"Alhamdulillah udah sampe," kata jevon sembari memarkirkan mobil di basement apartemen yang akan mereka tinggali..
Hanasta yang dari kemarin masih merajuk pasal ramyeon level 20.
Yang entah kenapa sangat diinginkannya itu menggembungkan pipinya.
"Itu empon angkat sendirian,ata mau ke unit duluan!" Ujar hanasta dengan memakai aksen seperti anak kecil.
Pipinya yang chubby kini tambah menggembung disertai tangannya yang bersidekap dada.
"Hati hati," ujar jevon sembari menarik kedua kopernya.
Lalu mengunci mobil.
Berniat menyusul hanasta yang sudah naik lift duluan.
"Tadaaaa," ujar jevon di depan hanasta sembari menyajikan ramyeon level 5.
"Hng? Gamau!" Ujar hanasta keukeuh sembari duduk sila di sofa.
Ya toibaaa ya toibaaaa
"Kenapa?" Ujar jevon sembari menatap ramyeon-nya.
"Baunya nda cedap,nda lyke," ujar hanasta sewot tapi nadanya kaya anak kecil.
Jatohnya malah gemoy.
"Kan kamu ya-"
"Protes sekali lagi aku ga kasih jatah kamu,"
Ok,ancaman itu cukup buat jevon diam dan memakan ramyeon-nya.
Jevon menoleh ke arah depan,mendapati hanasta sedang menonton film,dilan 1990.
Dulu kita masih remaja,usia anak SMA.
Backsound film itu mulai memenuhi ruang keluarga yang mereka tempati.
Jevon sesekali melihat film itu sembari menghabiskan ramyeon-nya.
Hanasta tampak anteng dengan memeluk setoples chocolate cookie.
"Dek,apa jangan-jangan kamu hamil ya? Mood kamu jadi naik-turun,munggah-midun ga karuan gitu,"