Perjanjian

32 15 4
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu.

Selamat yang sudah berada ditahap ini🎉🎉🎉🎉😀
Kalian terbaik👍👍👍

Happy reading

                          🍁🍁🍁

"Ada apa ini?"

"Hah?"
Aila kaget bukan main siapa yang memotong percakapannya dengan sang Kakek.

"Kiki? Udah pulang. Ayo gabung!"
Suruh kakek Bustaf

'kiki?'- pikir Aila

"Siapa?"
Singkat dan padat satu spesies dengan kakek Bustaf- pikir Aila.

"Aila, Cucu sahabatku."
Jelas sang kakek.

Sedangkan Orang yg bernama Kiki hanya mengangguk mengiyakan.

"Hah, saya dan kakekmu dulunya terlibat perjanjian. Dan harus diwujudkan. Itu amanah dari beliau sebelum pergi. "
Lanjut kakek Bustaf

"Perjanjian?"

"Perjanjian apa?"

Jawaban yang beriringan dan kaget secara bersamaan membuat sang kakek tersenyum misterius.

"Rahasia."

Terdengar seorang yang menghela nafas, seakan tau akan kejadian seperti ini.

"Hmm, ya sudah. Saya permisi dulu kek. Permisi."
Ujar Aila setelah cukup lama terdiam.

"Tunggu, Aila. Saya minta nomor Orangtua mu. Dan kau Kiki antar Cucu perempuan ku pulang!. "

"Tap-"

"Ini perintah!"

"Ya"

"Ini kek, nomor Apa saya. Dan saya bisa pulang sendiri. Assalamualaikum."
Senyum menenangkan. Dan keluar dari Istana megah itu dengan sedikit berlari.

' cepat lari Aila! Sebelum Lo bertemu dengan Ariful Fikri Samadja'- ujar Pikiran Aila

Tap..tap..tap

Terdengar suara langkah kaki yang mengejar dari dalam rumah besar itu, tidak maksudku istana itu.

"Hei, tunggu!"
Suara teriakan yang mengejar Aila terdengar seperti bentakan.

Deg deg deg

'Jantung,, please jangan gini dong.'-Batin Aila

Hap.

Dapat?

Tidak!

"Kenapa lari? "

' pake ditanya segala lagi, Ayam goreng emang,'-pikir Aila menggerutu.

"Diam?"
Tanya orang itu lagi yang mungkin sudah geram dengan sifat Aila yang hanya menunduk diam tanpa menjawab pertanyaan yg Ia lontarkan.

"Hmm,, a anu kak. An nu , s saya buru-buru, ya saya buru-buru kak. Maaf."

"Tunggu!"
Itu bukan jawaban atau tanggapan namun perintah.

Copot sudah jantungmu Aila.

"Apa kak?" Cicit Aila yang makin menunduk.

"Saya yang antar.!" Perintah lagi yang Aila terima.

"Kak sa-."

"Tanpa Bantahan! Ayo!"

Dipotong lagi, dipotong lagi. Ini nih , emang tidak sopan sedari kecil. Atau emang tidak diajarin oleh orang tuanya.  Astaghfirullah

Ditarik-tarik lagi, emang gue tarik tambang Bambang.

"Masuk!"

  Didalam mobil hanya terjadi keheningan, kecanggungan dan kegugupan.

15 menit kemudian..

Hening lagi.

Hening.

Hening.

Hening.

Brakk

"Aduh!"
Itu suara Aila yang dahinya mencium dasbor mobil yang ditumpanginya.

' Monyet.'-Umpat Aila dalam hati

Menoleh kesamping tidak orang, kemana calon imamnya? Eh maksudnya Ariful Fikri Samadja??
Gebetannya?? OMG.

..

"Maaf. Saya yang salah. "
Ujar orang yang diluar Mobil yang diyakini itu suara Ariful.

"Kalau nyetir tuh pake mata dong Pak! Saya kan yang sialnya. Ban*s*t emang!" Tukas orang yang tidak diketahui oleh Aila.

"Biar saya ganti Rugi." Putus Ariful Fikri Samadja a.k.a Kiki

"Ada apa kak?" Itu Aila yang baru keluar dari Mobil setelah mengatasi kepusingan yang melanda, eaaaakk.

" Pasti ini nih, Mbak! "

"Astaghfirullah, Ayamgorengcampurkentang."

Kaget Aila yang diteriaki dengan bumbu bentakan oleh Bapak bapak jalanan yang sungguh tidak dikenal Aila sama sekali.

"Kagetin aja Pak, "
Lanjut Aila.

Lain halnya dengan Kiki yang sedari tadi menahan tawa kaya mau berak.

Gue pikir anaknya Kalam, eh ternyata Bar bar- pikir Kiki

"Makanya Mbak, kalau mau pacaran sama si Mas nya jangan dimobil dong. Kan saya yg kena batunya." Sungut sang Bapak yang dari tadi tidak berhenti Ngomel sama sekali.

"Saya nggak-"

"Jangan ngelak lagi deh Mbak,. Udah tau saya anak jaman sekarang kelakuannya."

"Tapi Saya emang-"

"Udah lah Mbak, Mas. Saya mau ganti rugi pokoknya."

"Bapak!! Stop ya Pak. Bapak terus motong omongan saya, Kan sud-"

"Udah pak, nih uangnya Pak untuk ganti rugi. Saya sekali lagi minta maaf ya Pak."

Dipotong lagi.

Dipotong terus.

Cukup sudah. Kesabaran Aila yang hampir menipis bahkan lebih tipis dari tisu toilet. Apa hubungannya coba?-_-

"Nah gitu dong. Ya udah makasih ya Mas, Mbak. Semoga langgeng terus. Assalamualaikum."
Ujar sang Bapak yang senengnya bukan main dikasih uang merah beberapa lembar doang.

"Bapak apaan tuh, ngambil kesempatan dalam kesempitan namanya tuh Modus. His. Sebel gue Ya allah." Gumam Aila lebih tepatnya ngedumel dan itu masih didenger oleh Kiki yang hanya geleng kepala melihat kelakuan Gadis disebelahnya.

"Fikri ?"

...

                         🍀🍀🍀

Hai Readers 👋

Hehe

Maaf ya,, Lama Update nya.
Soalnya takut nggak ada yang baca.
Jadi gini deh, walaupun emang nggak ada yg baca sih.

Untuk kalian yang baca cerita aku ,makasih banget.
Aku sayang kalian.

Jangan lupa ditekan ⭐
Kalau bisa dikomen juga.
Haha
Maksa banget gue ya😆😆😆

Bye

Salam Penulis
😀😀😀

Ternyata Halal "KIAIL"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang