Pt. 24

2.5K 244 37
                                    

Recomended banget putar lagu Your eyes tell...

Sorry for typo
.
.
.
.
.
.
.

Cklek...

Pintu ruangan UGD akhirnya terbuka sejak 30 menit yang lalu mereka membawa Jimin yang pingsan saat perjalanan kembali ke rumah sakit. Mereka begitu khawatir dan panik saat itu.

"Dokter Kyungso bagaimana keadaan Jimin?" Tanya Hoseok yang kini sudah berdiri dari duduknya.

"Pukulan di area ulu hatinya membuat luka dalam pada daerah itu, beruntung pukulan itu tidak sampai pada pembuluh darahnya, Jimin akan sering mengalami sakit perut, tapi kalian tidak perlu khawatir, mungkin dalam dua sampai tiga hari ini dia akan sembuh. Bukankah sudah ku bilang? Sebaiknya Jimin tetap di rumah sakit saja, tapi apa ini? Kenapa dirinya malah kembali dengan luka baru?!" Namjoon, Hoseok dan Jungkook menundukkan kepalanya.

"M-mianhae Kyungso ahjussi" Cicit Jungkook membuat Kyungso menghela nafas.

"Baiklah, aku akan memindahkan Jimin ke ruang rawatnya lagi, kalian jaga dia" Kyungso menepuk bahu Jungkook pelan lalu pergi dari sana.

"JUNGKOOK!" Teriak seseorang dari ujung koridor UGD.

Pemuda pucat itu berlari dengan sedikit tergesa ke arah mereka bertiga.

"Bagaimana Jimin, bagaimana bisa terjadi?!" Itu Yoongi yang saat ini mengguncang bahu Hoseok.

"Yoon tenanglah" Seokjin yang baru datang mencoba menenangkan Yoongi yang tampak khawatir.

"Bagaimana aku bisa tenang, Taehyung masih koma dan Jimin?" Yoongi mengacak rambutnya frustasi.

"Yoon tenanglah" Seokjin mengusap punggung Yoongi, kepalanya pening saat ini. Sejak bertemu Eunha Yoongi menjadi dua kali lipat lebih pendiam dari biasanya, bagaimana caranya Seokjin tau apa yang di pikirkan anak itu.

🍁🍁🍁🍁🍁

Sudah tujuh bulan sejak Jimin kembali masuk ke UGD karena Jinyoung, sudah tujuh bulan pula Kim Taehyung terbaring lemah dengan alat-alat yang menunjang kehidupannya. Tubuhnya yang kurus menjadi semakin kurus. Setiap masuk kedalam ruangan terkutuk ini Jimin selalu menangis dengan menggenggam tangan sang adik.

Seperti bulan-bulan yang lalu, minggu-minggu yang lalu bahkan hari-hari yang lalu Jimin kembali memegang tangan sang adik dan menangis dalam diam, hanya ada dirinya yang ada di dalam ruangan ini. Kini hanya tersisa dirinya yang selalu membisikkan kata-kata penguat untuk sang adik, entah adiknya itu mendengarkan atau tidak.

Bahkan ketika keluarga dan sang dokter mulai putus asa dan mulai menyerah namun Jimin tetap ingin mempertahankan sang adik, dirinya tidak ingin kehilangan sang adik. Bahkan minggu lalu Kyungso mencoba melepaskan alat-alat yang menunjang kehidupan Taehyung, Jimin menghentikannya dan mengamuk hingga berakhir dengan dirinya yang mendiami seluruh keluarganya, ah mungkin hanya tiga orang yang percaya pada Jimin bahwa sang adik akan terbangun, hanya Yoongi, Seokjin dan Jungkook.

"Tae, hiks.. Kapan kau akan bangun? H-hiks.. Mereka menyerah Tae hiks.." Jimin menangis dengan wajah yang bertumpu pada telapak tangan Taehyung yang ia genggam.

"Aku hiks.. Aku tidak ingin kehilangmu lagi Tae, hiks.. Aku mohon" Jimin terisak hebat di telapak tangan Taehyung.

"Jangan buat aku menyerah juga" Lirih Jimin hampir menyerupai bisikan di dalam keheningan ruangan itu.

Tak sadar jika ada seorang wanita paruh baya yang berdiri di ambang pintu dengan menahan isakan dan tangisnya. Wanita paruh baya itu adalah Yura, yang berdiri dengan tangan menutup mulutnya. Tak kuat melihat pemandangan di hadapannya wanita itu pergi keluar dan pergi ke taman rumah sakit.

My twins is my life [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang