Twenty Three

12.9K 1.2K 107
                                    

Haechan menatap jam weker di nakas yang menunjukkan pukul 23.08, dia tidak bisa tidur, Mark sudah dua hari tidak pulang sedangkan dirinya khawatir kalau sesuatu terjadi pada kekasihnya itu. Walaupun Mark juga mengirim pesan dan menelfon, tapi tetap saja Haechan khawatir. Entah karena apa.

Rumah ini terasa sepi jika hanya dia sendirian disini, benar-benar tidak adil. Haechan ingin keluar juga. Lelaki itu mendudukkan dirinya, kemudian ia beranjak dari kasur. Hampir tengah malam begini pasti tidak ada orang kan?

Tadi Mark bilang kalau dia menginap dihotel, jadi dia akan kesana. Haechan tidak mau jauh-jauh lagi,

Dengan tekad sekecil apapun Haechan akan bertemu dengan Mark, ia mengambil coatnya, kemudian memakainya kemudian langsung berjalan keluar setelah mengambil dompet dan ponsel.

Klek!

Haechan menutup gerbang, kepalanya ia tolehkan ke kanan dan ke kiri. TIdak ada siapapun, sangat sepi dan hanya mobil terparkir. Haechan mulai berjalan, hotel Mark tidak terlalu jauh dair rumah, mungkin 15 menit berjalan dia sudah sampai di depan hotel.

Sembari menyenandungkan lagu from home, Haechan melangkahkan kakinya dengan santai, apalagi sembari membayangkan wajah Mark yang pasti akan terkejut. Haechan tertawa kecil membayangkan hal itu,

🌻🌻🌻🌻🌻🍉🍉🍉🍉🍉

Mark menatap pemandangan dari balkon, dia bisa melihat dengan jelas hiruk pikuk kotanya dimalam hari. Mark kembali menatap ponsel digenggamannya, ia penasaran apakah Haechan benar-benar sudah tidur?

Beruang manisnya itu berulang kali bilang kalau dia susah tidur tanpa pelukannya, Mark terkekeh mengigat hal itu. Tapi dia juga merindukan Haechan mau bagaimanapun juga,

Mark disini bersama dengan Jaemin, awalnya Mark menolak dan menyuruh agar Jaemin pulang kerumah, tapi ternyata Jaemin tidak mau dan lebih memilih untuk menemani Mark.

"Mark, mie-nya sudah jadi!" teriakan Jaemin dari dalam membuat lelaki itu terpaksa masuk kembali untuk mengisi perutnya yang lapar. Entah kenapa malam ini Mark ingin makan ramyun instan saja, makanan kesukaan Haechan jika malam hari merasa lapar.

"Aku merindukan Haechan," ucap Mark ketika ia baru saja duduk berhadapan dengan Jaemin, membuat lelaki bermarga Na itu mendengus sebal.

"Kau sekalinya suka dengan orang sampai jadi budak cinta," komentar Jaemin. Mark mulai memakan ramyeon nya dengan tenang.

"Oh ya, keadaan rumah aman kan?" tanya Mark. Jaemin mengangkat bahu
"Satu jam lalu masih aman, aku belum memeriksa laporan penjaga lagi,"

Dddrrtt~

Jaemin mengambil ponselnya, menatap layar ponselnya sejenak untuk membaca siapa yang menelfonnya diluar jam kerja seperti ini. Ternyata tertulis nama Sungchan disana, Jaemin mengangkat telfon tanpa beranjak dari duduknya,

"Ya, halo?"

"...."

"Ikuti mereka!" teriakan Jaemin membuat Mark menatap bingung sahabatnya itu, setelah Jaemin memutuskan panggilan ia menatap Mark,

"Haechan diculik!"

Mark menghentikan acara makannya, mereka berdua lantas berdiri, berjalan keluar dari hotel setelah mengambil kunci mobil, dompet, dan ponsel mereka. Keduanya menaiki lift untuk menuju ke parkiran bawah tanah, mencari mobil lamborgini aventador hitam kesayangan Mark.

"Bagaimana ceritanya Haechan bisa diculik?" tanya Mark sembari memakai safetybeltnya, Jaemin yang akan menyetir karena Mark tidak bisa mengendalikan emosi disaat seperti ini. Bisa-bisa merek ayang mati lebih dahulu.

SURRENDER (MARKHYUCK) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang