"Baby, kenapa masih di sana? Butik akan tutup, ayo pulang."
"Aku tak mau menikah!" Designer dan JHope melotot kaget mendengar penuturan mu.
"Mwo? Mworago?" JHope mendekatimu.
"Aku tak ingin menikah jika akan ada satu nyawa melayang."
"Kau masih memikirkan ancaman itu? Itu sasaeng, baby!" JHope frustrasi.
"Ani.. Itu Sangmi." Kau berkeras.
"HoSeok, kalian harus bicarakan lagi. Tak mungkin hanya kau yang menikah jika Phoenix tak ingin." Kalian keluar butik dengan perasaan masing-masing.
"Kenapa oppa, tak jujur padaku? Oppa tak menghargai usaha kita masing-masing meyakinkan diri sendiri, keluarga, agensi, bahkan semua orang."
"Apa katamu? Aku tak menghargai? Karena aku menghormati perjuangan kita, maka aku tak ingin memperpanjang masalah."
"Aku ingin masalah selesai bukan mendiamkannya untuk jadi bom waktu di hari kelak!"
"Masalah ini akan redam seiring waktu berjalan. Toh itu hanya ancaman sasaeng. Kau harusnya memikirkan kita dan hubungan kita saja bukan yang lainnya, baby. Kau membuatku kecewa."
Kau tatap lekat-lekat pria yang telah bersamamu hampir 2 tahun ini. Apakah ini yang namanya cobaan jelang pernikahan? Jika benar maka ini cobaan berat. Nyawa seseorang yang akan jadi taruhan. Itu yang membuatmu tak ingin maju tapi tak bisa mundur juga.
Siapa yang ingin menyianyiakan waktu pacaran hampir 3 tahun? Tak ada! Tidak juga kau!
Siapa yang ingin menyesal percuma, merelakan hubungan 3 tahun? Tak ada! Begitu juga kau!
Adakah yang ingin menikah tapi membunuh orang lain? Tak ada! Kau pun demikian.
Tak bisakah pria ini "memakai sepatumu?" Agar dia mengerti perasaan mu?
"Aku tau itu adalah Sangmi. Bawa aku menemuinya Jung HoSeok." Permintaan mu membuatnya meremas stir. Kau tau dia marah. Sangat marah!
Jika pernikahan ini batal, jika kalian harus saling meninggalkan, maka tanpa menghilangkan nyawa seseorang. Itu tekat mu!
JHope memutar mobilnya kearah sebaliknya dengan tiba-tiba. Kau tau tak tau kemana JHope akan membawamu. Tapi kau yakin ini menuju pada titik terang.
Benar saja. JHope memarkirkan mobilnya di sebuah rumah mungil dengan halaman agak luas. Lingkungannya begitu tenang. JHope menelpon seseorang.
"Aku didepan rumah. Keluarlah."
Tak berapa lama kau melihat sosok yang kau curigai. Tapi... Dia tidak sendiri. Wanita itu menggendong balita, makin mendekat ke arah mobil. Suasana temaram karena lampu jalan yang agak jauh dan lampu teras yang remang tak menghasilkan penglihatan jelas pada matamu.
JHope keluar mobil, menutup mobilnya dan berdiri bersandar di samping mobil.
"Hallo, appa! Rae sangat rindu." Kau menutup mulutmu dengan tangan mencoba menahan isak mendengar wanita itu mengatakan anak yang di gendongnya adalah putra JHope.
"Hallo, Rae. Kau tampak jauh lebih besar dari sebelumnya. Anak yang tampan." JHope menggendong pria kecil berusia hampir 2 tahun, mungkin.
Jadi selama ini JHope membohongimu? Seketika itu kau merasa menyesal mengenal dan mencintai JHope. Air matamu tak berhenti mengalir dengan lancar. Hatimu hancur berantakan.
Mimpimu, bukan! Perjalanan mu saat koma seperti kenyataan. Kau disakiti, dan ini adalah buktinya.
"Sangmi, apa kau mengirimkan pesan pada Phoenix?" JHope membuka percakapan. Hening! Kau tak bisa melihat raut wajah wanita ini.
"Maaf sayang, aku hanya ingin kita tetap bersama, bertiga seperti biasanya." Suara lirih kau dengar keluar dari mulutnya.
"Sangmi, kau tau bukan, kita tak mungkin seperti ini terus. Kau harus melanjutkan hidup mu, anakmu butuh sebuah keluarga, dan itu bukan bersama ku." JHope berkata dengan lembut.
"Tapi oppa, Rae adalah putramu. Bukan hanya putra ku." Nada suaranya mulai meninggi.
"Sangmi, sampai kapan akan begini? Aku hanya membantumu selama ini, bukan berarti aku harus bersama kalian terus menerus. Aku juga punya kehidupan cinta sendiri. Aku juga berhak bahagia."
"Oppa, akan menikah. Jika oppa menikah aku dan Rae akan oppa lupakan. Aku dan Rae membutuhkan mu. Oppa sudah janji akan bersama kami."
"Sangmi, aku punya hidup sendiri, aku sudah menemukan gadis yang kun cintai dan mencintaiku, sudah saatnya kau membuka hati untuk pria lain."
"TIDAK MAU! ! Aku.. Bukan! Kami, Rae dan aku hanya ingin kau, bukan pria lain." Sangmi berteriak histeris.
Rae menangis keras karena mendengar teriakan Sangmi. Dia kaget dan ketakutan. JHope kewalahan menenangkan Rae. Kau keluar dari mobil.
"Kau! Penyihir! Wanita jalang! Perebut suami orang!" Sangmi makin histeris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Kau Pacarku!!
Hayran KurguSebuah cerita tentang dunia yang bertukar FF pertamaku 💜