Ten

19.1K 1.8K 111
                                    

Setelah acara tahun baru bersama dengan perusahaan, Haechan dan Mark masih dalam masa liburan, perusahaan akan kembali efektif pada tanggal 10 Januari nanti. Dan pagi ini diawali dengan kegiatan cuddle seperti biasa.

"Mark, aku harus membuat sarapan," ucapan Haechan tidak dipedulikan oleh Mark, pria itu masih setia memeluk tubuh gembil Haechan dengan posesif.

"Mark,"

"Sebentar lagi baby," Mark semakin menenggelamkan kepalanya ke bahu Haechan.

"Mark, hari ini aku bertemu dengan Jaemin ya?" tanya Haechan, sontak Mark membuka matanya.

"Untuk apa?"

"Mengucapkan terimakasih,"

"Jam berapa? Pergi denganku ya?" Haechan menggeleng,

"Posesif sekali," dengan teganya Haechan memukul tangan Mark dengan keras kemudian ia beranjak dari atas kasur untuk mencuci muka lalu membuat sarapan.

Sekitar jam sebelas, Haechan sudah berada di cafe yang dijanjikan. Mereka berdua sudah membuat janji bahkan sebelum Haechan bilang ke Mark,

Tak lama kemudian Jaemin datang, dengan setelan coat berwarna coklat muda dan rambut coklat kayunya, senyumnya begitu hangat ketika Jaemin mendapati Haechan yang melambaikan tangan padanya.

"Maaf, aku lama, ya?" tanya Jaemin smebari duduk dikursinya, Haechan menggelengkan kepalanya sembari tersenyum, sebenarnya Jaemin sangat gemas dengan lelaki manis didepannya ini hingga ingin mencubit kedua pipi gembulnya.

"Sudah pesan?" tanya Jaemin yang dibalas anggukan oleh Haechan,

"Aku juga sudah memesan untukmu, tinggal menunggu pesanannya datang,"

"Bagaimana Jaena dan Jaerin?"

"Baik, mereka dirumah ibu sekarang," jawab Jaemin, Haechan mengangguk kecil, kedua tangannya memegang pinggiran cangkir berisi cappunino dengan coffe art gambar beruang. Lucu sekali melihat beruang menatap beruang,

"Kau sendiri? Bagaimana hubunganmu dengan Mark hyung?" tanya Jaemin,

"Sama, hanya saja ternyata dia lebih posesif dari dugaanku," jawab Haechan, ia menatap Jaemin,

"Bahkan tadi dia hampir ikut kesini, menyebalkan sekali," Haechan kembali berucap dengan bibir yang mengerucut sebal, mengingat bagaimana Mark tadi pagi merengek untuk dibolehkan ikut. Jaemin terkekeh mendengar hal itu,

"Permisi, pesanan anda Tuan," seorang pelayan cafe menghampiri mereka berdua dan menata pesanan di meja kemudian pergi,

"Uhm...Jaemin," Haechan memberanikan diri untuk menatap Jaemin, lelaki di depannya ini langsung memasang atensi penuh pada Haechan,

"Terimakasih, untuk semuanya yang telah kau lakukan untukku selama ini," Haechan tersenyum, matanya mulai berkaca-kaca,

"Aku tidak tahu bagaimana jadinya kalau tidak ada dirimu, aku..sangat merepotkanmu?" lanjutnya, Jaemin buru-buru mengambil sapu tangan dalam saku jaketnya,

"Jangan menangis, kau tahu aku benci melihatmu menangis karenaku," Haechan membiarkan Jaemin menyingkirkan buliran liquid itu dari pipinya,

"Tidak apa, semua itu keinginanku. Aku merasa bertanggung jawab padamu,"

"Wae?"

"Sebenarnya mendiang ibumu pernah menyuruhku datang menemuinya diam-diam dirumah sakit waktu itu, tanpa sepengetahuanmu," mendengar penuturan itu Haechan mencoba fokus, mengingat wajah ibunya yang tersenyum disaat-saat terakhirnya membuat hati Haechan teriris. Tapi ini bukan saatnya untuk itu,

SURRENDER (MARKHYUCK) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang