"Apa dia benar-benar menyukaiku? Tapi, aku tidak bisa membagi perasaan ini menjadi dua." Batin Clarissa sembari menikmati bekal yang dibuat oleh Morgan pagi ini, kini dirinya dilanda kebingungan entah ia harus membuang perasaannya atau menolaknya.
"Jangan melamun itu tidak baik." Ucap Daffren yang menghancurkan dunia lamunan Clarissa, sampai-sampai gadis itu bersikap gelagapan seperti orang yang ketahuan sedang mencuri.
"Kau mengagetkanku." Daffren hanya terkekeh geli ketika melihat Clarissa mencibir karena ulahnya.
"Maaf, kau terlalu asik melamun. Apa yang kau pikirkan?" Tanyanya sambil menarik kursi dan duduk disampingnya. "Wangi bunga Lavender, gadis ini benar-benar menyukai Lavender sepertinya." Batin Daffren.
"Bukan apa-apa. Dan kau?"
"Aku?" Tanya Daffren sambil menunjuk dirinya, "entahlah, aku hanya bosan. Mereka terlalu sibuk dengan mainan mereka."
"Mainan?" Tanya Clarissa sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Begitulah, aku sudah mengancam mereka kalau mereka tidak akan mengganggumu lagi." Jelas Daffren lalu meraih tangan gadis itu yang sedang menganggur. Sehingga, Clarissa sedikit terkejut karena Daffren memegang tangannya. "Aku penasaran dengan jawabanmu."
"Itu.. aku masih belum bisa memastikannya, maaf jika kau harus menunggu." Ucap Clarissa sambil menundukkan kepalanya.
"Tidak. Tidak perlu terburu-buru, aku tahu ini sulit untukmu. Aku akan menunggu jawabanmu kapan saja." Ingin sekali Daffren membiarkan gadis itu dapat melihat dunia ini, mungkin yang ia lihat saat ini hanyalah gelap.
"Iya."
וו×
"Bagaimana soal pendonor mata Clarissa? Apa sudah ada?" Tanya Dion sambil memutar pulpennya. Sepertinya, Clarissa sudah menunggu cukup lama untuk mendapatkan pendonor yang cocok untuknya.
"Saat ini masih belum mendapatkan kabar dari pendonor. Mungkin kita harus mencarinya di tempat lain." Jelas Morgan sambil menunjukkan daftar penodor kepada Dion.
"Baiklah. Aku rasa gadis itu harus menunggu lagi." Gumamnya pelan. Dan di ikuti anggukan kecil Morgan. "Kau bisa kembali."
"Tenanglah. Aku akan segera mencarikan pendonor untukmu. Jadi, tunggulah sebentar lagi." Gumamnya sambil membaca daftar nama-nama pendonor yang diberikan oleh Morgan.
וו×
"Sebentar lagi pamanmu akan menjemputmu." Ucap Daffren sambil menuntun Clarissa duduk di kursi taman sekolah.
"Iya.. terima kasih."
"Tidak perlu berterima kasih, lagipula pria yang memukulku waktu itu ada benarnya juga." Clarissa bingung siapa yang dimaksud Daffren, tapi ingatannya kembali seketika. Pria yang dimaksud itu sepertinya adalah kakaknya.
"Apa yang kau maksud itu adalah kakakku?" Tanya Clarissa.
"Dia kakakmu?" Tanya Daffren tidak percaya. Sementara, Clarissa mengangguk kecil.
"Lebih tepatnya dia yang mengadopsiku, walaupun kakakku bukanlah tipe orang yang peduli dengan orang lain. Tapi, aku percaya kalau kakakku sebenarnya adalah orang yang peduli. Walaupun aku sedikit ketakutan ketika kakakku marah waktu itu." Jelas Clarissa sambil tersenyum kecil mengingat kakaknya yang selama ini selalu menjaganya.
"Begitu ya... Ada yang ingin aku tanyakan tentang kakakmu itu." Tanya Daffren dengan nada yang serius. Clarissa mengangguk dan menunggu pertanyaan dari Daffren soal kakaknya. "Apa kakakmu itu trauma dengan darah?"
![](https://img.wattpad.com/cover/222052049-288-k682619.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Time Machine
FantasyDavidtho Dionfilius. Pria yang berjuang mencari rahasia apa dibalik traumanya. Dengan cara kembali kemasa lalu menggunakan Mesin waktu. Lalu bagaimana kisah cinta antara David dengan Clarissa..? Serta apa rahasia dibalik semua itu......? Say no to P...