CHAP 4

4.6K 340 3
                                    

*Happy Reading*


Setelah 20 menit perjalanan akhirnya kakak beradik itu sampai disebuah gedung apartemen.

Jungkook berlari dilobi apartemen dan bergegas memencet tombol lift.

"Ayolah ... cepat, kenapa lama sekali." Jungkook kesal ketika pintu liftnya tak kunjung terbuka.

Akhirnya mereka sampai pada Lt 11.
Saat Jungkook hendak menekan pin ia terkejut karna pintu apartemennya tidak tertutup dengan rapat. Ada yang tak beres, pikirnya.

Brakk ...

"Hyung... Taehyungie hyung"

Setelah membuka kasar pintu, Jungkook langsung meneriaki nama kekasinya dan mencari atensi Taehyung, ia membuka kamar dan juga kamar mandi. Tapi Taehyung tak ada disana. Jungkook semakin kalut.

"TAE .. ASTAGA!! JUNGKOOK KEMARI CEPAT, Tae ya ampun."

Itu suara Hoseok ia berteriak dari arah balkon. Jungkook berlari meghampiri kakaknya.

Ketika sampai didepan pintu balkon Jungkook terkejut, jantungnya tiba-tiba terasa berhenti berdetak saat matanya melihat tubuh kekasihnya tak sadarkan diri dengan banyak darah yang keluar dari lehernya.

"Hyu-hyung ... Tae hyung." Jungkook bergegas menggapai kepala Taehyung dan mendekapnya erat.

"Tae hyung apa yang terjadi? Buka matamu.. hey ini aku sayang." Jungkook mencoba memanggil sambil menepuk-nepuk pelan pipi kekasihnya.

Namun nihil tak ada jawaban, tubuh Taehyung terasa dingin dipelukanya.

"Jungkook aku sudah telfon ambulan, ini pakai ini untuk mengentikan darahnya"

Hoseok tau adiknya tak bisa berfikir jernih saat seperti ini ia langsung menelfon ambulan dan berlari kearah dapur untuk mengambil kain.

----------

Sreett ...

"Euisanim ba-bagaimana keadaan pasien?"

Jungkook bergegas berdiri saat dokter baru saja keluar dari ruang UGD.

"Syukurlah, luka sayatan pada lehernya tidak terlalu dalam dan tidak mengemai urat nadinya. Saat ini pasien masih dalam pengaruh obat bius, kalian bisa menemuainya setelah kami memindahkan pasien keruang perawatan"

"Baik, terimakasih euisianim"

Jungkook bisa bernapas lega setelah mendengar penuturan dokter tentang kondisi Taehyung.

Tiba-tiba saja ia baru tersadar mengapa Taehyung ada dibalkon dan terluka. Tidak mungkin Taehyung mencoba bunuh diri karna mereka bertengkar.
Ini bukan kali pertama mereka bertengkar sejak 3 tahun menjalin hubungan. Ia akan menanyakan itu setelah kondisi Taehyung membaik.

"Sejin hyung, tolong batalkan semua schedulku besok"

"Maaf Jungkook tapi itu tidak bisa"

Han Sejin selaku manager Jungkook sudah berada disana sejak brangker Taehyung masuk kedalam ruang UGD.

"Kau pikir aku akan meninggalkan kekasihku dalam kondisi seperti ini hyung?"

"Tapi Jungkook jadwal besok akan ---"

"PERSETAN DENGAN SEMUA JADWAL HYUNG .. TAEHYUNG LEBIH PENTING DARI APAPUN" Jungkook tak bisa lagi memendung emosinya dia muak dengan semua schedul yang melelahkan.

"Jungkook tananglah ini rumah sakit". Hoseok berusaha menenagkan adiknya yang terlihat kacau dengan baju dan tangan yang penuh darah Taehyung.

"Hyung kumohon mengertilah, aku dan Jungkook yang akan menanggung kerugiannya"

"Baiklah, aku akan mengosongkan jadwalmu untuk besok, ku harap mereka semua bisa mengerti"

Manager Sejinpun bergegas pergi dari sana, ia tau bahwa saat ini Jungkook sedang tak bisa diajak kompromi sama sekali.

"Tunggu hyung.. kumohon jangan beritau appa soal ini"

"Kau tenang saja Hoseok-ah aku tak akan mengatakan apapun" Ucap manager Sejin sambil menepuk bahu Hoseok.

"Terimakasih hyung"

-----------

Terhitung sudah hanpir 5 jam Jungkook tak bergeming dari kursinya. Sejak dia memasuki ruang rawat Taehyung dia tidak melakukan apapun selain setia duduk disamping kekasihnya yang tengah terpejam.

"Sayang, bangunlah ini sudah hampir pagi maafkan aku." Jungkook terus mengucapkan maaf sambil sesekali mengecup lengan Taehyung yang terbebas dari infus.

Meskipun dokter mengatakan bahwa kondisi Taehyung baik-baik saja ia masih cemas lantaran kekasihnya itu masih saja setia memejamkan mata.

Jika kalian bertanya dimana Hoseok dia sudah pulang sejak 2 jam yang lalu karna caffemya akan tutup.

Enghh..

Baru saja Jungkook akan memejamkan matanya karna rasa kantuk, tiba-tiba ia mendengar suara lemah kekasihnya.

"Hey! hyung, kau sudah siuman syukurlah .. ini aku." Jungkook sangat senang karna akhirnya Taehyung sadar.

"Jungkook, kau disini." Taehyung bertanya lirih.

"Iya aku disini sayang .. Hyung maafkan aku a-aku tidak seharusnya meninggalkanmu tadi malam." Tak terasa air mata Jungkook terjatuh melewati pipinya.

Ya semua orang bahkan keluarganya sendiri mengenal Jungkook sebagai orang yang keras kepala dan dingin.

Jungkook hampir tidak pernah menangis. Selain saat kematian ibunya Taehyunglah yang mampu membuatnya menangis.

"Kenapa kau menangis? Jungkook ini bukan salahmu, aku yang tidak mendengarkamu.. aku membukakan pintu sembarangan."

Taehyung tidak bisa melihat kekasihnya menangis. Walaupun Jungkook itu keras namun melihatnya menangis membuat hatinya ikut terluka.

"Hey, sayang lihat aku ... jungkook kesini lihat aku." Taehyung mencoba meraih pipi Jungkook agar melihat kearahnya.

"Dengar! Ini bukan salahmu okey.. kemari peluk aku."

Tanpa diminta dua kali Jungkook langsung memeluk tubuh kekasihnya dengan perlahan takut jika membuat Taehyung terluka.

"Aku sudah menelfon Shin PD nim dan mengatakan aku tidak bisa ikut pemotretan itu." Dalam pelukan Jungkook Taehyung berujar sambil tangannya sesekali mengusap punggung kekar milik kekasihnya.

"Terimakasih hyung ... Tunggu! Aku lupa, bagaimana kau bisa terluka hyung?" Jungkook melepas pelukan keduanya.

Ia baru ingat tentang kejadian yang menimpa Taehyung hingga berakhir dikasur ini.

"Mmm i-itu sebenarnya ..."

Taehyung pikir Jungkook lupa karna tidak menanyakan hal itu sejak tadi, tapi ternyata tidak.
Bagaimana ia mengatakan kejadian mencekam yang hampir saja membunuhnya tadi malam pada Jungkook. Jungkook pasti akan sangat marah, bagaimana ini? Batinnya.


To be continued..

Hallo guys lets join to raeding.
Dont forget to vote and comment..
Thank U and Purple U 💜

Secret Loves [Kookv Area] 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang