"Terkadang cara terbaik mencintai seseorang adalah dengan melepaskannya. Lalu menitipkannya kepada Allah, Dia lebih tau cara menjaganya."
▪Zairah Alfina Az-Zahra▪
Cinta Dalam Istikharah🕊
Hari ini pengumuman hasil SBMPTN telah keluar. Zidan tengah berada di kamarnya dan bersiap-siap membuka link pengumuman tersebut.Link pengumuman SBMPTN terbuka. Alangkah terkejutnya Zidan saat membaca pengumuman tersebut. Ia dinyatakan lulus di Universitas Islam Negeri. Tak henti-hentinya Zidan bersyukur, melantunkan asma Allah.
"Umi, umi!" Zidan berteriak heboh. Seketika Fitri–ibu Zidan– berlari tergopoh-gopoh menemui anak lelaki satu-satunya itu.
"Ada apa nak? keliatannya heboh banget."
"Umi! Zidan lulus, Zidan lulus di Universitas Islam Negeri!" serunya dengan mata berbinar.
"Alhamdulillah ta barakallah, Selamat ya sayang, Umi bangga banget sama kamu." lantas Fitri segera memeluk Zidan seraya berisik.
"Belajar yang rajin ya nak, buat Abi bangga disana,"
🍁🍁🍁
Saat ini aku dan Bang Zainal tengah berada di kamarku. Menonton acara televisi yang menampilkan film kartun Doraemon.
"Bang gabut." kataku pada Bang Zainal yang tak sedikit pun memalingkan wajahnya dari acara televisi tersebut.
Perlu kalian ketahui, meskipun laki-laki Abangku ini penggemar nomor satu Doraemon. Entahlah aku tak tahu dari mana dia mengidolakan si musang biru itu.
"Biasanya juga bikin donat."
"Ih bahan-bahannya abis, Umi sama Abi lagi beli." ucapku sembari memainkan rambut Bang Zainal.
"Apa sih dek,"
"Dibilang gabut kok"
Aku menyenderkan bahuku di punggung sofa lantas menjentikkan jariku. Teringat sesuatu yang perlu kutanyakan.
"Eh bang, kemarin Zirah liat ada mobil pick-up di depan rumahnya mas Zidan, emangnya ada apa bang?"
"Katanya sih mau pindahan ke Malang, Zidan keterima di Universitas Islam Negeri." katanya tanpa memalingkan wajahnya dari si musang biru itu.
"Lah? kenapa harus pindah kan' disini juga ada UI." kataku tak terima.
Bang Zainal memutar bola matanya malas. "Yaudah sih terserah dia, mungkin disini kurang lengkap."
"Bang,"
Dia menoleh. "Apa lagi?"
"Kira-kira mas Zidan balik kesini lagi nggak ya?" tanyaku menatap langit-langit kamar.
"Mungkin, katanya sih rumah yang disini mau ditinggali kakaknya yang kedua," jelasnya. Lantas bersender di pundakku. Kulihat filmnya telah selesai. Sebentar lagi pasti...
"Dek,"
Sudah kuduga.
"Hm?"
"Gabut dek,"
"Sudah kuduga!!"
🍁🍁🍁
Zidan tampak sibuk dengan kepindahannya. Lusa adalah perpisahan sekolah dan bersamaan dengan kepindahannya.
Hatinya masih terasa berat meninggalkan kota kelahirannya dan tentunya... Zirah.
Zidan mengambil gawai miliknya yang tergeletak diatas nakas. Dia menimang-nimang benda pipih tersebut. Membuka tutup aplikasi Whatsapp. Ingin sekali dia memberitahu kepada Zirah tentang kepindahannya. Tapi gengsi.
Dilihatnya ternyata Zirah sedang online. Zidan mengetikkan pesan 'Ra kamu sudah tau tentang kepindahanku?' tapi kalimat itu ia hapus. Zidan bimbang. Ia hendak memencet tombol telpon, tapi ia malu. Akhirnya Zidan mengurungkan niatnya dan meletakkan kembali gawai miliknya diatas nakas lalu melanjutkan kegiatannya yang sempat terhenti.
Setelah selesai melakukan prepare, Zidan merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku kemudian menghembuskan nafasnya kasar. Baginya, hari ini adalah hari yang sangat melelahkan.
Detik berganti menit dan menit pun berganti jam. Selesai sholat isya' kini keluarga Zidan sedang berkumpul diruang keluarga. Nampak seluruh anggota keluarganya sedang berkumpul tengah membicarakan tentang kepindahan Zidan.
"Zid, gimana lo jadi pindah?" tanya Syifa—kakak perempuan kedua Zidan—sementara Zidan hanya duduk termenung seperti orang sedang berfikir.
"Zid, woii!" panggil kakaknya sembari mencolek lengan Zidan.
"Apa sih ah, ganggu orang aja." runtuknya lalu bangkit dari tempat duduk menuju kamarnya yang berada di lantai atas.
"Nih anak diajak ngomong malah pergi, sini woi gua belum selesai,"
Zidan sempat menoleh lalu berkata, "Bodoamat." dan masuk kedalam kamarnya.
"Mi, Zidan jadi pindah nggak si kok kayak nggak yakin gitu," ucap Syifa kepada Ibunya, Fitri.
"Iya jadi, kemarin dia udah daftar ulang sama temannya di Semarang. Alhamdulillah keterima ngambil jurusan Hukum." terang umi Fitri.
"Alhamdulillah kalo gitu Mi, semoga Umi sama Zidan betah ya di sana,"
"Iya sayang, semoga kamu juga betah disini ya, jangan ngrepotin suami loh, " ujar umi Fitri meledek putrinya itu.
Syifa cemberut, "Ih Umi, kan sama suami sendiri masa' nggak boleh manja sih kalo sama suami orang baru nggak boleh Mi."
"Hust! kamu itu jangan gitu ah nggak boleh awas ya Umi nggak mau punya anak seorang pelakor,"
"Ih bercanda, aku kan cintanya cuma sama mas Sidiq Mi, iyakan mas?"
Sidiq yang sedaritadi hanya menyimak obrolan Ibu dan anak itu lantas berujar. "Idih gombal,"
Syifa mencibir. "Ih sama-sama nyebelin, tau ah,"
*****
.
.
.I comeback!!!
Setelah vakum hampir setahun akhirnya aku lanjutin revisi BRING ME TO JANNAH sama ngelanjutin cerita ini hehehe. Entah kenapa males aja gitu buat mikirin ide. Tapi, tiba-tiba pengen ngelanjutin nih cerita HAHAHAHAHA kan nggak seru ya digantung, seperti hubunganmu dan si ekhem.Sekian celoteh dari saya, wassalam. JANGAN LUPA VOTE!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Istikharah
SpiritualSAQUEL BRING ME TO JANNAH! ⚠AWAS BAPER! || REMAJA ISLAMI || "Aku lebih senang mendoakan daripada mengungkapkan. Sebab, dalam do'a tiada penolakan." -Zairah Aiza Zahra- "Ada yang senantiasa mencintaimu dalam diam yang baik, suaranya tak terjamah tel...