Kisah 5 orang pemuda yang hidupnya mendadak berubah 180 derajat, saat bayi tanpa asal-usul hadir diantara mereka.
Apa yang akan mereka lakukan ?
• 1st chapter published May 20th 2020.
#5 in Day6 29082020
#4 in Day6 05092020
Rumah bernomer 6 itu rasanya belum lengkap jika tidak ada kebisingan di dalamnya. Entah itu Damai dan Wira yang saling berebut remot tv, atau Je dan Brian yang berdebat soal mana yang lebih dulu dituang antara sereal dan susu.
Ditambah adanya penghuni baru, yaitu Ayis yang kini selalu rutin ikut menyumbang kebisingan pagi hari dengan tangisan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bang Je daripada ribut mulu sama Brian, mending bantuin gue bikin susu buat Ayis aja sini" sindir Sadana yang sedang memaksa tangannya untuk bisa multitasking menggendong Ayis, memegang botol susu, menyendokkan susu bubuk, hingga memanaskan air di panci.
Je yang masih sibuk beradu argumen di meja makan dengan Brian hanya menghela napas. "Inget ya Bri ini debat belum selesai, nanti tetep kita lanjut"
"Berisik bang, udah ah sana"
"Apa lo kata ?"
"Ipi li kiti ?"
"Je..." suara Sadana mengintrupsi kembali keduanya dari perdebatan.
"Iya, sini gue perlu bantuin apa nih ?"
Sadana memberikan satu botol susu. "Isiin sama susu bubuk, gue gak tau takarannya". Je hanya mengangguk mantap, karena sudah jelas dalam hal seduh-menyeduh susu, Je lah yang paling jago diantara yang lainnya.
"Udah ini doang kan ? Takaran airnya lu tau kagak ?"
"Tau kok kalo itu, tenang aja takaran airnya segin—"
DrrtDrrt
Ponsel di saku Sadana berbunyi, tanda ada panggilan masuk.
"Tolong sekalian ambilin hp gue dong di saku celana samping, tangan gue masih repot". Tangan Je dengan sigap langsung melesap masuk kedalam saku celana Sadana, berusaha mencari benda pipih tersebut.
"Jangan malah raba-raba yang lain bego"
"Ya mana tau anjir, lagian hp lo disebelah mana sih in— nah ini ketemu!"
Je diam sejenak menatap layar ponsel dengan lekat.
"Angkat Je bukan cuma diliatin"
"Mampus.."
"Bapak gue ya ? Sini gue yang angkat sendiri aja"
"Ibu kontrakan ini yang telepon".
"HAHHH ?!". Brian yang awalnya sedang sibuk mengunyah, ikut terkaget dengan menyemburkan sebagian sereal dari dalam mulutnya. "Ngapain Kanjeng Ratu telepon ?".
Sadana hanya mengedikkan bahu tanda tak tahu.
Digesernya ikon hijau pada layar. "Halo bu ? maaf Sadana nya lagi di dapur jadi Je yang angkat"