7. Vano cemburu Part 1

91 11 1
                                    

Motor Vespa.

Vespa biru dongker itu meluncur mulus di halaman Pramoedya School, lalu turunlah seorang cowok cupu yang berpakaian rapi dilengkapi dengan kacamata minusnya.

Vano menatap pantulan wajahnya di kaca spion motornya, sedang asyik merapikan rambut keriting berwarna orange kecoklatan miliknya.

Semua orang pagi ini terus menatap gaya Vano dari atas rambut sampai ujung sepatunya.

Tiba-tiba Gery dan Farhan lewat dari tempat parkirannya setelah mereka berdua memarkirkan mobil Lamborghini Aventador mereka.

Sontak saja tawa mereka menggelegar di lapang parkiran melihat penampilan Vano yang lebih parah dari hari kemarin.

"Van, ini lo Evan kan?" Tanya Farhan dengan disertai tawa yang semakin kencangnya.

Vano menoleh pada 2 manusia itu, "Sst.. diem! Jangan panggil gue Evan!" Ucapnya menutup mulut Farhan yang ceplas ceplos.

"Lagian ngapain gaya lo gini amat dah," ucap Gery. "Bukan lo banget kali!" Lanjutnya. "Kalo fans-fans Evan pada tahu gimana yaa.... Hahahaha"

"Udah, kalian berdua mending tutup mulut sekarang juga, gue enggak mau sampe misi gue kali ini gagal." Ucap Vano berbisik pelan.

"Aneh ya, padahal lo bisa jadi diri lo sendiri dan itu juga menguntungkan buat lo, Imela bisa cepet nerima lo, secara diri lo yang asli kan tipe Mela banget Van!" Farhan yang mengatakan, "Kalo kek gini, malah lo di tolak mentah-mentah sama dia!"

Vano tersenyum, "Gue tahu Mela gimana orangnya, justru itu yang buat gue semakin tertantang dengan cara ini buat deketin dia, gue juga pengen ngerubah cara pandang dia terhadap orang-orang sederhana, dia ga bisa terlalu manja terus kaya gitu, jatohnya dia jadi sering seenaknya sama orang-orang disekitarnya, bahkan ga mikir lagi sewaktu ngehina orang lain. Gue pengen bimbing dia sebagai calon istri gue, jodoh adalah cerminan diri, dan gue pengen dia jadi jodoh gue, gue ga mau cuma nunggu dia bakal berubah jadi pribadi yang lebih baik lagi sendirian, gue mau nemenin dia, bukan cuma gue nungguin dia sadar sendiri buat memantaskan diri sebagai calon istri yang ideal, gue akan tuntun dia dengan baik! Amin.." Ucap Vano dengan mantap.

"Masya Allah Van, kalo lo jadi ustadz udah cocok kok." Kekeh Farhan.

Gery sendiri masih terdiam saat mendengarkan ucapan Vano barusan, "Lo bukan udah layak nikah muda Van, tapi lo juga udah layak masuk surga sekarang juga! Ckckckck" ucap Gery dengan kagum.

"Apaan si Ger, ngaco lo!" Balas Vano.

"Ok, jadi gini ya, mulai sekarang gue mau kalian jauhin gue di lingkungan sekolah ini, disudut manapun, jadi kalian gue minta selalu bully gue di depan si Mela jadi gue bener-bener kelihatan cupu beneran, ga punya temen. Oke bro?" Ucapan Vano kali inu benar-benar membuat kedua temannya ternganga lebar-lebar, apakah benar ini seorang Revano?

"Oh ya, dan Han, buat lo, mulai sekarang kita ga sebangku lagi. Gini maksudnya lo minta sama Diva biar satu bangku sama lo aja, biar gue bisa satu bangku sama Mela, ok!" Ucap Vano memerintahkan tanpa bertanya terlebih dahulu pada Farhan, membuat Farhan kali ini benar-benar terkejut oleh ulah Vano yang sangat mendadak pagi-pagi sekali seperti ini.

"Ogah! Lagian, apaan si lo, kenapa ga bilang dari semalem di group WhatsApp jadi gue bisa mikir-mikir dulu!" Protes Farhan, "Lo kebiasaan banget Van, mendadakan jadi orang."

"Karena hal ini gue beneran serius, jadi gue enggak perlu minta izin lo lagi, ngapain." Ucap Vano, "Oke, nanti malem lo berdua, Billy, sama Edgar gue traktir minum-minum!"

"Wih, beneran ni? Sama cewek-ceweknya nggak Van di traktir?" Heboh Gery.

"Gue ga suruh lo buat maksiat pake duit gue ya, Ger!" Ucap Vano.

𝒫𝒾𝓁𝒾𝒽 𝓅𝒶𝒸𝒶𝓇 𝓀𝑒 𝟫 𝒶𝓉𝒶𝓊 𝟣𝟢?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang