membentengi

2.7K 283 4
                                    

Selamat membaca


















"kamu kenapa makannya sedikit sih?" tanya nenek olivia yang sedang memerhatikan cucunya makan. Sekarang di kamar rawat arthur ada kakek james dan mikael juga adik lelaki mikael yaitu Azarel.

Namun arthur hanya terdiam. Anak itu masih belum berubah, arthur masihlah seseorang yang diambang depresi. Tak ada kekuatan ataupun nafsu untuk melahap makanannya.

"nenek sama kakek bakal tinggal di ottawa sementara. Kamu mau ikut?" tanya nenek olivia, oliv tau bahwa cucunya ini tidak lagi bahagia dirumahnya sendiri.

Olivia tidak menerima kehadiran hana, namun ia juga tidak menolak. Olivia akan bersikap netral pada hana dan anak-anaknya namun tetap saja arthurlah yang sekarang ia prioritaskan melebihi putranya sendiri,Jordan.

Arthur menggeleng, melihat jawaban dari arthur malah membuat kakek james keheranan. Kenapa arthur menolak, niatnya ia membawa dan menjauhi arthur dari jordan dan hana agar arthur dapat menyembuhkan lukanya.

"kenapa sayang?" tanya nenek olivia.

"hanya tidak mau saja." jawab arthur singkat kemudian menyudahi makannya dan meminum obat-obatannya lagi.

"disana lo akan dapat perawatan yang lebih baik." ucap mikael, barangkali arthur mau pergi kesana untuk penyembuhannya.

"nggak mau." jawabnya lagi.

"diajak pergi ga mau, mau apalagi sih di rumah kakak?makan hati sama batin sih iya." celetuk azarel menumpahkan rasa geregetannya. Perbedaan umur azarel dengan mikael dan arthur hanya selisih satu tahun jadi mereka tergolong sangat akrab dalam berbincang.

Jujur saja, azarel menolak kehadiran hana dan dua anaknya secara terang-terangan tanpa ada yang disembunyikan.

"disana masih banyak kenangan mama yang belum bisa aku lupain. Ga kuat rasanya ngeliat posisi mama dirumah itu tergantikan oleh wanita lain. Sakit ngelihatnya." ucap arthur lirih dengan tatapan sedihnya.

Kalau soal diana, mereka semua hanya bisa diam. Diana memang sangat berperang penting dalam hidup arthur bahkan terhadap hal sekecil apapun. Diana sosok ibu yang sangat sempurna, akan sulit jika hana menggantikan posisinya di mata dan hati arthur.

🍀🍀🍀

Arthur melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah, dengan menyangkil tasnya ia masuk sendirian. Bisa ia dengar suara jordan yang tengah asik berbincang dengan saga dan sean diruang tengah.

Saat arthur berjalan menuju tangga kehadirannya membuat jordan terkejut. "kamu kenapa pulang sekarang?kan papa bisa jemput kamu." arthur hanya menatap datar.

"aku telpon papa lebih dari 10 kali. Pantas ga dijawab,toh, papa lagi asik banget sama mereka. Lupa ya hari ini anaknya boleh pulang?" ujar arthur dengan nada kecewa. Jordan malah teringat jika hp nya mati kehabisan daya.

Saga dengan mengumpulkan tekad ia mendekati arthur, ia tidak mau terus tinggal diam. "sini tas lo gw bawain.." tawarnya dengan sangat baik.

"gausah, terimakasih. Lanjut lagi aja sayang-sayangnya sama papa lo." tolak arthur.

Sean mendecih melihat prilakunya. "mau diperlakukan bagai raja pun, hatinya bakal tetap batu." ucapnya penuh mengarah pada arthur. Saga malah menatap tajam sean yang bicara hal seperti itu.

Arthur tentu menanggapi sean dengan tenang, tidak mau membuang emosi dan tenaga menghadapi sean. "terserah lo mau bilang apa. Dariawal gw emang ga membutuhkan perhatian sekecil apapun dari lo,saudara lo, ataupun mama lo." ucap arthur cukup tajam. Lalu ia pergi kembali menyapa kamarnya yang sunyi dan hampa.

Di kamarnya arthur duduk diatas ranjang dan menatap foto diana yang terbingkai diatas nakasnya. Senyum diana yang teduh dan manis membuat arthur sadar, ia tidak sepenuhnya kehilangan diana. Diana masih ada dihatinya, arthur harus meyakininya.

"aku merindukan mama yang telah tiada itu wajar. Tapi aku juga merindukan papa. Yang ada namun terasa tiada." gumam arthur menatap wajah diana.

"kenapa sih mama ga jujur aja sama arthur?mama disakitin sama papa. Kalau begitu dari dulu aja kita pisah sama papa. Biar dia bahagia sama istri barunya. Kita hidup berdua, ga masalah kalau arthur ga ada papa."gumamnya dengan sesak yang mulai menghimpit rongga dadanya, sesak yang memanas dan menusuk hati terdalamnya.

Tok

Tok

Tok

Suara ketukan membuyarkan lamunan arthur. Arthur terdiam tak berniat membukakan pintu bagi orang yang mengetuknya itu.

"ini gw saga. Gw mau bicara, 10 menit aja.."

Arthur pun berdiri dan membukakan pintu untuk saga. Tapi tidak membiarkannya masuk."kenapa?" tanya arthur. Seketika melihat wajah arthur yang terkesan dingin dan tidak ada senyum itu membuat nyali saga agak ciut. Aura tegas jordan itu mirip dengan aura diamnya arthur.

"gw mau minta maaf aja atas omongannya sean. Tuh anak kalau ngomong emang suka kebablasan, maafin ya.." ucapnya dengan senyum kikuk, berharap arthur menghargai sedikit permintaan maafnya.

"saudara lo bener kok, sebaik apapun lo perlakuin gw, gw ga akan mengakui lo. Jadi mulai sekarang, dari detik ini. Lo jangan anggap ada gw, anggap aja papa jordan itu seorang duda yang ditinggal mati istri dan anaknya." itu adalah ucapan terpanjang arthur yang pernah ia dengar, sekaligus ucapan sakit dan menusuk yang saga hanya bisa diam dan mendengarkan.

"kenapa sih lo ga bisa nerima gw dan sean?gw juga korban dari mama dan papa. Gw juga tersiksa dengan dinding tak kasat mata yang lo bangun, mama hana ga sepenuhnya bahagia karena kesedihan lo."

Arthur terkekeh, menertawakan kenapa keadaan seolah menjungkirbalikkan.

"kalau dia ga bahagia yaudah pergi dan tinggalin papa gw. Awal mula dari semua kesedihan ini tuh karena nyokap lo, kenapa juga dia harus punya rasa empati sama gw. Harusnya dia bahagia, dia bangga, sudah hancurin kebahagiaan orang lain."

Kata-kata arthur benar-benar melukai hati saga sangat dalam. Arthur benar-benar tak memperdulikan hati lawan bicaranya. Arthur tersenyum tipis didepannya ini.

"maaf kalau perkataan gw sarkastik. Terimakasih ya saga, kehadiran lo malah makin menorehkan luka di jiwa gw. Terimakasih banget lo punya sikap baik sama gw. Kalau dimasa depan lo juga benci ke gw sama kek sean benci gw, gapapa kok. Sekarang anggap aja gw orang asing dirumah ini. Hidup bahagia ya sama bokap,nyokap dan saudara kembar lo itu,semoga ga ada penghancur yang tiba-tiba datang seperti nyokap lo.." arthur mengucapkannya lagi, menghunuskan lagi pedang tajam ke hati saga. Arthur bahkan menepuk pundak saga dan tersenyum getir ke arahnya.

Arthur menutup lagi pintu kamarnya, semakin membentengkan diri dengan dunia luar. Arthur sudah tidak peduli, hatinya sudah mati rasa.

Disaat masih ada diana saja, ia mati-matian berusaha kuat dan berjuang untuk hidup dari sakitnya, lalu saat sudah tidak ada diana, saat jordan dan hana menorehkan luka.

Bagaimana lagi arthur harus hidup?berjuang sendirian malah membuatnya terlihat semakin menyedihkan.




























Bersambung


ArthurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang