Episode 4

199 23 0
                                    

Episode 4 bertemu saudara yang lain

"Alven! Lewat shini!"

Ini sudah lewat seminggu semenjak aku terbangun setelah 10 bulan tertidur. Saat ini aku sedang mengikuti kembaranku ke suatu tempat. Oh, dia sama sepertiku. Masih cadel karena usia kami yang baru 2 tahun, hampir 3 tahun, kurang beberapa minggu.

Karena saat itu, kami berlatih ilmu dalam, tepat setelah merayakan ulang tahun kami yang kedua, Minggu pertama yang lalu. Namun, aku tertidur selama 10 bulan. Dan ini sudah satu Minggu berlalu semenjak aku terbangun. Bisa dikatakan ini 10 bulan lewat 2 Minggu. Ultah kami akan dirayakan 1 bulan lebih 2 Minggu lagi.

Tepat setelah kami sudah lama berlari sambil bergandengan tangan, kami pun berhenti di sebuah tempat, kupikir hutan, diantara dua pohon yang saling berdempet, disana terdapat lubang, dengan sekeliling 2 pohon itu terdapat pagar rumput yang sangat tinggi. 

"Alven! Ayo mashuk. Dishana, di tempat dulu kita belmain!" Ia menyuruhku untuk menundukkan badan agar dapat memasuki lubang yang gelap.

Kupikir ini buntu, namun tiba - tiba Alven menekan sesuatu di dinding - dinding kayu pohon. Saat ditekan olehnya, sebuah lingkaran sihir terbentuk, dan bercahaya keunguan. Pola itu  rumit, dengan bagiannya terdapat bintang besar yang dikelilingi lingkaran dan corak - corak aneh.

Dinding kayu itu mendadak berwarna keunguan merah muda, dengan didalamnya tidak tampak apapun, kecuali warna abstrak.

Alven menatapku dan tersenyum kearahku. Dengan tanganku masih digenggamnya, aku pun memasuki lingkaran sihir aneh itu. Satu kata yang dapat menggambarkan ini. Silau.

Chirrpp~ Chirp~

Saat mendengar suara burung, mataku yang tertutup sebelumnya, segera kubuka perlahan. Aku terkejut saat melihat lingkungan di depanku.

"...woah." gumamku kagum. Alven menatapku dengan tersenyum. Ia menarikku ke arah sana.

Jika ingin ku deskripsikan, lingkungan ini dikelilingi oleh Padang rumput, tanpa pagar yang seharusnya ku lihat dan ada beberapa pepohonan. Kami keluar dari lubang pohon yang sangat besar. Ibarat kata, itu pohon beringin karena hampir mirip dengan adanya akar gantung. Anehnya, itu berbuah layaknya buah apel merah namun berdaun emas. 

Alven menarikku ke arah Padang rumput, namun jika kau berjalan lebih banyak kedepan, itu akan terdapat banyak pohon yang mengitari danau di depan sana dengan banyak semak-semak, yang mana disalah satu pepohonan yang dikelilingi beberapa pagar tanaman, terdapat meja dan kursi dari kayu. Di sisi kanan dari arah ke danau, terdapat anak sungai yang mengalir ke arah danau itu. Tampak teduh jika kau hanya ingin tiduran di 4 kursi kayu yang memutari meja, bahkan cukup untuk tiduran orang dewasa!

"Ini… apakah kakak yang lain tahu?" Tanyaku dengan cerobohnya. Harusnya aku tinggal melihat masa lalu Arven jika perlu, meskipun butuh beberapa waktu untuk mengingat kenangannya.

Alven menatapku bingung, dan itu membuatku gugup setengah mati. Namun setelah beberapa waktu ia terdiam, ia menjawab. "Oh! Benal juga. Kau shudah teltidul 10 bulan lebih. Kata Pliest Lonald malah bisha shaja kau lupa denganku. Kakak-kakak kita belum tahu! Ini mashih lahashia milik kita. Eden Palk mashih milik kita beldua, hihihi~"

"Eden Park", itu adalah kami yang menamainya. Aku telah mengingatnya. Saat itu kami sedang bermain bola sampai di sebuah pohon melengkung itu, hanya untuk mengambilnya. Kami yang masih anak-anak, mencoba memasuki lubang pohon itu karena penasaran. Alven yang lebih penasaran dari Arven, menekan-nekan dinding,  seolah-olah dia sudah tahu sesuatu. Tentu saja saat itu Arven tidak paham, mengapa ia melakukan itu. Alhasil, kami dapat menemukan taman ini berkat rasa penasaran dan keisengan Alven. Arven yang seorang adik, hanya bisa ikut-ikutan dengan sang kakaknya.

Where Am I !? (The Twins)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang