“Entahlah, saya harus menyambung hidup saya, saya harus mengumpulkan uang untuk bertahan hidup, dan mencari sang pendonor mata, saya mau lihat seindah apa dunia ini.”
***
“Maaf Mr ini dokumen yang Mr maksud,” suara Morgan menghamburkan lamunan Dion, yang sedari tadi memandang kosong ke luar kantornya.
“Apa kau tak pernah diajarkan sopan santun memasuki ruangan?” Sedikit bentakan Dion yang membuat Morgan berpikir keras apa kesalahannya.
“Maaf Mr Sebelumnya saya telah mengetuk dan bukannya Mr yang menyuruh saya untuk membawakan ini.” Dengan sedikit gemetar Morgan menyodorkan sebuah file berwarna biru dengan sedikit benang hitam yang melingkar.
“Oh.” Dengan nada datar ia memalingkan wajahnya kembali ke jendela. “Oh iya Morgan.” Mendengar itu Morgan hanya menelan ludah dan berbalik kembali menghadap bosnya itu.
“I-iya k-kenapa Mr?” Sambil menunduk ia mencoba menahan dirinya agar tak tampak gemetar di
depan Dion.“Bagaimana keadaan wanita itu?” Morgan menatap langit langit kantor. Mencoba mengingat kembali wanita mana yang dimaksud pria dihadapannya itu. “Wanita jalanan yang buta itu.” Akhirnya Morgan ingat.
“Dia baik baik saja Mr, dia sudah di pindahkan ke apartemen yang telah Mr tentukan.” Morgan membuang nafas lega. Karena ia telah menjawab pertanyaan bos nya itu.
“Sekarang?” Lanjut Dion singkat yang merasa tak puas akan jawaban anak buahnya itu.
“Tadi pagi ia sempat pamit, katanya ia ingin pergi ke sekolah.” Jawab Morgan dengan mimik sok polos.
“Baiklah, sekarang kau pergilah untuk menjemputnya. Dan bawa dia kembali ke apartemen.” Morgan sedikit bingung apa yang dimaksud sang bos. Tapi yang penting dulu ialah, turuti dulu kemauannya.
Morgan langsung bergegas lari ke tempat parkir dan menyalakan mobil tersebut. Dan melaju kencang menuju tempat tujuan dimana gadis itu berada.
***
Hanya membutuhkan waktu selama kurang lebih sekitar 30 menit untuk sampai disekolah Whittaker High School. Mobilnya perlahan mengurang kecepatan dan memarkirkan mobilnya secara paralel.
Ia sempat terpaku melihat beberapa kerumunan siswa yang tengah melakukan yang tidak ia sukai. Secara tak langsung, ia melihat tas milik gadis itu diambil oleh siswa yang melebihi tingginya.
“Apa yang kalian lakukan?!” Suara Morgan terdengar membentak sehingga kerumunan tersebut menghentikan aksinya. Dan memandang kearahnya.
“Paman Morgan...” Rahang Morgan mulai mengeras ketika melihat Clarissa sudah berantakan, seragam sekolahnya sudah kotor karena tepung. Ingin sekali Morgan menghajar mereka.
“Jauhi dia sekarang juga.” Suara Morgan berubah dan membuat beberapa siswa yang mengganggu Clarissa merinding ketakutan. Bahkan Clarissa mulai menyangka kalau Morgan sudah seperti Dion, sama dinginnya. Sikapnya, sudah seperti kakak Dion. Batin Clarissa memandang pria yang baru saja memberikan perintah.
“Clarissa ayo pulang. Akan aku belikan seragam dan tas baru.” Secara Tiba-tiba Morgan menggendongnya, sebelum pergi ia kembali melemparkan tatapan tajam ada siswa yang mengganggu Clarissa tadi. “Kalau saja kalian mengganggunya, aku tidak segan untuk memutuskan kepala kalian dari badan kalian.”
Tanpa pikir panjang lagi Morgan langsung melajukan mobil itu ke sebuah salon dan melewati jalanan siang Liverpool yang cukup ramai. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan atasannya lakukan jika melihat Clarissa seperti ini. Apa kepalanya akan putus sekali tebasan? Atau lebih parahnya gaji bulanannya dipotong. Tapi, ia sendiri tak percaya bahwa ia baru saja menakuti siswa yang mengganggunya. Bahkan Clarissa yang melihatnya tadi, tidak takut sama sekali. Seolah-olah itu sudah menjadi pemandangan sehari-hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Time Machine
FantasíaDavidtho Dionfilius. Pria yang berjuang mencari rahasia apa dibalik traumanya. Dengan cara kembali kemasa lalu menggunakan Mesin waktu. Lalu bagaimana kisah cinta antara David dengan Clarissa..? Serta apa rahasia dibalik semua itu......? Say no to P...