"Balaslah orang yang membenci atau menyakitimu dengan mendo'akannya. Seperti Rasulullah ketika dilempari oleh kotoran. Rasulullah bukannya marah, namun malah mendo'akan mereka."
-Cinta Dalam Istikharah-
Sempatkan vote dan komen ya!
Happy Reading💙
-------------------------------------------------Akhirnya keluarga Zirah telah sampai dikediaman Ningsih—Eyangnya. Akbar memarkirkan mobil dihalaman rumah Ningsih yang kebetulan cukup luas. Dilihatnya disana sudah ada dua mobil.
Kira-kira milik siapa ya? batinnya.
Mereka segera turun dari mobil dan mengetuk pintu rumah Ningsih.
"Assalamu'alaikum." ucap mereka memberi salam.
Munculah wanita paruh baya yang masih terlihat muda dengan balutan gamis Navy lengkap dengan khimarnya menghampiri Fatin.
"Waalaikumussalam, eh cucu-cucu Eyang, kok pada di luar si? ayo sini masuk."
Zirah dan Zainal segera menyalami Ningsih—Ibu Fatin yang tak lain adalah neneknya.
"Eyang apa kabar? sehat-sehat aja kan?" tanyanya. Zirah adalah cucu yang paling dekat dengan Ningsih dibanding cucu-cucunya yang lain.
"Alhamdulillah sayang, eyang baik-baik saja, yaudah yok masuk didalem juga udah ada Adit sama keluarganya."
"bang Adit kesini juga ya Eyang?"
"Iyalah nak, ini kan syukuran kakaknya gimana sih kamu." jawab Fatin.
Zainal nyengir. "Yaudah Zain masuk kedalem dulu ya Mii."
"Yaudah sana, yok kalian juga ikut masuk." Ajak Hasan—Ayah Fatin.
"Oiya Bar, Bib Biddin gimana kabarnya?" tanyanya pada sang mantu.
"Alhamdulillah baik Bii, tapi nggak bisa dateng soalnya lagi ada acara di Malang." jelas Akbar.
"Ohh yaudah nggak pa-pa lain waktu kan bisa." jawab Hasan menepuk pundak Akbar.
"Gimana bisnisnya, lancar?" Tanya Hasan pada sang menantu kesayangannya.
"Alhamdulillah Bi, lancar kemarin sempet ada kendala tapi sudah Akbar handle."
Hasan tersenyum lega, "Syukurlah kalau begitu."
"Akbar kesana dulu ya Bii,"
"Oh ya silahkan."
📿📿📿
Disisi lain, Zainal tengah sibuk bermain game online bersama Adit—adik dari Rumana—istri Yazid.
"Serang bang serang!" teriaknya heboh.
"Dikit lagi gue push rank." jawab Adit.
"Eh, pada heboh ngapain sih? mabar ya ikutan dong." ujar Zirah.
"Eh Markonah! percuma lo tuh nggak bisa main." sahut Adit kemudian mencomot keripik pisang yang dibawa Zirah.
Zirah mendengus kesal. "Eh Paijo! elu kalo ngomong sekate-kate ya!"
Namanya Aditya Aflah Manaf. Adik kandung dari Rumana—istri Yazid yang tak lain adalah musuh bebuyutannya Zirah. Umur Adit dua tahun lebih tua dibanding Zirah. Adit mempunyai wajah yang rupawan bisa dibilang tampan tapi tidak menurut Zirah.
"Udah bang, jangan raguin Zirah gue aja kalah tingkat sama dia." terang Zainal.
"Masa' sih? Mak lampir kek dia bisa main game online? hahaha ngaco!" cibir Adit diiringi gelak tawa.
"Udah bang, percuma abang ngomong sama kadal mesir kek dia, nggak bakal ngerti." sunggut Zirah.
Tiba-tiba Fatin datang dari arah dapur membawa nampanbberisi tiga mangkuk pisang yang dibaluri tepung berwarna hijau dan santan atau yang biasa disebut es pisang ijo.
"Eh, eh ini kenapa pada ribut?" lerai Fatin seraya meletakkan nampan tersebut.
"Wuih... Tante tau aja kalo panas-panas gini enaknya makan yang seger-seger, kebetulan banget Adit lagi laper." katanya sembari mengambil semangkuk yang berisi pisang ijo.
"Eh khusus lo nggak boleh makan! ini semua buat gue sama abang gue doang titik!" sembur Zirah menekankan kata terakhirnya.
"Hush! Zirah nggak boleh gitu dong sama Adit." Fatin menasehati anak perempuan satu-satunya itu.
"Tuh dengerin." balas Adit dengan nada meledek seraya menjulurkan lidahnya.
Sementara Zirah hanya melotot kemudian beralih pada semangkuk es pisang ijo yang sangat menggiurkan itu.
"Zain, udah dong main game-nya." ujar Fatin.
"Eh iya Mii, Zain makan kok." jawabnya kemudian meletakkan handphone miliknya dan segera meraih semangkuk es tersebut.
Saat Fatin hendak berdiri dan kembali ke dapur, Zirah segera mencegah. "Mi, tante Dian sama om Maul jadi kesini nggak?"
"Nggak jadi sayang."
"Lho? kenapa?"
Fatin menarik nafasnya. "Anaknya meninggal dunia sayang."
"Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun..
Allahummaghfirlaha warkhamha wa'aafiha wa'fu anha... meninggal kenapa Mii?""Tante Dian mengadung bayi kembar 3 sayang, dan satu diantara mereka ada yang kekurangan gizi, makanya meninggal." sahut Akbar dari belakang.
"Ya Allah, Nanti pulang dari sini kita langsung ke Rumah Sakit ya Bii." pintahnya.
"Iya sayang.. Abi mau pamitan sama Kakung, mau ikut ke pemakaman."
"Zirah boleh ikut nggak Bii?"
Fatin mengelus bahu anak perempuannya. "Zirah disini aja, biar abang sama bang Adit yang ikut."
"Tapi Mii.."
"Zirah.. dengerin kata Ummi ya?"
Akhirnya Zairah hanya mengangguk dan pasrah.
"Sayang.. jangan ngambek gitu dong ntar cantiknya hilang lho." kata Fatin merayu anak gadis satu-satunya itu.
"Zirah nggak ngambek Umi, Zirah cuma kesel." jawabnya disertai senyuman.
"Alhamdulillah kalo gitu, Zirah bantuin Umi sama eyang aja yok, bikin bolu kukus."
Raut wajah Zirah yang tadinya masam berubah menjadi cerah secerah cuaca hari ini.
"Wuih, ayok mii let's goo!" katanya bersemangat.
Setelah berkutat dengan dapur, akhirnya bolu kukus buatan Zirah telah selesai dan siap dihidangkan.
"Baunya enak banget nih seperti enak." goda Ningsih seraya mencicipi bolu yang telah dipotong-potong menjadi beberapa bagian.
"Gimana eyang, enak nggak?" tanya Zirah was-was.
"Hmmm.. nggak."
Seketika raut wajah Zirah berubah sendu. "Serius eyang? nggak enak? kurang apa eyang? kurang manis? atau kurang apa?" berondong Zirah.
"Nggak salah, ini enak banget sayang.." ucap Ningsih mengelus puncak kepala Zirah lalu mencomot satu potong bolu lagi.
"Alhamdulillah, ish eyang ngagetin aja deh."
"Yaudah Zirah mau bikin satu lagi." katanya lantas mengambil bahan-bahan yang diperlukan.
"Lho? buat siapa sayang?" tanya Fatin.
"Ada dehh.." balas Zirah cengengesan.
***
Assalamu'alaikum temen-temen❤
I comeback nih hihihihi 😁
Gimana gimana ceritanya? bagus ngga? Bilang bagus dong biar aku semangat Ihihihi😁😂
Jangan lupa tinggalkan jejak ya!
-Utamakan membaca Al-Quran❤ -
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Istikharah
SpiritualSAQUEL BRING ME TO JANNAH! ⚠AWAS BAPER! || REMAJA ISLAMI || "Aku lebih senang mendoakan daripada mengungkapkan. Sebab, dalam do'a tiada penolakan." -Zairah Aiza Zahra- "Ada yang senantiasa mencintaimu dalam diam yang baik, suaranya tak terjamah tel...