09. Love u ...

456 100 281
                                    

• R E A L •

Kumohon, kumohon buka matamu. Izinkan aku melihat mata menantang itu kembali, Aliana.
– Renjun

🌹🌹🥀🌹🌹

Wanita itu terus berkutat dengan kalkulator serta buku pengeluaran rumah makan miliknya, Tari menghitung pengeluaran dan pemasukan bulan ini. Akhir-akhir ini masalah terus saja datang menghampiri dirinya. Mulai dari suami yang bangkrut, hutang dimana-mana, ayahnya yang jatuh sakit, dan anaknya yang tidak berguna selalu saja membuat.

Tari bahkan harus memecat beberapa pelayan dan menyisakan hanya 2 orang pelayan untuk rumah makan kecil miliknya, beberapa bulan ini terlihat sepi, tidak banyak pembeli dan itu membuat dirinya sungguh pusing.

Memijat pangkal hidungnya, pusing memikirkan semua masalah yang ada. Ia menoleh ketika ponsel miliknya berdering.

“Hallo,” tukasnya tanpa diawali salam.

“Assalamualaikum, selamat siang. Maaf mengganggu waktu anda, apa benar ini wali murid dari Aliana?” suara seorang pria di seberang sana, wakil kesiswaan, Pak Puji.

“Iya, ada apa? Apa anak tidak tahu diri itu buat onar lagi?” memutar bola mata sarkas, ketika memikirkan putri sulungnya yang tidak berguna itu.

Ah tidak, Bu. Justru saya mau bertanya kenapa Aliana tidak masuk sekolah, sudah 2 hari ia tidak masuk tanpa keterangan,” jelas beliau, meluruskan masalah.

Tari tertawa, ia baru ingat jika Aliana telah ia kunci di gudang selama 2 hari terakhir, “oh anak itu mungkin sakit, ah, entahlah absensinya isi apa saja terserah, sudah dulu saya sibuk,” acuhnya.

“Jika Aliana sakit, kenapa Ibu malah tertawa?” tanya heran Pak Puji di seberang sana. “Banyak guru yang menunggu putri anda masuk, Bu. Untuk membahas lomba dan pencarian beasiswa baru,” lanjutnya menjelaskan.

Terkejut mendengar pernyataan tersebut, “beasiswa baru?! Memangnya ada apa dengan beasiswa yang lama?!” tanyanya marah.

“Beasiswa Aliana yang lama telah dicabut oleh yayasan kar-“

Sambungan terputus sepihak, Tari berdiri dari duduknya. Mengemasi barang miliknya ke dalam tas lalu beranjak.

“Tutik!!” berteriak memanggil salah satu pelayannya, “kamu lanjutkan! Jangan sampai ada yang salah! Saya mau pulang sebentar,” jelasnya meninggalkan rumah makan miliknya.

🌹🌹🌹

Gadis ini masih bernyawa, meski setiap saat ia harus meringis akibat luka pada tubuhnya. Bibirnya kering pucat tak diberi minum selama 2 hari berturut, perutnya melilit merasakan sakit akibat benturan dan juga kelaparan.

Bagaimana? Apa yang kalian lakukan jika menjadi, Aliana?

Menoleh ke arah pintu gudang yang terbuka, Aliana tersenyum melihat sang ibu yang membawa gelas berisi air, berpikir bahwa sang ibu akan membebaskannya.

Byur

Aliana tercekat, merasakan beberapa air masuk lewat hidungnya, perih. Tari menyiram wajah putrinya, mengambil lengan kecil itu dan menyeretnya keluar gudang.

“Ibu sakit, kumohon berhenti. Ini sakit Bu,” gadis itu merintih, lirih, dan begitu serak.

Mencengkeram dagu putri sulungnya itu, memperlihatkan beberapa luka lebam akibat tamparan dan pukulan yang ia berikan, menurunkan pandangan untuk melihat luka lecet dan bengkak di sekujur kaki Aliana.

REAL - It's DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang