15. flower path

808 139 30
                                    

hening menyeruak begitu eunbi diam. jaemin tak berniat membuka suaranya. bukan, bukannya dia sudah kepalang benci—tapi hanya saja susah untuknya merangkai kata yang sudah dari lama ingin ia utarakan ke gadis di depannya ini.

“jaemin jangan diem aja....” lirih eunbi pelan, kepalanya pening karena kurang tidur.

jaemin menghela nafas, “jujur.... aku udah tau kamu bohong waktu nonton konser karena renjun sempet ketemu kamu di sana.”

eunbi mendongak terkejut, tapi tak mengatakan apapun. jaemin tetap datar, “bodoh banget ya aku nungguin kamu buat cerita sama aku, buat bilang atau setidaknya jujur ke aku.”

“aku benci orang bohong, sekali kamu bohong pasti banyak kebohongan lain yang ikut,” ujar jaemin tenang, “papaku pergi sambil bawa kebohongan dia, makanya aku benci orang bohong. dan sekarang kamu.... orang yang aku sayang juga bohong.”

eunbi tak menjawab, lidahnya kelu untuk sekedar memberi komentar yang berujung sia - sia. tangannya meremas kemejanya kalut. kepalanya makin berkunang - kunang.

“susah banget ya ngasih tau aku? aku pun gak bakal melarang kamu pergi loh, kak,” sahut jaemin terdengar geram.

“yaudah, mungkin emang kita beda. aku sendiri jujur butuh validasi tentang hal - hal kecil karena aku benci kepikiran soal hal - hal kecil yang aku gatau benernya. dan kamu..... menganggap hal - hal kecil itu hal yang gak penting untuk di obrolin sama aku, i'm tired, kak.”

hati eunbi remuk, memyadari bahwa sudah tak ada lagi kesempatan karena laki - laki di depannya ini terlihat sangat sangat kecewa. harusnya ia tak pernah menganggap enteng semua hal, harusnya ia ada waktu jaemin gagal, harusnya ia tidak berbohong, dan banyak lagi kata harusnya berputar dalam benak gadis hwang itu.

“then i'm sorry, aku.... gak bisa jadi yang baik.... aku terlalu menggampangkan sesuatu.... aku gatau lagi mau ngomong apa ke kamu selain maaf,” sahut eunbi hilang kata, rasanya ingin berlari dan menangis sembari memeluk bantal kesayangannya.

rasa ini, seperti rasa gagal yang tidak bisa dia terima.

eunbi melirik arloji di tangan kanannya, jam sepuluh, menunjukkan waktu kalau akan ada rapat bersama teman divisinya. ia beranjak berdiri, menghindari tatapan intens jaemin.

“kayaknya aku gak bisa denger lebih lanjut lagi..... semua hal yang kamu bilang udah aku inget dan aku catet buat jadi intropeksi...... maaf kalau aku pengecut tapi aku harus balik lagi ke kampus, you can swear at me or break up with me now.”

“kamu selalu lari,” ujar jaemin lalu ikut beranjak, “kamu mikir apa sekarang?”

“kamu benci banget sama aku.... gapapa kok normal..... i don't deserve you ya, jaem?” sahut eunbi tersenyum lalu menggigit bibir dalamnya, sadar kalau sedari tadi obrolan ini makin kacau.

“iya aku benci banget sama kamu—lebih benci kenapa aku masih aja sayang sama kamu,”

eunbi menoleh, “hah?”

jaemin tersenyum tipis, “kamu udah jump into conclusion kalau aku bakal mutusin kamu ya? maaf, tadi aku cuma curcol aja kok.”

eunbi makin bingung, “maksudnya gimana sih jaemin aku bingung?”

“aku gak bodoh buat minta putus cuma gara - gara masalah sepele kayak gini, satu tahun kita lebih berharga daripada itu, jadi tolong kalau ada apapun kamu bilang ke aku, jangan bikin aku overthinking ke kamu.”

tangis yang sedari tadi ditahan eunbi tumpah begitu saja dengan jaemin yang memeluk erat gadis itu. bayangan buruk soal ia berakhir putus dengan jaemin hilang seketika.

“pasti capek ya jadi panitia? maaf ya tadi aku bikin kamu bingung, gausah nangis lagi dong,” bujuk jaemin terkekeh mengusak surai rambut eunbi.

“jaemin juga sayaang banget sama eunbi, jadi eunbi jangan ulangin lagi ya bohongnya?”




✨✨✨

end

extra chapter➡️soon

[2]rewrite the stars;njm, heb✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang