3: si kampret bertopeng (2)

398 53 3
                                    

"Langsung saja, niatku kesini ingin mencari bola kristal milikku," ucap lelaki itu dengan  penuh wibawa.

Mencari bola kristal miliknya? Ya! Ucapan lelaki itu mengapa bmterus terngiang di otaknya. Juga, bola kristal itu seingat Yerim sudah diambil oleh lelaki itu. Eh? Tunggu! Yang tadi malam dan yang tadi pagi, lelaki yang sama kan?

Damn it! Ya! Lee Yerim, mengapa otakmu masih saja tak mengerti semua kejadian ini? - batin Yerim menyalahkan diri sendiri.

Setelah ucapan lelaki yang tadi pagi yang ternyata berniat mengambil bola kristal miliknya, ucapannya itu terus terngiang di otak Yerim. Masih tak mengerti dengan semua kejadian yang terjadi.

Flashback on

Yerim menganga mendengar penuturan lelaki itu yang mengaku mencari bola kristal miliknya, bukankah lelaki itu sendiri yang mengambil bola kristal itu tadi malam?

"Tuan, bukankah anda sendiri yang mengambilnya tadi malam pada jam 3 ketika aku mencari bola kristal yang menggiurkan itu?" Yerim terlihat mengajak bicara lelaki di depannya baik baik, tak ingin mengawali keributan yang jelas tentu nanti dirinya sendirilah yang paling ribut.

"Hah? Aku bahkan kembali lagi ke kamarmu jam 5, subuh tadi," sahut lelaki itu dengan terlihat berpikir.

"Ya berarti sebelumnya kau kesini pada jam 3 itu kan?" greget Yerim mengetatkan deretan giginya.

"Tidak, aku kesini ketika kau baru saja tidur. Jam 9 malam kan kau ketiduran? Aku kesini pada jam itu, dan pergi jam 12 malam. Kembali lagi jam 5 subuh," cecar lelaki itu. Melihat Yerim yang masih tak percaya, membuat lelaki itu mulai berbicara lagi. "Apa aku terlihat berbohong?"

Yerim mengendikkan bahunya. Terdiam cukup lama sampai membuat ruangan kamarnya ini sangat sunyi.

"Apa yang mengganggu pikiranmu?" tanya lelaki itu lagi sambil menaikkan satu alisnya. Dengan wajah yang seperti topeng itu karena saking tampannya, mampu membuat Yerim terkaget ketika mendongak menatap lelaki itu lagi.

"Jadi, apa urusanku dengan kau, lelaki tadi malam, dan juga bola kristal?" tanya Yerim parau, terlihat lelah memikirkan semua kenyataan goblok ini.

"Urusanmu? Aku menitipkan bola kristal itu di kamarmu karena disini tempat yang paling aman, tapi ternyata, kau tak bisa di percaya." Lelaki itu menunjukkan seriangai meremehkannya pada Yerim.

"Mengapa harus padaku? Kalau memang kau menitipkan padaku, kau harus memberitahuku dahulu," lirih Yerim semakin lelah dengan drama ini.

Ingin rasanya Yerim menangis saja. Mengapa harus dia yang menjadi korban?

Lelaki itu terlihat bingung, menggaruk pelan tengkuk belakangnya sambil mencari cari sebuah benda yang mungkin hilang juga di kamar ini. "Aku bahkan meninggalkan secarik kertas ini di nakas samping dirimu, kau saja yang tak membacanya," ucap lelaki itu dan menyerahkan secarik kertas ketika tadi baru saja di ambilnya.

"Mengapa aku harus membacanya ketika kaget melihat sebuah bola kristal itu bercahaya di kamarku?" lirih Yerim lagi.

"Mau ku beritahu sesuatu?" tawar lelaki itu pada Yerim.

"Apa?"

"Bola kristal itu akan bercahaya jika ada musuh yang mendekat, dan mungkin tebakanku ini akan benar bahwa sosok ibumu tadi malam adalah hanya jadi-jadian saja. Mungkin itu adalah musuh yang ku maksudkan."

"Apakah musuh itu sama seperti jin yang bisa menyamar jadi apapun?" Untuk kesekian kalinya, suara Yerim lagi lagi terdengar lirih.

"Apa kau masih belum mengerti asal usul masalah ini?"

👤

a/n: hmmm🙂 jangan lupa vote dan komennya aja.

Follow juga akun wattpad pribadi saya devinrvly

Salam, devil

My Chaos || JJK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang