Seventeen

13.1K 1.5K 119
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam dan Haechan baru saja selesai dengan acara membersihkan apartemen milik Johnny dan dirinya. Mereka setuju untuk membeayar 50:50. Haechan merebahkan tubuhnya di sofa, apartemen seluas ini memang cocok sih dengan selera Johnny yang orang kaya dan menyukai gaya klasik. Sedangkan Haechan menyukai gaya lembut dengan warna soft, ya mungkin coklat dan emas bukanlah perpaduan yang tidak Haechan inginkan, tapi tidak apa, ia juga nyaman melihatnya. Berasa menjadi kaya,

Sudah waktunya makan malam, tadi Johnny bilang kalau di apartemennya hanya ada alkohol. Jadi Haechan harus belanja malam ini,

Dengan seluruh sisa sikap rajinnya, Haechan berdiri, mengambil jaket, dompet dan juga ponselnya. Letak supermarket berjarak dua satu halte dari apartemen. Karena sudah malam juga, Haechan memutuskan untuk berjalan kaki, tadi Johnny bilang kalau dia akan mampir, tapi karena ada urusan kantor mendadak, jadi acara dibatalkan.

Begitu sampai di supermarket, Haechan langsung mengambil keranjang kemudian berjalan ke persediaan sayuran terlebih dahulu. Awalnya berjalan baik-baik saja, namun semuanya berubah ketika mendengar suara yang menyebutkan nama orang yang Haechan hindari sekarang.

"Mark, tunggu!" harusnya Haechan tidak menoleh, tapi ternyata tubuhnya berbuat lain, kepala menoleh kearah sumber suara. Dimana sosok Mark terlihat berjalan bersebrangan dengannya,

Mata mereka bertemu, keduanya saling mematung selama beberapa detik, menatap tanpa kata dan dengan arti berbeda.

Hanya beberapa detik, kemudian Mark berjalan melewatinya begitu saja.

Salahkah Haechan disini?

Dia bahkan sampai tidak habis pikir dengan pria yang masih mengisi hatinya itu walaupun sudah menyakitinya. Setetes air mata membahasi pipi gembil Haechan,

"Aish," ia menyeka mengusap pipinya, kemudian kembali melanjutkan acara belanjanya walau ia harus sering berpapasan dengan Mark.

Tahu begini lebih baik dia menunggu Johnny membawakannya makanan dan belanja di esok hari. Selesai membayar belanjaannya, Haechan berjalan lagi untuk pulang. Jujur saja sampai sekarang Haechan tidak habis pikir dengan Mark, seolah mematahkan pemikirannya tentang dia yang memahami Mark dengan baik pupus begitu saja. Dia tidak bisa memahami pria itu, sama sekali.

Bruk!

Saking fokusnya melamun Haechan sampai tidak sadar dengan apa yang ada di depannya. Ia langsung membungkuk sopan,

"Maaf, maafkan aku. Aku tidak melihat jalan," ucap Haechan,

"Eh, tidak apa- eh Haechan?" suara itu terdengar familiar ditelinga Haechan, ia langsung mendongakkan kepalanya, menatap sosok didepannya. Ia mengernyitkan keningnya,
"Ini aku, Hendery," Haechan langsung menampakkan wajah datarnya, pasalnya manusia di depannya ini sedang menggunakan kepala beruang.

Mana Haechan tahu kalau dia Hendery!

Hendery melepaskan kepala beruangnya, menampakkan wajahnya yang terlihat sedikit berantakan. Lelaki itu langsung tersenyum,

"Apa yang kau lakukan dengan kepala beruang itu sih?" tanya Haechan. Hendery menatap toko di depannya, melalui jendela mereka bisa melihat kedalam toko. Haechan mengkuti arah pandangan Hendery,

"Wanita itu, yang memakai baju merah dan rok coklat. Dia pacarku," ucap Hendery,

"Lalu apa yang dia lakukan dengan pria itu?" tanya Haechan,

"Selingkuh, mungkin. Dia bilang menginap dirumah pacarnya saat aku bertanya dimana dia," jawaban Hendery membuat Haechan turut bersedih.
"Ayo, ke apartemen baruku. Akan kubuatkan makanan pengembali mood," ajak Haechan yang tentu saja di iyakan oleh Hendery.

SURRENDER (MARKHYUCK) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang