Bertemu Anne

1.9K 223 6
                                    

Selamat membaca






"sudah berani lancang sama papa seperti kemarin?"

Arthur tidak menduga jika papanya akan menunggunya pulang, apalagi?sudah pasti ingin menghakimi. Papanya menatap tajam dari arah sofa ruang tamu.

"papa sudah berani melempar vas ke arahku. Alasan itu sudah cukup memperbolehkan aku untuk pergi." balas arthur yang tidak mau disalahkan begitu saja. Bukan kesalahannya jika ia memutuskan keluar rumah karena perlakuan kasar itu. Mungkin jika diana masih hidup, diana mungkin akan melempar balik jordan dengan pisaunya. Seandainya..

"papa ga suka kamu menghina hana seperti itu."

"aku juga ga suka saga menghina mama. Kenapa papa ga balik marah pada saga?yang anak kandung itu aku atau saga?"

Jordan menahan emosinya. Anaknya ini memang tidak mau kalah. Walaupun harus ia akui dalam hati, anaknya memang tidak salah dan tidak pantas disalahkan. Saga yang memulai, maka ia harus menanggung kemarahan arthur.

"oh iya saga emang anak kesayangan papa. Lalu apa papa juga akan menghapus segala bentuk caci maki sekolah pada saga demi ketenangan hidupnya?"

Jordan terdiam, perdebatan mereka ini bahkan didengar seisi rumah. Mereka terdiam tak mau ikut campur karena dua majikan mereka itu sangat keras untuk ditentang.

"aku malu menjadi anakmu. Aku tidak mau menjadi anakmu. Lebih baik aku tidak usah dilahirkan." ucap arthur dengan menggertakkan giginya kesal.

"jaga batasanmu, harusnya kau bersyukur kau terlahir sebagai anak orang kaya, kau tidak harus hidup miskin. Apa hartaku membuatmu malu?"

"bodoh! Aku tidak pernah takut miskin, aku tidak pernah bisa bersyukur menjadi anakmu! Sejak kelahiranku, kau tidak pernah menjalankan peranmu! Aku selalu sial karena aku anakmu!"

Brak!!!


"KALAU BEGITU KELUAR DARI RUMAHKU!PERGI! CARI PRIA YANG MAU MENJADI AYAHMU!!AKU JUGA LELAH DAN MALU MEMPUNYAI ANAK PENYAKITAN SEPERTIMU!!"



Kilatan marah dapat terpancar jelas dari kedua netra jordan yang memerah, urat-urat mulai menonjol. Bohong jika arthur tidak menangis, arthur menangis, perkataan yang sekali lagi menusuk hatinya sangat dalam.

Tangan jordan gemetar saat ia membalikkan meja kaca disamping mereka. Bahkan hana juga anak-anak lain yang menguping ikut merasakan sakit dan tegang.

"iya, aku akan keluar dari rumah ini. Melepas semua harta warisan juga, aku memutus hubungan denganmu!hidup dijalanan lebih baik daripada harus hidup dibawah satu atap yang sama dengan orang bodoh seperti kalian!"

Arthur berlari ke kamarnya, membereskan kamarnya, membawa barang yang sekiranya harus ia bawa. Bahkan arthur juga menyiapkan tas lain untuk membawa barang atau baju milik Diana.

Sebelum arthur pergi ia memandang jordan untuk terakhir kali,mungkin.

"aku mungkin tidak sanggup menghancurkan kekayaan atau keluargamu dengan hana. Namun, Tuhan tau, apa yang harus ia hancurkan, maka ia sanggup menghancurkan. Terimakasih sudah menghancurkan hidupku dan mamaku."

Perpisahan itu dipenuhi oleh ego,dendam,kemarahan dan kebencian yang sangat besar diantara keduanya. Tidak ada lagi cinta dalam hubungan mereka.







****



Di jalanan malam yang sepi ini. Arthur berjalan tak tentu arah. Hidupnya kehilangan arah. Hidupnya kehilangan tujuan dan harapan.

ArthurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang