CHAPTER 10 -days4

28 7 2
                                    

"Kampai!"

Seru Hanji saat pesta selesai acara digelar hanya acara minum biasa namun terkesan hangat dan nyaman. Tetapi tidak dengan (name) yang selalu menghindar dari sisi Levi dan menghampiri Hanji walaupun begitu Hanji hanya bisa mengikuti permainan yang (name) lakukan dengan hanya berpura mengobrol. Mike menatap mereka berdua hanya menghela nafas dan terlihat jelas jika Levi ingin membicarakan sesuatu. "Aku ingin bicara tentang album baru yang akan dirilis di akhir tour nanti," Mike memutuskan mengubah suasana dan membuat (name) memberikan mereka ruang. Kini di taman dekat hotel (name) duduk sendirian menatap ponselnya yang dirinya sendiri tidak tau melakukan apapun. Hanya membuka aplikasi, menutupnya lalu mengganti dengan yang lain sampai seseorang menyodorkan sebuah minuman kemasan padanya.

"Apa yang membuat kau berada di tempat sepi ini?" (Name) menghela nafas lelah dan menatap Erwin yang menemuinya setelah insiden tidak diinginkan tadi. "Kau mengambil bukti yang diambil pegawai itu?" Erwin hanya mengedikkan bahu. (Name) kembali menatap kesal pada Erwin. "Aku harus mengatakan jika ini mendesak tetapi kau butuh hal mengakhiri ini." (Name) hanya bisa menatap Erwin ketika pria itu memberikan cincin padanya.

"Terima kasih sudah menyimpannya selama ini." Erwin berdiri dan merapikan jasnya namun, sebuah kamera terpancar ke arah mereka. Tetapi Erwin dengan gesit menutup wajahnya walau kini (name) terekspos mereka segera lari menuju gedung dan di dalam lift Erwin memberikan sebuah kartu pada (name), "Pakai ini untuk membuat mereka diam, aku harus segera pergi." Saat lift terbuka pada lantai lima Erwin pergi berjalan meninggalkan (name) dalam lift. "Mengapa harus disaat seperti ini." Resah dan kegugupan yang dialaminya membuat (name) kini harus memutar otak agar masalah ini tidak semakin rumit.

Tiba di kamar hotel (name) melihat Levi yang menatap ponselnya dengan serius. "Habis dari mana kau?" Tatapan tajam itu membuat (name) sedikit gelisah menjawab hal ini. "Dari taman di bawah aku ingin menyendiri sebentar," ujarnya walau tidak sepenuhnya benar. "Kurasa aku sedikit meragukan hal ini." Levi memperlihatkan pada (name) foto buram dan seseorang menutup wajahnya namun nampak jelas wajah (name) serta pakaiannya yang disoroti sangat mirip dengan yang dikenakan saat ini. "Itu Adam, salah satu staf dia memberikanku ini, karena aku melupakannya di belakang panggung." Tunjuknya pada sebuah cincin emas. "Oh, ya sudah. Tetapi bagaimanapun juga kau harus menyatakan pada media bisa-bisa nanti disalah artikan oleh para khalayak diluar sana." Tidak ambil pusing (name) segera mengambil baju dan menuju kamar mandi.

Besok mereka harus pindah lagi menuju kota selanjutnya dan Levi merasa tidak tenang dalam tidurnya sementara beberapa lalu sebelum (name) tiba Yelena menelpon dirinya meminta (name) segera diantar kembali namun, segera dia mematikan komunikasi itu sepihak. "Beri aku waktu, aku ingin menghalanginya." Ratapnya pada pintu kamar mandi. "Tetapi aku merasa familiar semakin kita dekat (name)," Levi mengganti bajunya dan segera menuju kasurnya. Helaan nafas panjang dan berat membuat Levi tak habis pikir mengapa dia berpikir ide gila yang bahkan tidak tahu pasti (name) memaafkan dirinya kini. Mengingat awal mereka bertemu dengan kasar menariknya dalam masalah hidupnya dan kini mempermainkan mental juga perasaannya, sekaligus membuat (name) merasa kecewa pada dirinya juga pada dalam diri Levi sendiri.

Siang panas terik namun mereka masih dalam perjalanan menuju kota lain menggunakan jalur darat. Beberapa kali akan ada insiden orang muntah dan tidak enak badan padahal pekerjaan mereka sendiri yang sering mereka alami seharusnya tidak separah orang yang sering berpergian menggunakan pesawat seperti Levi, pria itu tidak mendapatkan reaksi seperti lainnya. "Apa kalian selalu seperti ini? Hanya karena kita memilih jalur darat bukan berarti kalian mabuk darat." Semua orang menatap Levi ingin rasanya meninggalkan pria itu dijalanan agar merasakan hal yang sama. Namun sebagai pria yang menjadi peran utama dalam tour kali ini mereka hanya bisa menghibur diri mereka sendiri.

"Bisakah kau tak merendahkan yang lain? Aku rasa kita butuh istirahat juga membiarkan mereka pulih sebentar? Lagi pula konser diadakan esoknya dan perjalanan ini akan sampai pukul sembilan malam nanti. Seharusnya tidak masalah jika kita tiba di hotel jam sebelas malam." Ujar Hanji panjang lebar dan membuat pria itu mendecih tak terima akan usulan Hanji. Sementara (name) masih mencoba menyandarkan posisinya karena dirinya juga mabuk darat. "Kau juga rupanya," tidak mendengarkan ocehan dari Levi (name) mencoba kembali merilekskan tubuh dan pikiran agar dirinya segera tertidur saat perjalanan nanti. " Aku tak percaya merasakan hal ini lagi," ujar (name) begitu saja. Seketika (name) terdiam dan menatap kedua tangan dan dengan tidak biasa dia menuju sekumpulan staf dan meminta beberapa obat mual dan pusing namun saat dirinya tiba obat itu tersisa satu dan itupun diminum oleh salah satu staf.

"Apakah ada apotik terdekat disekitar sini? Aku akan ikut dengan staf yang akan beli." Dan seseorang menarik tangan (name) pria blonde dengan tubuh tinggi gagah. "Dengan aku saja (name)-san," dengan senang (name) berdiri dan mengambil daftar obat dari staf yang akan dibeli nanti. "Apakah ini sudah semuanya?" Staf yang lain mengiyakan dan (name) berangkat bersama Adam. Tetapi Levi yang melihat mereka berdua diam-diam mengikuti dari jauh.

Nampak normal dan bahkan Lebih mampir pada sebuah toko mini untuk membeli rokok dan kopi instan. "Apa kita pernah bertemu?" Pemilik toko datang dengan membawa secangkir kopi dan sebungkus rokok. "Rasanya kita pernah tapi dimana ya?" Levi tidak menjawab. "Aku Farlan, ujar pemilik toko." Levi menghela nafas dan mengambil rokok serta kopinya namun pemilik toko juga memberikannya sebuah satu lonjong obat pil. "Aku tau kau penyanyi dan membutuhkan tenaga ekstra aku memberikan secara gratis, anggap saja ini rasa simpati dariku." Levi meninggalkan toko itu dan menghampiri (name) serta Adam yang terlihat belum selesai mereka mencari obat. Levi juga masuk ke dalam apotik dan berjalan menuju vitamin dan mengambil dua tabung kecil. Segera dirinya menuju kasir dan membayarnya. "Kalian lama," dua sosok di depan Levi terkaget bahkan (name) sampai mundur beberapa langkah. "Kami masih lama kau duluan saja," Adam meminta Levi pergi namun pria itu tetap berada di tempat sampai (name) memasukkan sesuatu ke keranjang belanja. "Buat apa kau membeli alat itu." Tunjuk Levi pada sebuah alat panjang dan tipis seperti stick es krim. "Itu milik Adam-san yang memintaku mengambilkannya."

Levi memutuskan meninggalkan mereka dan segera menuju ke dalam mobil mencari suasana yang membuat dirinya terpanggil untuk kesal karena merasa cemburu pada mereka berdua. "Tapi mengapa harus testpack?" Gumam Levi dan pria itu melanjutkan makan serta bermain dengan ponsel miliknya sendiri.

TBC...


EVANESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang