Vano bernafas lega saat bukunya dan Imela sudah di kumpulkan, setelah itu Vano kembali ke bangkunya lagi, dilihatnya Imela sudah memasukkan buku-bukunya ke bawah loker meja.
Vano mengerutkan keningnya, lalu reflek cowok itu bertanya, "Nggak di bawa pulang buku-bukunya?" Tanya Vano.
Imela sendiri mendengar pertanyaan itu hanya berdecak, "Bukan urusan Lo!" Ucapnya.
Vano hanya mengangguk tanda mengerti, cowok itu paham betul, Imela orangnya susah ditebak dan tidak suka urusannya di ikut campuri oleh orang lain.
Vano melirik jam tangannya, sekarang sudah menunjukkan pukul 17.00 yang artinya sebentar lagi bel pulang sekolah berbunyi.
"Melaaakkkk!!!!" Teriakan nyelengking itu tiba-tiba berbunyi nyaring sepenuh ruangan kelas, semua anak-anak di dalam kelas itu menoleh, oh ternyata dia adalah Diva, sahabat Imela yang tadi pagi kena hukum oleh bu Beti.
Imela menyahut hanya dengan deheman, membuat Diva kesal sendiri, "Kok Lo gitu si sama kita? Mana ekspresi Lo kayak bener-bener nggak peduli gitu!" Tanya Diva dengan rengekkannya.
Imela berdiri dari bangkunya, "Rasain, emang enak dapet hukuman, Lo enggak ngerasain gimana rasanya jadi gue kemarin! Sekarang rasain Lo!" Ucap Imela.
"Iya maaf, jangan di bahas lagi ya." Ucap Diva memelas dengan wajah puppy eyesnya.
"Eh, kok ada Vano disini?" Tanya Diva bingung.
"Gue yang minta dia pindah ke bangku Lo," Ucap Imela dengan santainya.
"What? Kok gitu sih, terus gue duduk di mana dong?" Pekik Diva histeris.
"Ya gampang lah, Lo tinggal duduk tuh sebelahan sama Farhan, udah gue atur," Ucap Imela.
"Tapi kan--" belum sempat cewek itu protes sudah Imela potong lebih dulu.
"Enggak ada tapi-tapian ya Div, ini udah jadi keputusan gue loh..."
Diva sendiri hanya bisa pasrah. Wajahnya cemberut saat melihat Farhan acuh tak acuh dengan kehadirannya.
"Oh iya Div, nanti jangan pulang dulu ya, ada yang mau gue bilang," Ujar Imela yang hanya di balas anggukkan oleh Diva.
Akhirnya bel jam pulang sekolah berbunyi, membuat semua siswa-siswi yang sudah tidak sabar untuk pulang berteriak histeris kegirangan, Imela sendiri sudah merapikan penampilannya melalui kaca kecil yang selalu ia bawa.
Vano sendiri sudah selesai dan bersiap pulang, cowok itu berdiri dan berjalan keluar, niatnya setelah ini dia akan ke toilet terlebih dahulu untuk buang air kecil.
Namun, baru saja Vano melangkah keluar kelasnya, ada segerombolan siswa-siswa menarik kerah bajunya, kemudian memaksa Vano mengikuti mereka ke arah toilet, Vano bingung, ini sebenarnya ada apa?
"Kalian mau ngapain?" Tanya Vano, sebenernya Vano bisa saja melawan, namun dia ingat bahwa ini adalah lingkungan sekolah.
"Diem aja Lo, nggak usah banyak tanya!" Ucap salah satu dari mereka.
Hingga akhirnya mereka sampai di depan pintu toilet, Vano di dorong ke dalam toilet, kemudian di pukul habis-habisan oleh segerombolan itu yang sampai sekarang Vano masih bingung apa salahnya.
Vano sudah tidak bisa mengelak lagi, karena diantara mereka banyak sekali, dan posisinya saat ini sudah tergeletak dilantai.
Hingga akhirnya tibalah Gery dan Farhan untuk membantunya.
"Woy apa-apaan ini! Jangan main keroyokan dong!" Itu suara Farhan, cowok itu kemudian memukuli satu persatu anak-anak cowok yang tadinya memukuli Vano, Gery pun ikut-ikutan membantu Farhan mengeroyoki semuanya tanpa terkecuali.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝒫𝒾𝓁𝒾𝒽 𝓅𝒶𝒸𝒶𝓇 𝓀𝑒 𝟫 𝒶𝓉𝒶𝓊 𝟣𝟢?
Teen FictionRevano Danendra, cowok cupu (nerd) pindahan Horace Mann School di Amerika. Demi mengejar dan mendapatkan cinta gadis impiannya (Imela Laura Cantika) Vano merubah penampilannya menjadi seorang cupu. Kenali nama gadis itu Imela, satu-satunya cewek yan...