Tangan itu masih saja menarik rambut Clarissa, bahkan tarikannya jauh lebih kuat dari sebelumnya. Dan tentu saja itu membuat Clarissa meneteskan air matanya menahan perih di kepalanya.
"Ck, ternyata orang buta bisa menangis juga ya." Ucap orang tadi diakhiri tawa mengejeknya.
Suaranya berat, mungkin itu seorang Pria.
Tangan kanan Clarissa mencengkram tangan itu, guna melepas jambakan pada rambutnya. Sementara tangan kirinya masih setia Memegangi tongkat yang selama ini ia gunakan sebagai matanya.
Clarissa berusaha semakin mencekram tangan orang itu dengan sekuat tenaga. Bahkan jari tangan yang memucat tidak dipedulikan hingga orang itu mengeram kala tangannya merasakan perih.
"Shit. Kau berani juga ternyata." Ucap orang itu lalu kembali menarik paksa rambut Clarissa.
"Le -lepasskan!" Ucap Clarissa diselingi oleh rintihannya.
Sementara orang itu tidak memedulikannya dan melanjutkan langkahnya kembali, dan kini semakin memperkuat jambakannya pada rambut Clarissa.
Hingga akhirnya, tangan itu melepaskan jambakan rambut Clarissa dan mendorong nya membuat Clarissa merasa tubuhnya tersungkur kebawah.
"Aaww sshh." rintihnya ketika merasakan kakinya seperti diinjak oleh seseorang.
"Kau itu tidak lebih dari seorang budak, dan kau masih berani melawan kami? Ckckck gadis buta yang bodoh." Ucap orang itu lalu mencengkeram kuat kedua pipi Clarissa menggunakan tangan kanannya.
Pendengaran Clarissa menangkap suara langkah kaki. Tidak itu bukan hanya sepasang kaki, namun lebih dari 6 pasang kaki.
Membuat Clarissa menelan ludahnya dengan susah payah. Dan merasa bahwa matanyalah yang membuatnya sudah seperti ini.
Sungguh, baru kali ini Clarissa menyalahkan matanya.
"Hai Clarissa. Bagaimana jika kita bertukar nama? Sungguh namamu terlalu indah untuk gadis sampah sepertimu." Ucap salah satu dari mereka yang membuat Clarissa sedikit geram.
Dia ah maksudku pria yang tadinya mencengkram pipi Clarissa kini melepaskan cengkramannya membuat Clarissa sedikit lega karna rasa sakit yang ia tahan sedikit berkurang.
Bahkan tanpa clarissa sadari sebentar lagi mereka akan membuat seorang Clarissa menjerit ketakutan.
Disisi lain, Morgan kini tengah berada di aula sekolah Clarissa. Nafasnya sedikit gusar, matanya menatap kesekeliling, ia tak menemukan tanda-tanda adanya Clarissa.
Tangan kanannya mengusap wajahnya sendiri dengan kasar.
"Kemana gadis itu?" Tanyanya pada dirinya sendiri. Kakinya kini berjalan menuju dalam sekolah itu.
Hingga pada akhirnya matanya menangkap dua orang gadis yang tadinya membantu Clarissa berjalan.
Morgan segera menghampiri dua gadis itu."Hei, kalian tau kemana gadis tadi berada?" Tanya Morgan yang kini sudah berada didepan dua gadis itu.
"Gadis? Disini banyak gadis, Tuan." Ucap salah satu dari dua gadis itu.
"Em maksudku gadis buta yang kalian bantu tadi." Jelas Morgan yang membuat dua gadis itu mengangguk dan membentuk O dimulut mereka.
"Kami tidak melihatnya, Tuan." Sahut dua gadis itu bersamaan.
Morgan sedikit tersentak mendengar jawaban dari kedua gadis itu .
'Kemana dia' , batinnya lalu memijat pelipisnya sendiri.
"Emm mungkin dia sedang bermain atau berjalan-jalan. Kami permisi, Tuan." Ucap salah satunya lalu melangkah meninggalkan Morgan yang masih bingung dengan keberadaan Clarissa.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Time Machine
FantasíaDavidtho Dionfilius. Pria yang berjuang mencari rahasia apa dibalik traumanya. Dengan cara kembali kemasa lalu menggunakan Mesin waktu. Lalu bagaimana kisah cinta antara David dengan Clarissa..? Serta apa rahasia dibalik semua itu......? Say no to P...