibeli dengan sejumlah uang," gumam Jimin yang sepertinya berniat untuk menyindir apa yang terjadi sebelumnya.
Dahyun hanya menatap Jimin lalu Seulgi secara bergantian. Dia bisa lihat kebencian yang besar dari sorot mata dan juga cara bicara Jimin. Namun lain halnya dengan Seulgi yang sepertinya masih menyimpan perasaannya untuk Jimin.
Jimin kembali meletakan kontrak itu. "Terimakasih untuk informasi ini."
"Masih ingin bicara padaku dengan dingin?" tanya Seulgi yang membuat Jimin mengangkat kedua bahunya.
"Tergantung."
Jimin lalu beranjak untuk mencari bukti lain sedangkan Dahyun dan Seulgi masih berada di sana.
"Kau kekasihnya?" tanya Seulgi yang membuat Dahyun langsung saja mengangguk. Lagipula itu memang kebenarannya. "Kau beruntung."
"Dia memang luar biasa," ujar Dahyun yang kemudian mulai melangkahkan kakinya. Namun Seulgi sudah menggenggam tangannya dan membuat langkahnya terhenti.
"Ya, dia memang luar biasa."
"Lalu kenapa eonni meninggalkannya?" tanya Dahyun yang kemudian melepas tangan Seulgi dan menyusul Jimin.
Seulgi terdiam. Pertanyaan Dahyun seolah menusuk relung hatinya yang paling dalam. Dia tahu, tak sepantasnya dia meninggalkan Jimin demi Jaebeom saat itu. Tapi mau bagaimana lagi? dia sudah termakan rayuan pria Im itu hingga dia berani meninggalkan Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch!✔️
Fanfic"Aku tidak tahu sentuhanmu bisa merubah takdirku" Terinspirasi dari drakor dengan judul yang sama