Sahabat Kakek?

42 16 6
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu.

Alhamdulillah kalian sudah sampai disini,selamat🎉🎉🎉

Happy reading

       
                        🍁🍁🍁

      " Cari alamat yang Ama selipkan diDompetmu dulu, terus berikan jam tangan Kakek kepada orang yang punya alamat tersebut. Bisa nak? "

.
.
.

Dompet?

Alamat?

Jam tangan?

  Sungguh membuatnya bingung. Sejak kapan Amanya menyelipkan kertas yang sudah usang dan menguning disela Dompet bututnya?

   Aila mencoba membaca tulisan yang sudah mulai dimakan usia itu, bahkan tadi ketika akan membuka kertasnya sudah mengeras.

Disurat itu tertulis sebuah alamat yang dibilang Amanya tadi.

Jln. Jendral Sudirman
Blok A permata Indah. No 8.
Jakarta Barat, Indonesia.

"Ini dimana coba, aku kan kurang tau Ma. Ya udah lah, jalani aja. Demi amanah dari Ama ku tercinta." Gumam Aila sukarela.

.
.
.

   Kringggggggggg..... BANGUN!! BANGUN!!! HARI DAH PAGIPUN!! BANGUN!!

  Begitulah bunyi alarm tobatnya Aila,. Sungguh luar biasa. Bahkan tetangga kosnya terperanjat kaget mendengar Alarm istimewanya sang Aila.

" Astaghfirullah,, hah.. tabah hamba ya Allah.. " gumam Aila yg masih bergulung didalam selimut.

"Alhamdulillah,, semangat Aila!!"
Gumamnya lagi seorang diri dan langsung menuju Kamar mandi.

Jangan salah sangka, Aila sudah sholat Subuh. Namun, Ia tidur lagi.
Walaupun Ia tau bahwa tidur setelah sholat Subuh itu menghambat rezeki.     
Kalian juga begitu kan?

   Setelah semua acara rutin pagi harinya selesai, Aila akan menuju kampusnya dahulu baru siap Zuhur ia menuju Alamat yg diamanahkan Amanya tercinta, begitu Rencananya Aila hari ini.

.
.
.

    Selesai Zuhur, Ia mulai menuju rencana selanjutnya. Namun, sayang beribu sayang. Rencana terhambat oleh sahabat yang sangat Ia sayangi dan maki-maki. Bercanda.

" Mau kemana gadis Minang?"
Ujar Rukaya, siapa lagi coba.

"Waalaikumsalam, gadis Jawa."
Balas Aila, Kesal. Bukan kesal dibilang Gadis Minang ,malahan ia bangga jika dibilang begitu. Ia cuma kesal Rukaya memperlambat waktunya.

"Hehe, Lupa aku tuh. Maaf?"

"Mau kemana sih Ai?"
Lanjut Rukaya sambil memamerkan kemesraan didepan mata Aila. Siapa lagi kalau bukan ada Rian dan Rukaya.

"Ehm,, belum mahram ndok. Ndk boleh." Ujar Aila dengan logat Jawa seperti Umminya Rukaya.

"Hehe, maaf atuh Uni. Jangan lupa ya, besok acara akad gue. Lo harus nginap pokoknya.titik."
Jelas Rukaya yang sudah melepaskan genggaman tangan Rian.

"Iya,,"

"Kenalin ini Calon suami gue namanya-"

"Udah tau, Lo udah kenalin gue nama laki Lo. Jadi, gue sibuk sayang. Sampai jumpa besok ya.. gue buru-buru nih. Maaf ya.. "
Jelas Aila yang tidak enak hati, tapi pura pura.

"Yah,, udah deh.. pergi sana. Nanti Lo dijemput sopir gue. Ok? "

"Ok. Gue pergi dulu. Bye. Rukaya, Bang Rian."
Setelah mengucapkan kalimat itu, Aila berlari keluar gerbang dan menaiki ojol yang sudah dipesannya tadi.

.
.
.

   Tiga puluh menit perjalanan, akhirnya sampai juga.
Tidak lupa keringat yang mudah jatuh di pelipisnya. Sungguh menyengat panasmu ini.

"Makasih bang."

Ujar Aila dan turun dari ojol.

Dia mencek informasi tentang Alamat tersebut ternyata memang benar ini Rumah yang alamat itu maksud.

  Aila menekan bell rumah berpagar tinggi bahkan lebih tinggi dari bangunan kosnya. Haha

"Permisi, cari siapa ya mbak?"
Tanya perempuan paruh baya yang baru keluar dari dalam gerbang.

"Hmm, maaf Bu. Saya kesini mau ketemu Kakek. Apakah Ada? "

"Ouh, Tuan Besarnya ada. Tapi apa sudah buat janji? "

' Hah,,masa iya harus janji dulu. Kenal aja nggak. Gimana dong. Ya Allah mudahkan urusanku.'-pikir batin Aila

" Bilang aja saya cucunya Kakek Syahid, Bu." Jelas Aila

"Bentar ya mbak, saya bilang dulu."

Hanya anggukan yang diberi Aila kepada perempuan tersebut.
Ia lelah, tapi malah disuruh nunggu diluar pagar. Mana matahari hari ini seakan dendam dengannya.

10 menit kemudian..

"Mbak, silahkan masuk.."
Kata Ibu yang tadi membuat Aila mengucapkan syukur dan terima kasih.

  Masyaallah...

Itulah isi pikiran Aila saat ini.
Ini Rumah atau istana?
Sangat sangat besar.
Halaman yang luas, dengan taman yang indah. Seperti Rumah klasik di Eropa sana. Ya walau Aila tidak pernah ke Eropa,Ia sering searching di internet.

"Silahkan masuk mbak, Tua besar sudah menunggu."
Ujar Ibu itu yang membuat lamunan Aila buyar dan canggung.

Kamungkinan, Ibu tersebut pikir Aila terlalu norak. Maklum lah, Ia hanya orang biasa.

"Assalamualaikum."
Ujar Aila pertama masuk.

"Waalaikumsalam." Jawab suara Bariton yang menyeramkan menurut Aila. Dan tampaklah pria paruh baya yang masih gagah dan tegap duduk di kursi mewah itu.

"Maaf, Pak eh,hmm Om eh..Tuan ya Tuan. Saya menganggu waktunya." Ujar Aila menciut bahkan nyalinya sekarang sebutir pasir saking takutnya.

"Duduk.!"
Perintah pria tersebut

"Saya hanya menyerahkan ini, Amanah dari Orangtua saya Tuan."
Jelas Aila dan menyerahkan Surat serta Jam tangan kakeknya Syahid.

..

Terdiam cukup lama.

"Masyaallah , akhirnya saya ketemu kamu juga. Perkenalkan saya sahabat karib kakekmu Bustaf. "
Jelas pria tersebut.

"S.ssaya Aila Tuan." Jawab Aila menunduk takut.

"Hahaha,, tidak usah Takut. Saya tidak akan memakan mu. Kamu cucunya Syahid?"
Ujar Pria tersebut mencairkan suasana.

"Iya Tuan, say-"

"Jangan panggil Tuan, panggil saya Kakek Bustaf. " Potong Bustaf

"Iya kek, saya Cucunya Kakek Syahid. Kalau boleh tau kok kakek kenal kakek saya? "

"Saya kan sudah bilang kalau saya sahabat karib kakekmu. Ternyata Takdir memang ada, saya dan kakekmu dulunya terlibat perjanjian. Dan harus diwujudkan. Itu amanah dari beliau sebelum pergi.-"
Cerita kakek Bustaf terpotong oleh

"Ada apa ini?"

Terpotong oleh Orang yang baru datang dari pintu utama rumah itu.

"Hah??"

                         🍀🍀🍀

Makasih yang udah baca.
Gimana udah greget nggak?
Maaf kalau ad Typo ya.

Mohon bantuannya,,
Dan doanya juga supaya ceritanya nggak gaje lagi.

Tekan Bintangnya ⭐
Dikomentari ya Readers.

Makasih

Salam penulis
💖💖💖💖

Ternyata Halal "KIAIL"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang