Eight

22.1K 2.2K 164
                                    


Butir demi butir es itu turun, mengenai puncak kepala pemuda bernama Haechan itu. Kepalanya mulai menengadah,

Salju pertama sudah turun, liburan seharusnya sudah dijalani oleh Haechan beberapa hari lalu. Namun dia harus tetap bekerja, ada beberapa laporan yang belum diselesaikannya. Hari ini pekerjaannya sudah selesai, dan ia baru saja dari toko alat elektronik untuk melihat laptop. Dia ingin membelinya kalau uangnya sudah cukup nanti.

Sejujurnya tadi dia kembali ke apartemennya, tapi saat dia sampai disana dia mendapati semua barangnya sudah berada di luar apartemen, dengan tulisan barang sitaan bank. Jadi...alhasil sekarang Haechan menenteng koper besar berisi barang-barang pentingnya, termasuk teddey bear besar yang sekarang duduk diatas koper. Haechan menghela nafas dengan berat, sedaritadi Mark juga menelfonnya, tapi sengaja tidak ia jawab. Ia masih bingung harus kemana sekarang, dia terlalu nyaman tinggal bersama Mark hingga lupa kalau hutang dan rentenir masih menghantuinya.

Ketika tengah melamun ditengah dinginnya udara dan salju yang terus berjatuhan, sebuah pelukan hangat tiba-tiba membungkusnya,

"Apa yang kau lakukan disini?"

Ya, tentu saja pria yang kini bisa berperilaku semanis ini hanyalah seorang Mark Lee. Haechan menoleh, menatap Mark yang kini wajahnya sudah hampir tidak berjarak dari wajahnya,

"Bagaimana kau tahu aku disini?" dan itulah pertanyaan Haechan,

"Sorry babe, aku memasang gps pada ponselmu," jawaban dari Mark entah mengapa membuat Haechan merasa kesal dan lega disaat bersamaan, jadi ia hanya bisa menghela nafas.
"Tidak apa," Haechan membalas pelukan Mark, menyenderkan kepalanya dibahu kekasihnya itu.

"Ayo pulang dan bicarakan ini," ajak Mark.

#Rumah

Kini Haechan sudah duduk disofa sembari memeluk tedy bear besar pemberian Jaemin, Mark masih didapur untuk membuat coklat panas untuk Haechan dan teh untuknya. Haechan memainkan lengan teddy bear,

"Haechan! Tolong aku membawakan snacknya!" seruan Mark membuat Haechan bangkit setelah meletakkan bonekanya dengan asal-asalan di sofa.

Haechan kembali dengan satu mangkok besar berisi popcorn dan satu botol soju, ternyata Mark tadi hanya mengada-ngada kalau akan membuat teh dan coklat panas untuknya.

Kini keduanya sudah duduk berhadapan dengan televisi yang menyala namun tidak ada yang memperhatikan.

"Babe, maukah kau bercerita?" tanya Mark, Haechan yang tadinya mengunyah popcorn ditangannya meletakkan kembali popcorn dimangkok besar,

"Apartemenku disita oleh bank karena belum bisa melunasi pinjanman appa, rentenir juga menyita rumahku. Tadi ayahku menelfon dan marah-marah rumahnya disita dan dia yang tinggal di sauna. Aku...harus apa?" kini Haechan menatap Mark dengan mata yang berkaca-kaca, Mark mengusap kepala Haechan.

"Babe, kalau ini masalah uang aku bisa memberimu, berapapun itu," ujarnya. Haechan menggeleng,

"Kau memang pacarku, tapi kalau soal uang sepertinya kau tidak perlu ikut campur," mendengar jawaban Haechan membuat Mark menghela nafas,

"Kalau begitu aku meminta timbal balik," Haechan nampak berfikir,

"U-um...apa aku boleh meminjam dulu darimu lalu akan kulunasi seiring berjalannya waktu?" tanya Haechan, ia mengusap air matanya yang ternyata sudah keluar lebih dulu. Mark terkekeh, ia ikut mengusap pipi Haechan dan menghilangkan jejak air mata Haechan disana.

"Of course babe," balas Mark, "Bagaimanapun juga kau akan menjadi istriku nantinya," lanjut Mark dalam hati. Mark meraih tubuh Haechan, memeluknya dengan penuh kehangatan.

SURRENDER (MARKHYUCK) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang