Johanes yang bahagia

1.9K 219 7
                                    

Selamat membaca

Arthur membaringkan dirinya diranjang kamarnya. Ya, ruangan ini masih miliknya. Mba rina selalu membersihkannya dan merawatnya agar tidak kotor atau rusak. Bahkan masih ada beberapa fotonya yang dipajang di dinding.

Sejujurnya arthur merasakan pusing mulai mendera kepalanya. Sesak mulai menghimpit rongga dadanya. Arthur meremat dada sebelah kirinya.

Arthur berusaha menarik nafas dari hidung bukan mulutnya. Berusaha menetralkannya. Berusaha tenang meskipun sakit. Sesaknya mulai mereda.

Arthur segera ke toiletnya. Darah mengucur dengan deras dari hidungnya. Mengambil banyak tisu sebagai alat untuk mengelap darahnya.

Flashback on

Arthur (7 y.o)

Arthur kecil itu sedang duduk sendirian ditengah taman sekolahnya. Arthur kesulitan mencari teman karena perasaan malunya.

Ah..kenapa sih mama papanya tidak menyekolahkannya disatu sekolah yang sama dengan mikael? Dengan begitu ia takkan kesepian begini saat jam istirahat.

"kamu sendirian?"

Tiba-tiba seorang gadis kecil berambut sebahu duduk disampingnya.

Arthur hanya mengangguk. "kamu sakit..ya?"

Arthur menggeleng.

"tapi hidung kamu berdarah, muka putih kamu pucet banget, ke bu guru yuk!!" ajak si gadis kecil yang nampak khawatir..

"a-aku ga-papa.." tolak arthur, kemudian ia mengelap darah di hidungnya dengan lengan seragamnya.

"ihh kamu bandel banget! Kamu sakit tau gak?!"

"jangan! Nanti mama khawatir kalau dia tau aku sakit."

"iya biar nanti kamu disembuhin sama dokter!!!kok bandel sih kamu!"

"kita bukan teman!" sentak arthur kesal.

"tau ah! Aku sebel sama kamu!" lalu gadis itu meninggalkannya dengan kaki yang dihentak-hentakkan karena kesal.

Bruk!!

Arthur tersadar dari pingsannya. Kini ia merasa ruangan bercat putih itu sudah bisa ia tebak ia berada dimana..

"mah apa kata om dokter?"

Mamanya tersenyum.

"cuma kelelahan. Kamu makanya jangan kelelahan ya..." jawab mamanya sambil mengelus surainya.

"anak perempuan tadi mana ma?"

"siapa?"

"tidak tau."

Flashback off

Arthur sekali lagi menyumbat hidungnya dengan tisu, yang cepat berubah warna menjadi merah. Pandangan arthur menatap pantulan dirinya didepan cermin.

Ada perasaan takut yang begitu menggebu.

"aku sudah ga peduli sama papa. Kenapa juga aku masih urusin keluarga dia?" gumam arthur bertanya pada dirinya sendiri. "yang aku butuhin hanya papa memberikan hak asuhnya pada tante anne."

"itu saja.."

****

"kenalin, nama gw lucas. Pertama kali gw bertemu sama lo." lucas menjulurkan tangannya kedepan refal. Refal membalas menjabat tangan itu.

ArthurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang