Dalam hangatnya

2.1K 226 9
                                    

Selamat membaca






Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari sekian menit yang lalu. Namun manusia bernama arthur ini masih betah didalam kelasnya. Hari ini adalah jadwalnya arthur membersihkan kelas. Sebenarnya mikael menyuruhnya untuk tidak piket saja dan sebagai gantinya membayar uang kas lebih. Namun arthur menolak, ia tidak mau membayar uang kas dua kali lipat.

Lagipula tugasnya hanya mengelap meja atau bangku yang cukup berdebu atau membersihkan banyak coretan. Dia juga tidak sendiri. Ada kalen, Endi, dan Gio. Mereka bertiga sangat dekat, dan mereka tidak pernah sekalipun mengusik arthur seperti yang lain. Mereka anak yang cinta damai.

Tugas mereka yang malahan berat. Kalen mengepel lantai, gio menyapu dan membuang sampah, sementara endi merapikan lemari buku dan peralatan seperti spidol,kapur dan penghapus. Dirinya hanya mengelap meja.

"habis ini kalian akan kemana?"tanya arthur sekedar basa-basi pada teman sekelasnya ini.

"gw membantu nyokap di warung makan. Musim hujan kayak gini, warung soto nyokap gw lagi rame-ramenya, ar.." ujar endi, senang rasanya keluarganya mendapat banyak pendapatan dimusim hujan ini.

"kalau gw sih masih ada kerjaan, biasa sih, ngajar.." sementara gio punya kerjaan sampingan, tidak dibayar. Yaitu mengajari anak-anak pinggir jalan secara sukarela. Gio senang membagi ilmunya dan dia akan sangat bahagia melihat didikannya menjadi lebih baik.

"kalau gw, yah sebagai sulung dengan dua adik yang selisih umurnya jauh jadi pulang sekolah gw merangkap jadi pengasuh adik-adik gw." tutur sang ketua kelas, kalen. Sedari smp kalen memang langganan menjadi ketua kelas. Wajar jika ia handal dalam mengasuh atau memimpin.

Lihatlah, betapa sabarnya seorang kalen. Sudah mengurus 33 iblis dikelas dan pulangnya ia harus menjaga dan me mengasuh kedua adiknya.

"emangnya orangtua lu kemana?maaf, kalau gw kepo."

Kalen malah mencebikkan bibirnya. "haish gausah canggung begitu sama gw ar, kita kan temenan dari smp. Orangtua gw sering pergi dinas. Jadinya gw sering ditinggal bertiga doang dirumah sama dua adik."

Arthur tersenyum tipis. Betapa bergunanya hidup mereka bertiga.sementara dirinya hanya bisa mengeluh dan jarang mensyukuri. Arthur harus lebih instropeksi dirinya.

"adik-adik lu enak ya. Punya kaka yang bertanggung jawab sama perhatian. Gw iri sama mereka yang punya saudara."

Kalen,gio dan endi paham betul mengenai diri arthur. Paham semua permasalahan arthur, meskipun mereka jarang berinteraksi mereka memerhatikan arthur. Kok bisa ada manusia setegar arthur?

"ar, bersyukur. Lo tau gak?lo itu buat satu sekolah iri sama lo." ujar gio.

Arthur mengerutkan dahinya. "kenapa?" apa yang harus diirikan darinya?apa karena kehidupan kaya rayanya?

"cuma lo disekolah ini yang bisa dapat perhatian dari seorang Mikael. Mikael tuh banyak yang mau deketin, cuma mikael terlalu perhatian dan mikirin elo terus. Terkadang, gw takjub sama rasa sayang mika ke elo. Mika sayang banget sama elo bagaikan saudara, padahal dia juga punya adik. Tapi dia perhatian dan bisa membagi dengan adil. Mika ga pernah nunjukkin sedikitpun perhatiannya kepada siapapun kecuali elo sama azarel." ujar gio panjang lebar.

"betapa beruntungnya elo. Lo juga punya refal kan?dia juga kayaknya jagain lo banget. Kalau ada siswa yang jelekin lo, refal bakal turun tangan langsung. Tanpa harus punya saudara kandung, lo sudah berada dalam hangatnya persaudaraan thur.." tutur kalen.

Perkataan mereka membuat hati arthur sedikit tercubit. Ia merasa sedikit ada pencerahan dalam pikirannya. Tuhan telah menegurnya dengan cara yang halus. Menegurnya untuk lebih bersyukur dan melihat dunia dalam pandangan yang lebih luas, bahwa ia masih punya banyak orang yang mengasihinya, banyak yang mengharapkannya.

ArthurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang