8.

369 82 10
                                    


"Aduh, senter gue baterainya abis" gerutu Bomin yang berjalan dibelakang bersama Yangyang dan Hwall.

"Kok bisa sih?" sahut Haechan.

Didepan ada Sanha, Jeno, Hyunjin, Jisung. Sedangkan Sunwoo dan Eric berjalan berhati-hati dibelakang mereka ber4, jalanan sangat petang.

Ditambah becek(?)

Karena mereka sudah hampir dekat dengan tepi sungai tersebut. Ternyata hutan dibawah sangatlah lebat, ditambah hawa malam yang sangat tidak mendukung.

Sama tanah yang mereka pijak sangat menyatu dengan air, jadi suara tepakan kaki sangatlah menjijikkan jika didengar.

"Senter ponsel lo tolong nyalain dong" pinta Jisung ke Sanha.

"Bentar"

Beberapa detik kemudian cahaya dari senter ponsel Sanha pun menyoroti depan, mereka melihat remang-remang area sungai tersebut.

"Masih jauh engga sih?" seru Eric dari belakang.

"Eh buset, ini malem jangan teriak napa" sahut Sunwoo.

"Gini aja, ini kan luas. Gimana mencar?" usul Hyunjin.

"Boleh juga"

"Oke, berpencar sekarang. Kalo ada sesuatu teriak aja gapapa" ucap Hyunjin.

"Tadi gue teriak engga boleh" cibir Eric yang mulai berjalan mengikuti Sunwoo dan Haechan.

"Yang, ikut gue"

"Emang gue ayang lo"

Sanha memutar mata malas sebagai respon. Namanya 'Yangyang' terus panggilannya apa? Mengambil kata depan dan belakang pun sama aja.

Jeno, Sanha dan Yangyang. Mereka menyusuri sungai area Barat. Eric, Sunwoo dan Haechan area Timur. Yang lainnya mencari ditepi sungai.




























Beralih ke Renjun dan Chanhee. Mereka masih didalam kamar mandi tempat 2. Tetapi, Renjun terlebih dulu keluar.

Jam 20:30, gumamnya.

"Chan! Udah belom?"

"Belom! Jangan tinggalin!"

Renjun tersentak, dia mengedarkan pandangan karena suara teriakan Chanhee yang sangat keras. Untung dia tidak menjadi pusat perhatian pengunjung lain.

Untuk menunggu satu temannya itu, Renjun memilih duduk dikursi panjang dekat kamar mandi. Daerah situ sangat petang.

Brugh

Renjun terjungkal saat kursi yang akan ia duduki tertarik kebelakang. Dia menajamkan penglihatannya. Mendapati siluet hitam tak jauh didepan, sungguh familiar.

"Eh, lo ngapain disin-"

Srett

Ucapan Renjun terhenti, dia terseret oleh siluet tersebut kebelakang batu besar yang lumayan jauh dari kamar mandi.

"G-gue temen lo sialan!" seru Renjun saat merasakan dadanya ditusuk dengan pisau yang 'dia' bawa.

"Aakhh- ssakitt-"

Seperlian detik dari erangan Renjun, darah mulai menggenang dimana-mana dari bekas tusukan baru dibagian tubuh.

Tubuh Renjun melemas kala kedua tangan yang ia jadikan sebagai tumpuan tubuh, kini telah terpotong habis sampai lengan.

"J-jahat lo-"

Mungkin itu ucapan terakhir sebelum 'dia' memenggal kepala Renjun. Kepala itu menggelinding mengenai pohon.

Campsite | 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang