Bagaimana bisa aku lupa

2.3K 267 2
                                    

Selamat membaca









Siang ini Arthur sedang berada di Rumah sakit. Tentu untuk mengecek keadaannya. Arthur tidak ditemani siapa-siapa, keinginannya yang mau pergi sendirian.

Menunggu namanya terpanggil. Dia memang datang lebih awal. Sengaja, banyak orang berlalu lalang. Entah petugas rawat, orang yang menjenguk atau sama sepertinya yang sedang menunggu.

Ditengah keramaian dunia ini. Hanya arthur yang sendirian dan kesepian. Dirinya seolah tak bisa dilihat, seolah ia hanya bayangan. Seolah memang dunia tidak mengharapkannya.

Sebenarnya arthur sudah sangat bosan dengan tempat umum yang familiar ini. Masa kecilnya terperangkap dalam ruangan berbau obat-obatan. Apa masa remajanya juga akan direnggut sedemikian?

Arthur terperanjat dalam kekosongannya saat namanya disebut. Dengan cepat arthur masuk ke ruangan Dokternya. Saat itu arthur belum sadar jika dokter yang biasa menanganinya sudah digantikan dengan dokter baru.

"Arth..." arthur mengangkat pandangannya saat sebuah suara menyebut namanya. Mata arthur memicing saat didepannya, ditempat dokter itu duduk bukan yang ia kenal,yang biasa menanganinya.

"Dokter dion..." lirih arthur, ya, arthur ingat. Didepannya ini seorang dokter yang sudah menyelamatkan nyawanya dulu. Dengan air mata yang sudah siap untuk jatuh, dokter dion berjalan menghampiri dan memeluknya sangat erat.

Menyalurkan perasaan rindu, kasih sayang dan sakitnya pada sang anak muda kesayangannya. "kenapa kau ada disini?" tanya arthur masih mencerna keadaan.

"aku ingin bertemu denganmu—."

"—tadinya aku juga ingin bertemu dengan mamamu.." batin dion mengucapkan dengan lirih dan sakit.

Arthur tersenyum tipis melihat kehadiran dion. Kehadiran membuat hatinya sedikit tertiup angin segar, arthur ingat dulu hanya dokter dion yang menghibur dirinya dan diana dikala kesusahan.

"mari.." arthur pun berbaring di brankar membiarkan dokter dion mengecek kondisinya.

Sembari mengecek kondisi anak muda itu. Dion tengah berpikir, sekiranya apa hal yang bisa membuat arthur mau bicara banyak seperti dulu lagi. Dion bertekad ia mau mengurus dan merawat arthur bagaikan anaknya, tak peduli jika Jordan masihlah hidup.

Karena arthur satu-satunya, kenangan dari diana yang masih tersisa.

"aku yakin,om sudah dengar kabar mama. Jadi aku tidak usah menjelaskannya." ucap arthur tiba-tiba, menatap kosong kedepan.

"apa om sudah menikah lagi?" tanya arthur random. Arthur ingin terlihat normal didepan dion.

"mana bisa aku melupakan istriku. Dia sangat baik dan cantik, kamu masih ingat wajahnya kan?" balas dion yang ingin membangun suasana. Arthur mengangguk sebagai jawaban bahwa ia masih ingat wajah manis dari istri dion, Inara.

"lalu, apa om bisa melupakan mama?"

Pertanyaan itu langsung terucap dengan lancar dari mulut arthur. Arthur juga tidak tahu mengapa ia menyebutkan hal seperti itu, pertanyaan konyol.

Arthur terkekeh melihat dion terdiam. "gausah dijawab, pertanyaanku aneh."

Arthur bangun dan duduk di brankar saat dion sudah selesai memeriksanya. "sudah 5 tahun berlalu. Bagaimana kabarmu?" tanya arthur pada dion dengan sedikit senyum tipis.

"hampa." jawab dion.

"sama sepertiku."







💫💫💫

ArthurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang