CHAPTER 13 : The Secret of ....

34 5 0
                                    

Levi terbangun dengan keringat yang membasahi tubuhnya dan seperti mimpi buruk itu menjadi nyata dirinya mencoba berdiam untuk beberapa saat diatas kasurnya hingga seseorang mengetuk pintu dengan hati-hati. "Tuan Levi? Apa anda baik-baik saja?" Melihat sekeliling dirinya mendapati jam disebelah nakas menunjukkan pukul sembilan pagi, bisa-bisanya dirinya bangun setelat ini. Namun, segera tersadar akan sebuah surat di sebelah vas dengan lipatan setengah terbuka.

"Maaf aku harus pergi, aku tidak bisa berdiam dan tidak mendengarkan ucapan mu. Tetapi satu hal yang aku ingat. Momen yang terulang itu dan sentuhan yang kau lakukan jujur saja itu mengingatkan diriku sebenarnya. Kau bisa menanyakan kepada Hanji. Aku jujur saja memiliki rasa ini kembali, walau aku tidak tahu bagaimana harus mengekpresikannya. Levi, kau pernah berkata kepada ku. Seorang wanita yang berada disamping raja dia sebagai mata yang menerangi jalan menuju musuh berada. Aku tidak bisa berkata banyak tentang semua hal yang aku simpan selama ini. Aku tidak ingin menyakiti dirimu lagi. Jadilah Levi Ackerman yang baru, dalam keadaan yang tidak sepatutnya ini. Selamat tinggal, aku akan mengingat selalu."

(Full Name) -Eva

Pria itu terdiam segera membuka pintu dan mendapati seorang pelayan yang menyiapkan sarapan untuk dirinya. "Mengapa hanya ada satu piring?" Levi masih berpura-pura menahan diri dengan dada yang terasa sesak. Dirinya mencoba tidak membayangkan seperti yang ada di dalam pikirannya. "Maaf, begitu kami masuk dan ingin membersihkan ruangan tengah, kamar tamu pintunya terbuka lebar. Tidak ada siapapun disana."

Nafas berat jantung yang berdetak cepat, Levi menelan ludahnya sendiri dirinya bergegas mengambil ponselnya dan menelfon seseorang namun ketika nomor dihubungi hanya tertera 'nomor tak dapat ditemukan' frustasi tanpa sadar dirinya memukul kepalanya sendiri walau terasa sakit dan pusing amat sangat menyerangnya dia tak peduli. Masih berharap dapat mencapainya secerah cahaya namun nihil. Kamar itu kosong tanpa ada hawa kehidupan di sana tak ada nampak rapi dan dingin seperti tak tersentuh. Tak habis akal dirinya segera mengambil kunci mobilnya dan menuju ke tempat Hanji.
.

.

.

.

.
Aku terdiam dengan kesal masih dengan diriku yang tak terima hal ini terjadi. Bahkan pelayan bodoh yang ada di rumah? Mengapa mereka tidak membangunkan diriku dan membiarkan ini terjadi. Aku masih kesal tapi kenyataannya aku takut, ada sesuatu dalam diriku yang tak terima mengapa (name) pergi begitu saja? Lagi? Mengapa dia mengatakan tak ingin menyakiti diriku? Apa yang kau rahasiakan? Apa yang aku lupakan? Apa hal besar terjadi? Tidak lama aku melihat ponselku bergetar dan tertera nomor tidak diketahui. Saat ku buka aku sudah ingin menghapus pesannya.

Aku Erwin mungkin kau akan menghapus nomor ini sesegera mungkin? Tapi biar kutebak kau berlari lagi? Kemana? Hanji? Apa (name) tidak memberikan rahasia yang di tutup olehnya? Aku akan selalu terbuka jika kau ingin menanyakan sesuatu padaku. Kau bisa menemuiku di rumah lamamu? Apa kau sudah lupa? Biar kuingatkan

"Pesta ini akan berakhir dengan tragedi dan mungkin kau yang bisa menolong diriku..."

Ingat baru saja kalimat yang ku ucap. Karena itu kau pernah mengatakannya, kepadaku.

Aku terdiam apa maksudnya pria menyebalkan ini. Bukankah seharusnya dirinya yang senang melihat diriku menderita tetapi malah kebalikannya dia mau menolong ku? Apa karena ini jebakan? Dan (name) membantu mereka. Apa ada hubungannya dengan Kenny? Sial!

EVANESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang