Vano membasuh wajahnya dengan air keran wastafel di toilet sekolah, cowok itu menatap pantulan dirinya di cermin, hidung mancungnya kembang kempis mengingat kejadian 15 menit yang lalu, Imela mengajaknya terbang ke langit ke tujuh, namun setelahnya ia dijatuhkan sendirian tanpa pengaman apapun yang tentu saja itu akan membunuhnya.Vano menghela nafasnya dengan kasar, kali ini dia akan berusaha lebih kuat lagi untuk mendapatkan hati gadis impiannya.
Cowok itu menyisir kembali rambutnya, dibuat seolah penampilan rambutnya seperti seorang cupu, lalu setelahnya Vano menengkerkan kacamata putih tebal itu di kedua matanya.
Vano berjalan ke arah kelasnya, saat dirinya ingin berjalan ke arah bangku, dilihatnya tas miliknya sudah tidak ada lagi disana.
Vano melirik tempat duduknya, disitu sudah ada tas cewek, membuat kening Vano berkerut bingung.
Tiba-tiba ada seseorang menepuk bahunya dari belakang, itu adalah Imela, cewek itu tersenyum manis melihatnya. "Bangku Lo sekarang bukan disini lagi," Ujar cewek itu seolah menegaskan.
Vano sendiri masih tidak paham, cowok itu mengerutkan keningnya tanda bahwa ia belum mengerti.
"Mulai sekarang, Lo duduk satu bangku sama gue!" Ujar Imela menjelaskan sekali lagi.
Yang tentu saja itu otomatis membuat seorang Vano membulatkan wajahnya terkejut, cowok itu memang berencana agar bisa satu bangku sama Imela, namun nyatanya justru cewek itu menawarkan dirinya agar bisa satu bangku sama Vano.
"Ka--Kamu, serius?" Tanya Vano terbata karena gugup.
"Yes, Lo keberatan?" Ujar Imela.
Vano menggeleng cepat, "Tentu saja enggak!" Balas Vano dengan semangat.
"Okey, let's go, liat tuh tas butut Lo, Farhan yang udah mindahinnya, kalau gue mah ogah ya," Ujar Imela lagi-lagi dengan nada mengejek.
Justru yang masih membuat Vano bingung, kenapa cewek itu mau satu bangku dengannya?
***
Pelajaran matematika kali ini Vano lewati dengan perasaan penuh debaran, bagaimana tidak, saat pembelajaran berlangsung cowok itu hanya fokus menatap Imela yang sibuk memainkan ponselnya. Ingin sekali Vano menegurnya agar berhenti dan fokus terlebih dahulu terhadap pelajaran kali ini, tapi lagi-lagi Vano tidak berani.
"Baiklah anak-anak, Ibu sudah membuat 10 soal tersulit buat kalian kerjakan di depan ya, siapa yang mau mengerjakannya?" Tanya Bu Rima pada anak-anak kelas 12 MIA 1, memecahkan keheningan murid-murid yang terjadi sedari tadi diam memperhatikannya saat memaparkan materi.
Meski tidak memperhatikan apa yang dijelaskan sedari tadi oleh bu Rima, tapi Vano paham soal-soal yang diberikan oleh gurunya itu.
Cowok itu mengangkat tangannya ke atas, "Saya Bu," Ucapnya.
"Ya Vano, silahkan." Ujar bu Rima.
Cowok itu beranjak dari duduknya dan berjalan ke depan kelas. Bagi seorang Vano matematika adalah kehidupannya, dia akan selalu menyukai pelajaran matematika dan pekerjaannya selalu berkaitan dengan matematika jadi sudah menjadi kewajiban bagi cowok itu memahami pelajaran matematika, dalam kelasnya di Amerika cowok itu selalu menjadi juara kelas dalam bidang matematika.
Sedangkan Imela yang melihat cowok itu maju ke depan hanya meliriknya sekilas tak peduli dan kembali membuka ponselnya, menscrool beberapa bintang-bintang artis korea seperti Lisa Blackpink, V BTS Jung-kook dan Jin, juga Park Chan-yeol dan Oh Sehun.
Tidak bisa Imela pungkiri dia sangat menyukai K-Pop boyband ataupun girlband, apa lagi baru-baru ini sudah ada bintang K-Pop hits dari Indonesia yaitu Dita Karang, Imela suka saja sama style style juga performance mereka yang luar biasa keren, bahkan gaya-gaya mereka pun Imela ikutin, tidak banyak orang mengetahui hobi Imela yang menyukai K-Pop.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝒫𝒾𝓁𝒾𝒽 𝓅𝒶𝒸𝒶𝓇 𝓀𝑒 𝟫 𝒶𝓉𝒶𝓊 𝟣𝟢?
Teen FictionRevano Danendra, cowok cupu (nerd) pindahan Horace Mann School di Amerika. Demi mengejar dan mendapatkan cinta gadis impiannya (Imela Laura Cantika) Vano merubah penampilannya menjadi seorang cupu. Kenali nama gadis itu Imela, satu-satunya cewek yan...