.....
Semakin malam bukan semakin mereda semakin banyak yang mengerubungi tempat pole dance yang dipertunjukan. Bahkan kini dengan mulus dan lenggokan yang indah membuat (name) dapat dengan puas melihat pria hidung belang disekitarnya. Nah, walau (name) seorang yang berani dalam keinginannya tapi dia tetap memiliki harga dirinya. Orang yang kenal dekat dengannya menganggapnya seorang pelacur dan wanita lintah dan nama hinaan lainnya tapi semua itu hanya sebutan saja. Dia memang bertingkah diluar batasnya namun, dia masih seorang gadis yang diumur dewasanya kini dia masih tetap menjaga harga diri dan dirinya.
"Dengan ini...pertunjukan berakhir tuan."diakhiri senyuman licik yang membuat pria disekitarnya ingin menerkamnya dengan segera, (name) berjalan gontai dan menuju ruang ganti. Namun, ada yang menahannya, sebuah tangan yang cukup kekar melingkar dipinggangnya dan menutup matanya.
Tubuh gadis itu dihempaskan dikasur disalah satu kamar yang dipesan oleh pria di depannya. Dibalik masker yang menutupi wajahnya dapat dilihat mata setajam elang itu siap menerkamnya kapan saja.
Didalam kamar, (Name) memang ketakutan tapi dia mencoba memberanikan diri. Bahkan kini dibalik rasa takut (name) penasaran pada sosok pria yang membawanya kemari. Saat dirinya membuka tangan yang digunakan menutupi wajahnya dirinya melihat tidak jauh dari tempatnya pria itu sedang bertelanjang dada.
"Terpesona melihat tubuhku?" Segera dirinya menutup kembali dan akan berteriak kencang tetapi sebuah tangan membekapnya.
"Jika kau membuat kebisingan aku tidak segan melaporkanmu." Suara barington terdengar di telinga (name). Dengan begitu saat ini (name) hanya bisa terdiam. Sudah tiga jam dengan sikap duduk (name) saat ini, menunduk dengan menekuk wajah. Tidak berani melakukan kontak mata pada pria didepannya.
"Kemana sifat bar-barmu ha?" Mendengar langkah kaki itu semakin menjauh dipergunakan kesempatan itu sebaik mungkin. (Name) berlari dengan sekencang dan sekuat tenaga menggapai gagang pintu yang seakan mustahil baginya tapi, dia merasakan. Digenggamnya erat dan mencoba membuka pintu sebelum pelukan dirasakannya kembali dan bahkan kini lebih erat dari sebelumnya.
"Jangan coba membuatku marah, kembali tunggu aku atau aku akan melakukan sesuatu padamu." Pria itu kembali dengan kini dirinya memakai pakaian lengkap.
(Name) hanya terdiam ketika Levi menyentuh rambutnya. Hanya dengan aroma maskulin itu entah mengapa hal ini semakin membuat kesal (name). "Sebenarnya kau cantik tapi, kelakuanmu seperti binatang." Cukup membuat (name) terkejut dengan sindiran yang diberikan padanya namun, (name) mencoba tidak melawan dan hanya menunggu kata demi kata yang dikeluarkan pria di depannya. "Turuti perkataanku lalu setelah semuanya usai aku akan meninggalkanmu dan tidak akan mengganggumu lagi." Selesai mengatakan semua itu, Levi meninggalkannya dan menelfon staff lain. Meninggalkan (name) yang terdiam dengan menahan semua amarah dan kesalnya.
Panggilan masuk dari seseorang, sebuah ponsel tergeletak di antara bantal yang berantakan dengan seorang pria tidak jauh dari sana dengan mata yang masih tertutup. "Ha?" suara serak beratnya bahkan terdengar seperti dirinya mendengkur. "Temui aku, kita bicarakan keinginanmu..." Mendengar suara yang dikenalnya pria itu terduduk dengan menekuk wajahnya.
Siang hari dengan suhu panas dan matahari yang terik membuat (name) merasa risih dengan keadaan sekitarnya. Didepan kamera kini matanya berulang kali menatap kesal pada lampu flash camera yang mengenainya. Hingga waktu yang awalnya menunjukan pukul delapan pagi kini berputar menunjukan jam setengah dua belas. Dengan berita dan pernyataan yang dikatakannya tersebar dengan cepat beberapa jam lalu. "Lihat, kau membuat berita percaya, sekarang lakukanlah aktingmu dan jangan membuat suatu hal yang berakhir dengan polisi atau apapun apa lagi dengan media masa."
Di depan sebuah pintu (name) hanya bisa pasrah ketika melihat pria yang sangat dibencinya. "Cepat bawa barangmu masuk dan bereskan segera. Kamarmu dikamar tamu dan jika butuh sesuatu katakan saja pada pria itu dia akan membantumu. Dan ingat! Tidak ada perkara hingga satu bulan kedepan. Aku tidak mau ini semakin terlalu jauh." Levi meninggalkannya dengan hanya mencelos pergi tanpa ada sepatah kata lagi setelah ceramah panjang lebarnya seharian ini.
"Pria macam apa yang menginginkan ini semua-" Ditatapnya disebuah lemari kaca yang berjajar rapi bermacam merek kopi dan kotak daun teh. "bagus, aku harus mencium kebun teh dan kopi setiap harinya."
Levi menatap denga kesal begitu dirinya sampai di kantornya. "Erwin..." dengan alis tebal dan mata biru yang dikenalnya, dalam sekejap Levi dengan mudahnya melempar vas didekatnya dan berhasil dihindari Erwin. "Kejam seperti biasa huh?" Gertakan tangan itu membuat Erwin menyerigai. "Tak apa lakukan sesukamu lagi pula aku sedang memperbaiki masalah kantor disini dan hanya menyapa dengan dibalas vas melayang. Wow, aku tersanjung."
"Pergi. dari. tempatku." mata itu semakin menatap kesal pria didepannya bahkan dengan tangan yang masih menggenggam kuat itu dapat dilihat jika Levi sangat marah padanya. "Aku akan pergi tenang saja sepupu, aku tidak akan mengganggu dan hanya...ingin menemuinya."
Levi yang paham dengan tabiat pria ini meneriakinya dan memanggil penjaga guna mengusirnya. "Tidak ada kata sepupu, kalian semua memang busuk!" geram Levi yang kini tidak mood dan hanya membiarkan dokumen didepannya berserakan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT
FanfictionDia, Levi Ackerman. Seorang vokalis band dengan tiga orang termasuk dirinya. Band yang diberi nama "No Name" yang berhasil membuatnya terkenal menjadikannya seorang artis yang dipuja oleh fansnya, walaupun sebenarnya band itu tenar baru-baru ini. Me...