Bagian Sembilan 🥀

46 12 1
                                    


Ketika jarak melemahkan yakinlah bahwa doa akan selalu memberi kekuatan.

Cinta Dalam Istikharah🕊
.
-@dnnsa_ar-

Sempatkan vote dan komen!

Jakarta, 3 Oktober 2020

Namanya Zaidan. Lelaki bertubuh tegap. Berkulit putih dan memiliki lesung pipi.

Dia adalah lelaki pertama yang selalu kusebut dalam do'a. Dia adalah lelaki pertama yang terkadang membuatku zinah fikiran karena membayangkan wajahnya.

Bohong jika aku tak mencintainya. Jantungku serasa berdetak tak karuan kala melihat senyumannya. Suara adzan nan merdu miliknya, mampu menghipnotis ku untuk segera mengambil air wudhu. Lantunan ayat suci yang ia bacakan membuat hatiku tenang dan damai.

Oh Allah, jika memang dia diciptakan untukku, persatukanlah kami dalam ikatan yang halal. Namun bila memang dia bukan ditakdirkan untukku, izinkan aku melihatnya bahagia walaupun kebahagiaannya bukan bersamaku.

Zairah Alfina Az-Zahra.

Aku menutup buku diary milikku lantas meletakkan kembali ke tempat semula.

Aku membaringkan tubuhku memandang langit-langit kamar kemudian tersenyum kala mengingat nasehat Zidan saat perjalanan pulang tadi.

"Kamu harus kuat menghadapi segala cobaan, anggap saja ini sebagai latihan. Kamu akan merasakan hidup yang sebenar-benarnya hidup saat kamu lulus kuliah nanti. Kamu akan merasakan itu," ucapannya diiringi senyum manis hingga menampakkan lesung pipinya.

Seperti ada kupu-kupu yang memenuhi hatiku saat melihat senyuman itu. Jantungku pun tak henti-hentinya berdetak kencang.

"Dek, disuruh makan sama Umi."

Seketika aku langsung terlonjak kaget. "Kalau masuk kamar orang ketuk pintu dulu dong." ucapku kesal.

"Salah kamu sendiri pintunya nggak dikunci, cepetan udah ditungguin Abi sama Umi," kata abangku sembari menarik-narik ujung khimar yang ku kenakan.

"Sabar napa sih, mau beresin ini dulu."

"Alahh kamu lama," tiba-tiba Bang Zainal menggendong tubuhku keluar kamar menuju ruang makan. Aku meronta-ronta ingin diturunkan tapi nihil.

"Eh itu kenapa adiknya digendong." tanya Umi ketika melihatku dan Bang Zainal turun.

"Zirah lama Mii, makanya Zainal gendong." Balasnya lantas mendudukkanku dikursi.

"Ihhh kan Zirah mau beresin buku-buku dulu," balas Zirah sembari mengerucutkan bibirnya.

"Sudah sudah, ayo makan, makan yang banyak." kata Akbar.

"Iya Bi." balas Zainal dan Zirah bebarengan.

🍁🍁🍁

Hari demi hari telah berganti. Acara yang paling ditunggu-tunggu semua murid akhirnya tiba. Tentu akan sangat menyenangkan, selain jam kosong, mereka juga akan menyaksikan berbagai pentas seni dan juga penampilan dari band Wali. Tapi bukan itu yang ditunggu-tunggu Zirah. Pasalnya hari ini dia juga akan melantunkan qosidah bersama Zidan.

Pasti sangat mengasikkan. pikirnya.

Hari ini Zirah berangkat ke sekolah bersama Zainal. Sebenarnya Zirah ingin berangkat sendiri tapi entahlah semenjak insiden Zirah mengurung diri di kamar, Abinya jadi sangat posesif.

Cinta Dalam IstikharahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang