Theory XXVII - 👁️👄👁️

527 63 238
                                    

Peka dulu terhadap diri sendiri, baru ke orang lain

𝓱𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓻𝓮𝓭𝓭𝓲𝓷𝓰 𝓼𝓸𝓫𝓪𝓽 🕊️

•••

Dalam bisingnya suara kantin, Ory masih berdiam pada bangku terpojok tempat itu. Opah terlalu peka sampai memberikannya semangkuk bakso tanpa dia minta. Entah harus bersyukur atau apa Ory merasa beruntung membawa Hoodie hari ini. Tudung jaketnya itu ia tarik guna menutupi mukanya.

Seluruh penjuru kantin sudah dipastikan mendengar pengumumannya tadi. Dan juga menjadi hukum alam hal itu menjadi bahan gubahan teraktual hari ini. Parahnya lagi sekolah lain yang menumpang itu pun ikut membicarakan dia.

Jika di umpakan seperti Twitter, Ory pasti sudah trending.

Sayangnya mereka tidak separah itu.

Brak!

Gebrakan tiba-tiba itu menjadi alasan gadis berbalut Hoodie hitam itu mendongak.

"Pengumuman yang aneh." Tioz hadapannya. "Gue mendadak ilfeel sama yang ngumumin tadi."

"Ya udah sana," balas Ory kesal.

"Tahan, baru mau di introgasi,"

Ory mengabaikannya, berbincang dengan Tioz tidak akan memperbaiki apapun.

"Woi! Yang mau gibahin adek gue, sini deh mau join! Enak juga yang rumpiin orang depan orangnya," teriak Tioz sarkatis. "Cupu Lo pada. Tadi banyak banget ngoarnya."

Apa yang terjadi? Kantin menjadi hening tiba-tiba. Ah, Tioz abangable banget ya.

"Kulkas tuh kenapa dendam bagi sih sama Lo?! Lagian Lo juga udah dibilangin jangan ikut campur yang begituan masih aja. Liat kan begini jadinya,"

"Kalau mau ngomel nggak usah di sini. Palak gue pusing," ucap Ory dengan kepala masih tenggelam dilipatan tangan.

"Lo tuh ya kalau dibilangin ya–"

"Budeg?" sanggahan itu ia lontarkan cepat dengan kepala yang sudah terangkat keatas.

"Oryza, adikku yang aku sayangi. Gue udah pensiun buat mukulin orang, dan gue gak mau balik lagi kayak dulu main tonjok gitu-gitu aja. Jadi alangkah lebih baik Lo ceritain ke gue gimana problemnya supaya gue bisa simpulin siapa yang salah," bujuk Tioz.

"Yang salah gue," jawab Ory santai.

Tioz menggeleng. "Nggak percaya."

Ory malas berpikir panjang , tanpa basa-basi ia berdiri. Menarik napas dalam dan mulai mengutarakan sesuatu secara lantang.  "Untuk semua yang ada di sini, gue tegasin lagi. Gue emang sok-sokan jadi pahalawan buat mancing perhatian kalian semua. Jangan contohin perbuatan gue, terima kasih."

Setelahnya gadis itu pergi. Tioz yang tertinggal pun hanya bisa tersenyum pasrah.

"Theo, lo maksa gue buat lakuin ini." Tangan Tioz mengepal, menampilkan emosi yang tertahan.

•••

"Oh ini yang katanya mau tenar. Keren juga Lo buat ngakuin itu," Elisya mencekat Ory di koridor kelas 11.

Elisya sendirian, tanpa Kyran.

Ory merotasikan bola matanya. "Permisi kak." ia berusaha untuk tetap sopan.

"Polesan make up Lo kurang tebal buat jadi bintang Agpra,"

Oryza ingin menjawab namun tertunda sebab kedatangan seseorang.

TheoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang