Episode 6

139 27 0
                                    

Episode 6 ...pasti ada yang salah dengan orientasi seksualku!

Elang. Jika kita membahas tentang siapa hewan unggas paling perkasa, tentu burung elang salah satunya. Hewan yang tidak asing ini, bahkan dapat dikenal orang-orang, termasuk anak kecil sekalipun. Hewan yang ajaibnya digunakan sebagai lambang negara bahkan organisasi militer ini, memang mempunyai kelebihan - kelebihan yang layak dijadikan panutan.

Meskipun hewan ini tipe penyendiri, namun kupikir saat itu si elang ini, selain agar ia mampu mencari mangsa, mungkin juga dia hanya ingin mencari pasangan yang cocok untuknya, mengingat dia hewan yang sangat setia.

Ayahku, menamaiku Arven, hanya karena ibuku yang menyuruhnya sebelum ia akhirnya meninggal. Ibarat kata, itu pesan terakhir. Aku tidak memahami arti itu, sebelum akhirnya kejadian-kejadian seperti bully dari pihak keluargaku sendiri, membuatku menyadari makna mengapa aku diberi nama "raja elang". Itu mungkin untuk membuatku bertahan, meski aku hanya sendirian diantara emas-emas -maksudku kejayaan-, layaknya elang. Soal setia... apakah yang dimaksud itu temanku yang kecelakaan saat itu? Semenjak ia tiada, aku jarang berteman dekat. Hampir saja tidak pernah. Yuki dan Yuuta pengecualian, hanya karena urusan bisnis orangtua kami. Sehingga mau tidak mau, kami berteman, meski tentunya aku tetap menjaga jarak.

Dan dari sikap Yuki kepadaku, gadis itu sepertinya sama dengan gadis lainnya, yang akhirnya punya perasaan lebih denganku. Dapat dilihat dengan sangat jelas, hanya karena ia menaruh perhatian berlebih padaku. Mungkin karena itu juga, yang membuatku semakin dibenci oleh kakak tiriku. Ia menyukai Yuki.

Entah ayah mengetahuinya atau tidak, saat itulah ia menetapkan tidak boleh mempunyai perasaan berlebih pada lawan jenis, dan harus fokus pada belajar. Bagiku, itu justru menyelamatkanku dari segala masalah. Karena aku tidak pernah ingin berhubungan dengan orang lain, karena aku tidak mempercayai mereka. Selain itu, alasannya bahkan lebih simpel.

Merepotkan.

Lain halnya dengan kehidupanku setelah reinkarnasi, aku tiba-tiba mempunyai sebuah keluarga besar, dan terlebih mereka sangat memanjakanku. Apapun yang aku inginkan, jika itu mudah, akan datang dalam hitungan jam bahkan detik. Semenjak saat itu, seminggu lebih aku akhirnya mampu membiasakan diri untuk beradaptasi dengan lingkungan asing ini.

Meski begitu, diantara mereka, orang sepertiku hanya perlu mempercayai satu orang, walaupun aku tidak mengabaikan kebaikan mereka. Orang itu adalah kembaran ku. Mungkin hanya karena tubuh yang aku masuki ini memiliki keterikatan antar sesama janin yang berbagi rahim, dan lahir hampir bersamaan, juga karena efek telepati kami, mungkin. Kata Alven, ia mendengar bahwa anak kembar mempunyai kekuatan mistis dari kakek kami. Ia mengunjungi kakek saat aku jatuh koma, katanya.

Selain itu, mungkin karena... Alven mirip dengan 'dia'. Aku tidak tahu, apakah 'dia' juga bereinkarnasi disini, tapi seharusnya tidak lebih buruk dari yang kuduga. Entah mengapa, aku menjadi ingin melindunginya, meski dengan nyawaku.

Waktu seakan melambat, saat aku baru menyadari meski kami hanya bersama sebentar, aku benar-benar ingin melindunginya, apapun! Namun melihatnya akan jatuh dari pohon dengan ketinggian 8 kaki orang dewasa, padahal kami bahkan tidak sampai satu kaki, aku tidak ingin membayangkan kemungkinan terburuk.

Ini salahku. Salahku ingin memanjat, dan membantunya memanjat. Ini salahku...

Salahku!

Tidak! Aku tidak ingin kehilangannya!

Sriing~!

Tiba-tiba, cahaya emas bercampur keperakan menyelimuti tubuhku. Aku tidak tahu apa itu, satu hal yang kupikirkan ialah, aku harus meraih Alven!

Where Am I !? (The Twins)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang