Twenty Four

12.6K 1.2K 155
                                    

Mark tidak bisa duduk dengan tenang, jantungnya berdegup sangat kencang dan tidak bisa berhenti menggigiti kukunya. Dipikirannya hanya ada Haechan, Haechan, dan Haechan. Tidak ada yang lain.

Haechannya tidak boleh kenapa-napa!

Siapapun yang melakukan ini, Mark berjanji akan membunuhnya. Jaemin terlihat kembali dengan dua botol air minum di tangannya, sudah terhitung satu jam lebih mereka disini menunggu dokter keluar. Jaemin memberikan satu botol minum yang sudah dia buka pada Mark, lelaki langsung menegaknya hingga tersisa setengah.
"Katakan padaku dia akan baik-baik saja," ucap Mark sembari menatap Jaemin,

"Dia akan baik-baik saja," balas Jaemin dengan senyumnya.

Klek!

"Keluarga pasien?" Mark dan Jaemin langsung menoleh kearah dokter, Mark berdiri dari duduknya.

"Saya kekasihnya," ucap Mark.

"Pasien mengalami luka lebam yang cukup banyak, ada sayatan yang lumayan dalam di dadanya yang untungnya tidak fatal, dan juga pasien mengalami kekerasan seksual. Dan...Tuan, apakah anda tahu kalau kekasih anda hamil?" mendengar itu rasanya dunia Mark langsung runtuh,

"Janinnya baik-baik saja, hanya kondisi pasien yang tidak stabil dan membutuhkan rawat inap untuk memantau kondisinya," jelas sang dokter,

"Terimaksih dok," balas Jaemin, dokter tadi berjalan meninggalkan keduanya, Mark langsung masuk kedalam ruangan VVIP yang ditempati Haechan. Mark langsung duduk dikursi yang ada disebelah ranjang, memegang tangan Haechan dengan begitu erat.

"Kumohon bangunlah, maafkan aku karena tidak bisa menjagamu dengan baik," ucap Mark, Jaemin mengelus bahu Mark dengan lembut.

"Aku akan membeli makanan untukmu, dan memberitahu yang lain," ucap Jaemin yang dibalas anggukan oleh Mark.

🌻🌻🌻🌻🌻🍉🍉🍉🍉🍉

Jisung sedang memakan makan siangnya, disuapi oleh temannya Chenle. Manja memang, tapi Jisung sedang malas dan Chenle mau tak mau harus menyuapi bayi besar itu.

"Jisung...angkat dulu itu telfonmu!" protes Chenle saat ponsel Jisung terus berdering tetapi Jisung malah asik bermain PS.

"Dari siapa?" tanya Jisung, Chenle berdecak.

"Tukang perintah," gerutu Chenle, dia mengambil ponsel Jisung yang tergeletak disofa,

"Dari Jaemin hyung," ucap Chenle,

"Angkat," Chenle hanya menurut, ia menggeser tombol hijau.

"Ya, halo?"

"Dimana Jisung?"

"Bermain PS dan menyuruhku menjawab telfon,"

"Hhh...bilang padanya untuk ke rumah sakit xxx, Haechan dirawat,"

"Oke," Chenle mematikan telfon lalu berjalan mendekati Jisung,
"Jaemin hyung bilang kalau kau harus ke rumah sakit xxx karena Haechan dirawat," ucapan Chenle sontak membuat Jisung langsung berdiri,

"Kenapa baru bilang?!" dan Chenle yang mendegar itu hanya bisa memutar bola matanya,

"Pesan tiket sekarang," titah Jisung. Chenle hanya mengangguk, tetapi kemudian ia terpaku,

"Kan kita kesini naik pesawat pribadiku," ucap Chenle. Jisung menepuk keningnya, mereka sudah menjadwalkan akan liburan di Jepang selama tiga hari, tapi baru hari kedua Jisung harus kembali ke Korea.

"Ayo pulang sekarang,"

"Ayo pulang sekarang,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SURRENDER (MARKHYUCK) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang