Bagian Duabelas 🥀

33 10 0
                                    

Sesiapa yang menasihatimu secara sembunyi-sembunyi maka ia benar-benar menasihatimu.
Sesiapa yang menasihatimu di khalayak ramai, dia sebenarnya menghinamu.

Imam Syafi'i
.

-Cinta Dalam Istikharah-

@dnnsa_ar🕊

Usai mengemasi koper dan barang lainnya, Zidan bergegas menuju mobil milik Syifa yang sudah terparkir di depan rumahnya. Disana sudah ada Uminya—Fitri dan Syifa— duduk di jok belakang, sedangkan Shidiq duduk di bangku pengemudi.

"Kamu duduk di depan aja ya, temenin Mas," ucap Shiddiq melihat Zidan hendak membuka pintu belakang mobil. Terpaksa Zidan harus memutari mobil untuk berpindah tempat.

"Kenapa sih kamu Zid? kayanya berat banget ninggalin nih Kota," ucap Shiddiq disertai kekehan setelah Zidan duduk disebelahnya.

"Haha, nggak bang, cuma lemes aja" balas Zidan sekenanya. Semetara Shiddiq hanya menganggukkan kepala sebagai balasan.

Zidan kembali menoleh ke belakang lewat kaca spion mobil. Ia masih berharap seseorang datang walau hanya sekedar mengucapkan kata 'selamat tinggal'.

"Udah siap, semua?" kata Shiddiq

"Udah bang, nggak ada yang ketinggalan lagi kan Umi?" tanya Syifa pada Ibunya.

"Nggak ada lagi, nduk, sudah semuanya," balas Fitri.

"Yasudah, kita jalan ya, bismillah" ucap Shiddiq akhirnya. Dan mobil pun mulai melesat, membelah jalanan komplek yang lenggang.

***

Zirah melihat mobil yang dikendarai Zidan hampir keluar dari komplek perumahan. Sejurus kemudian, Zirah segera berlari mengejar mobil itu.

"KAK ZIDAN!" teriak Zirah. Teriakan Zirah berhasil menghentikan mobil yang ditumpangi Zidan itu.

Nampak sosok laki-laki turun dari jok depan. Sebuah senyuman terbit di wajah cantik Zirah.

Segera ia hampiri lelaki tersebut.

"Kak Zidan kenapa perginya mendadak?" tanya Zirah dengan nafas yang masih tersegal-segal.

Zidan menggaruk tekuknya, "Hehe..  maaf Ra, jadwalnya dimajuin jadi lusa, jadi mau nggak mau saya harus kesana secepatnya." balasnya.

"Maaf kak, Zirah terlambat, soalnya tadi Zirah buat donat dulu," lantas Zirah menyerahkan totebag yang berisi donat kentang buatannya.  "dimakan ya kak, semoga suka," katanya lagi.

Tin.. Tin..  Tin..

"Yasudah Ra, saya pamit dulu ya, Umi sama yang lain udah pada nunggu, kasian." pamit Zidan.

"Fii Amanillah, ya kak, kabarin Zirah kalau udah sampai," ucapnya dengan mata berkaca-kaca siap mengeluarkan lelehan air mata.

"Iya Ra, makasih ya, jangan nangis," jeda beberapa detik "saya pamit Ra, Assalamu'alaikum," ucapnya lantas segera berlalu menuju mobil.

Tes!

Air mata yang sedari tadi ia tahan, mencelos begitu saja. "Wa'alaikumussalam kak," ucapnya begitu mobil Zidan kembali melaju.

***

Zirah kembali kerumah dengan perasaan lesu. Entahlah dirinya seperti tidak semangat usai kepergian Zidan. Bahkan sapaan dari Zainal tak ia hiraukan. Yang ia butuhkan saat ini adalah buku Diary miliknya. Tempatnya meluapkan segala keluh kesah yang dirasa.

Cinta Dalam IstikharahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang