Levi mengendarai mobilnya berhenti pada suatu tempat. Tempat yang sama ketika Hanji mengantar dirinya. "Maaf, Elden apa ayah mengganggu mu?" Tanyanya pada makam dan dirinya duduk disana.
"Huh, apa yang terjadi saat kau ada di dunia ya? Aku memang terlalu bodoh untuk mengatakan hal seperti itu. Pasti ibuku merasakan sakit yang sama seperti kau rasakan." Helaan nafas berat Levi dan hawa dingin di pagi hari membuat sekitar nampak berkabut.
"Ayah memang pantas mendapatkannya. Kehilangan ibumu, hidup seperti boneka, orang yang disayangi pergi. Hah... memang hidup itu seperti panggung pertunjukan."
Tetesan air mengenai pipi Levi, tapi pria itu tak peduli sama sekali. Bahkan hawa keberadaan seseorang yang bersembunyi di balik semak-semak tidak jauh dari dirinya tidak dirasakannya.
"Elden, bahagialah di atas sana, mungkin juga karena aku kau tidak merasakan pahitnya dunia. Tapi aku yakin kau ingin melihat sisi dunia yang indah. Tapi terhalang olehku, ayah macam apa aku ini?"
Levi terdiam cukup lama hingga hujan mengguyur tubuhnya membuat tubuh pria itu dingin dan kulitnya perlahan pucat. "Jangan khawatir, ayah akan selalu datang kemari. Tolong maafkan aku, walau aku yakin itu sulit. Elden, bahagialah."
Levi kembali pada mobilnya namun, dirinya mencari rokok dan mulai menghisap sedalam-dalamnya dan menghembuskan asap putih melalui mulutnya. "Mengapa begitu runyam."
Kenny menatap data yang Erwin berikan padanya dan pria itu mulai menyulut cerutu di mulutnya. "Bagaimana kabar anak itu? Apa setelah berita yang bludak anak itu membunuh dirinya sendiri?" Tatapan dari sudut mata Erwin membuat Kenny tersenyum padanya. "Ya, lagi pula karena ayahnya lah dia seperti itu."
"Dengan segala hormat aku tidak akan meragukan hal itu namun, darah Ackerman dan Sa' Ar tetap ada pada keponakan anda."
"Kau memang kesayangan pria itu huh, pantas saja kau dijadikan kaki tangannya saat usiamu remaja. Tetap saja hal warisan ada pada ku."
Erwin terdiam tidak melanjutkan percakapan antara keduanya dan pergi begitu saja. "Anak dan ayah sama saja, kau menikahi pria yang salah Kuchel kurasa kini kalian memang ada di neraka. Yah, berbahagialah kalian dapat bertemu di sana."
.
.
.
Hanji terdiam saat sebuah surat sampai di kantornya dan beberapa nama tertera disana sayangnya ada beberapa nama yang dikenalnya tidak tercantum dalam surat itu.
"Erwin sialan!"
Hanji berlari menuju mansion tempat Levi 'mengenang' sesuatu. Padahal mansion bekas kebakaran yang beberapa ruangannya sudah tak terbentuk pria itu nekat tinggal disana. "Levi!" Hanji berlari ke segala sudut ruangan yang ada namun pria itu tidak ada disana. Sampai dirinya berjalan menuju ruang utama tempat kantor ketua, ayah Levi bekerja disana pintu yang seharusnya tersembunyi terbuka dan tangga menuju kebawah dengan lilin disetiap sisi kiri-kanan menyala.
"Tidak ikut masuk.."
Segera menoleh dengan cepat hampir saja dirinya menusuk seseorang di belakangnya dengan pisau lipat yang Hanji genggam. "Sialan! Kau membuat jantung ku copot!"
Levi dengan entengnya mengedikkan bahu dan berjalan menuju ruang tersembunyi. "Apa kau tahu tempat ini?" Hanji menggeleng.
"Tidak sama sekali karena tugasku hanya menjadi dokter pribadi tempat ini sekaligus penjaga (name)."
"Apa aku yang memberikan perintah?"
"Ya, setelah kau menjadi salah satu orang yang memaksaku pada Medan perang sebelumnya."
"Oh, saat kita di UK? Apa ya...oh, ya aku tahu. Penjualan illegal yang kita lakukan."
Hanji terdiam bahkan Levi yang santai kini berbalik menatap wanita itu yang mematung dengan ketakutan. "Apa? Aku masih buram soal hal yang terjadi tapi aku mulai ingat saat seseorang memukul kepalaku keras kemarin."
Sesosok bayangan menghampiri ke arah cahaya dan terlihat Farlan dan Isabel. "Kalian..." Hanji tak percaya dengan hal yang dilihatnya.
"Sudah lama tak berjumpa. Kurasa kalian mulai lupa pada kami?"
Hanji menggeleng dan menatap Isabel yang menatapnya sambil tersenyum. "Kapan kalian bertemu!" Hanji masih tidak percaya mengenai mereka. Ya, cukup rumit. Berita mengenai kapal tenggelam yang diberitakan saat pesta mengenai sabotase yang akan dilakukan di kawasan perebutan musuh membuat ayah Levi menurunkan sepuluh anak buahnya termasuk Farlan dan Isabel yang merupakan rekan satu tim laboratorium sebelum mereka bergabung (paksa) pada anggota kemafia-an Levi.
"Aku ceritakan padamu jangan tegang begitu, syarafmu nanti kaku Hanji." Ujar Farlan tersenyum tipis padanya.
..
.
Menatap mereka bertiga Levi diam-diam mengambil informasi yang mereka katakan satu persatu. Mulai dari perebutan, warisan, penjualan dan pembelian ilegal. Kenalan ayahnya sampai dirinya menghampiri Farlan yang setengah mabuk dengan masih meminum alkoholnya.
"Farlan," diambilnya botol yang digenggam pria itu dan Levi menuangkan sedikit pada gelasnya.
"Apa kau masih ingat saat aku bertemu dengan wanita itu?"
"Farlan yang setengah mabuk tidak paham apa yang dikatakan oleh Levi sampai Hanji yang terbangun dari keadaan mabuknya dirinya merampas botol yang ada di tangan Levi. "Erwin sialan!"
Levi terkejut walau kini dirinya mencoba untuk kembali tenang dan menatap Hanji dengan wajah datarnya.
"Bujukan macam apa itu!. Tidak ada moblit disana....tidak ada Rena disana....Bahkan! Adela yang sering membuat lelucon denganku tidak ada...apa mereka semua ti..mati! Aku ngin.. mereka kembali....rencana sialan apa yang kau persiapkan huh?! Agen apanya...kau mata-mata disana. Tunduk pada mereka...kau seperti anjing yang penurut.... Erwin tak becus kau sialan!..." Levi terdiam setelah Hanji merancau tak jelas dirinya tau jika Erwin selama ini memata-matai dirinya.
Pantas saja nomor ponselnya walau tidak pernah berkomunikasi dengannya dirinya sering diteror pesan dengan nomor aneh yang sama. Dengan nomor pengirim yang sama.
Erwin terdiam dibalkon dengan menatap langit dengan tatapan menerawang tak luput dari kewaspadaan dirinya merasa aneh dengan seseorang yang bersebrangan dengan hotel yang disinggahi dirinya sejenak.
Dengan kesal dirinya menyiapkan pistol silencernya namun, seseorang datang dari arah pintu. Ditarik dengan paksa Erwin dapat melihat pria berbaju hitam sedang mendobrak pintu hotelnya namun, Erwin membuatnya berhenti dan pria itu memutuskan diam sambil menunggu dan ketika dobrakan itu berhenti.
DROR*
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT
FanficDia, Levi Ackerman. Seorang vokalis band dengan tiga orang termasuk dirinya. Band yang diberi nama "No Name" yang berhasil membuatnya terkenal menjadikannya seorang artis yang dipuja oleh fansnya, walaupun sebenarnya band itu tenar baru-baru ini. Me...