Bab 7

22 4 2
                                    

"Iya." Jawabnya dingin, Clarissa hanya mengangguk. Lagipula, ia tidak bisa berbuat apa-apa.

Dion memutuskan untuk kembali ke kamarnya, lalu memulai ritualnya di kamar mandi. Setelah beberapa saat ia kembali turun kebawah untuk makan malam.

"Yohannes panggil dia kemari untuk makan malam." Kata Dion yang dibalas anggukan oleh Yohannes.

Yohannes langsung berjalan menuju kamar Clarissa. "Nona tuan meminta anda untuk makan malam." Kata Yohannes.

"Bisakah kau mengantarku kesana?" Pinta Clarissa kalian tahu sendiri keadaan Clarissa. Yohannes langsung menggandeng tangan Clarissa lalu membawanya ke ruang makan. Sesampainya di sana Clarissa duduk di kursi dekat Dion.

"Makanlah." Kata Dion yang di anggukkan oleh Clarissa.

Mereka memulai makan malam namun Clarissa cukup kesusahan karena keadaanya yang belum bisa melihat apa-apa. Huh... Dia benar-benar merepotkan sekali. Batin Dion lalu mendekatkan kursinya ke kursi Clarissa. Dion pun  mengambil piring Clarissa lalu memotong steak Clarissa, "buka mulutmu." Kata Dion dengan dingin.

Clarissa hanya menuruti permintaan Dion karena dia sudah merasakan aura yang mencekam dari Dion dan dia tidak ingin membuat pria itu semakin jengkel kepadanya. Potongan daging pertama masuk kedalam mulutnya, selama ini ia belum pernah memakan makanan yang seenak ini.

"Jika tidak bisa menggunakan garpu dan pisau lebih baik pakai tangan agar kau tidak merepotkanku." Kata Dion apa adanya, sesuai dengan suasana hatinya. Mereka kembali makan dan hanya keheningan yang ada diantara mereka.

Hingga selesai menghabiskan makan malam. Dion menatap gadis itu,  tanpa Yohannes sadari ia melihat tuannya, Dion tersenyum. Sangat lucu, batin Dion sembari melihat wajah gadis itu yang penuh saos barbeque dan bibir yang maju karena di mulut gadis itu masih terdapat steak yang belum ia kunyah.

Dion mengambil tisu lalu mengelap bibir gadis itu, entahlah mengapa ia melakukan itu. Terkadang dia terlihat seperti tidak peduli dan terkadang dia sangat peduli walaupun dia sendiri akan kembali seperti sikap awalnya, yaitu cuek dan berhati dingin bagaikan es.

"Terima kasih." Kata Clarissa yang merasakan pipinya kini tengah memanas.

"Pipimu memerah, apa kau sakit?" Tanya Dion. Hmm, begitulah Dion. Ia memang memiliki kepintaran diatas rata-rata tapi kalian juga harus tahu kalau Dion paling anti soal perempuan jadi maklumi saja oke?

"Ti-tidak apa-apa, aku baik baik saja." Kata Clarissa menghindari Dion, dan di balas anggukan oleh Dion. Dion pum beranjak dari kursinya. Namun, ia melihat Clarissa masih duduk di tempatnya tadi. "Kenapa kau masih disitu?" Apa kau tidak ingat, kalau dia buta Dion. Tanya Dion sambil dirinya membatin.

"Saya sedang menunggu Yohannes, saya belum terbiasa di tempat ini." Kata Clarissa.

"Yohannes sedang keluar. Aku menyuruhnya keluar tadi, biarkan aku yang mengantarmu ke kamar." Kata Dion. Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Dion langsung menarik kursi yang masih diduduki oleh Clarissa. Dan mengangkat tubuh mungil Clarissa lalu menggendongnya kekamar.

"A-apa aku berat? Mungkin kakak cukup menggenggam tanganku saja." Tidak ada sahutan dari Dion. Ah, lebih baik ia diam saja. Daripada, ia membuat Dion marah padanya. Lalu mengusirnya.

Sesampainya di kamar Clarissa, Dion membaringkan tubuh clarissa dengan perlahan di tempat tidur tak lupa juga ia menyelimutinya hingga sebahu. "Tidurlah aku tidak ingin kau merepotkanku nantinya." Jelas Dion.

Clarissa mengangguk dan memejamkan matanya, sedangkan Dion mematikan lampu kamar Clarissa lalu pergi dari sana menuju kamarnya. Sesampainya di kamar miliknya sendiri, Dion mengambil beberapa berkas lalu mengerjakannya. Yah, tidak dikantor tidak di rumah. Dion adalah orang yang sangat giat bekerja begitulah dia.

***

Pagi 06: 30

Morgan sudah menjemput mereka. Karena masih pagi untuk pergi kekantor, mereka memutuskan untuk menghantar Clarissa ke sekolah. Dion dan Clarissa berarda di tempat duduk penumpang. Sedangkan Morgan yang sudah menunggu mereka dari kursi supir. "Selamat pagi, paman Morgan." Sapa Clarissa tak lupa dengan. Senyumannya yang manis.

Morgan pun merasa senang ketika mendapatkan sapaan dari seorang anak kecil yang baru saja sah menjadi bagian keluarga atasannya. "Pagi juga, Clarissa." Balasnya sambil tersenyum, ia tahu kalau Clarissa tidak dapat melihatnya tersenyum. Tapi, ia benar-benar berharap gadis remaja itu bisa melihat dunia ini yang indah.

Hanya keheningan yang ada didalam mobil yang melaju di jalanan itu, Morgan sibuk dengan jalanan didepan. Dion yang sibuk memperhatikan berkasnya. Sedangkan Clarissa hanya diam, ia masih tak ingin memulai pembicaraan apapun. Ia takut, kalau Dion akan merasa terganggu dengan pembicaraannya. Hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk sampai disekolah Clarissa.

Morgan pun menghentikan mobil telat didepan gerbang sekolah Clarissa. "Nanti paman Morgan akan menjemputmu." Clarissa hanya mengangguk dan berbalik badan. Kemudian menggunakan indera pendengaran dan mengetuk tongkatnya pada tanah. Untuk menuntunnya menuju kelasnya, sebelum pergi. Morgan melihat ada beberapa siswa yang membantunya, benar-benar membuatnya bersemangat untuk menjalani kerjanya.

Setelah bayangan Clarissa menghilang diantara lorong sekolah, Morgan kembali melajukan mobilnya kekantor. Ia tidak ingin atasannya menunggu terlalu lama. Sesampainya di kantor, mereka langsung menuju ruangannya masing-masing.

***

Dreettttt dreetttt

Suara ponsel Morgan berdering saat ia baru saja masuk ke dalam ruanganya. Dari Marison, kuharap ia membawa kabar baik. Tanpa berpikir panjang ia langsung mengangkat panggilan tersebut. "Ada informasi apa?" Tanya Morgan pada orang itu.

"Seprtinya anda sangat terburu-buru." Kata orang itu yang tak lain adalah Marison.

"Cepatlah. Aku tidak punya banyak waktu. Aku tidak ingin atasanku tahu hal ini." Jawab Morgan, ia memang tak ingin atasannya tahu bahwa dia sedang mencari tahu sesuatu tentangnya.

"Saya..." Jeda Marison. Membuat Morgan merasa ingin memukulnya sekarang juga.

Waktuku tidak banyak lagi. Kenapa dia menjeda perkataannya? Batin Morgan yang masih menunggu penjelasan dari Marison.

***

Halo Raiders ^_^ menurut kalian apa yang akan terjadi?

Namun entahlah saya saja tak tau bagaimana kelanjutanya, karena nanti bukan saya yang akan melanjutkanya namun Author yang lain, mungkin semua akan terbongkar / bisa jadi tidak, semua tergantung Author yang akan bertugas.

Tapi menurut saya kelanjutanya akannnnn ettt, enak aja mau dikasih tau 😝 entar dong pas udah up Bab selanjutnya baru kalian tau, so tetap tunggu cerita dari kami oke.

Salam hangat dari author WIML_Family_2020 ^_^

Kami dari semua author WIML mengucap Mon maaf lahir dan batin, selamat hari raya idul fitri bagi yang melaksanakan, saya terima kertik dan saran dari kalian semua, jangan lupa vote sher dan comment oke, btw bab ini dibuat oleh Author ArlinHerlina1, dan nantikan terus bab baru yang akan di buat oleh Author lainnya.

WIML_Family_2020

The Time MachineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang