Bab 5

24 5 0
                                    

Dion memijat pelipisnya sendiri, kepalanya sangat pusing saat ini.
Setelah mendengar bahwa Rico membunuh anak buahnya, dirinya langsung memikirkan cara lain agar bisa memata-matai Rico. Tapi apa yang harus dia lakukan saat ini, kepalanya sudah berat hingga akhirnya dia memutuskan untuk pulang menuju rumahnya.

"Morgan antarkan aku pulang ke rumah." Perintahnya dingin yang langsung membuat Morgan mematuhinya.

Dion melangkahkan kakinya menuju mobil kesayangannya, diikuti oleh Morgan yang ini berada dibelakangnya. Mereka berdua masuk ke dalam mobil dan mencari tempat yang nyaman, Morgan duduk dikursi pengemudi sementara Dion duduk dikursi penumpang belakang.

Tangan kanan Dion masih tetap memijat pelipisnya, hingga akhirnya matanya tertuju pada jalanan otaknya kembali berputar mengingat sesuatu.

"Morgan, antarkan aku menuju rumah Sakit." Perintah Dion dingin yang selalu saja dipatuhi oleh Morgan.

Kini tujuan mengemudi mereka adalah menuju rumah sakit, entah apa yang membuat Dion ingin ke sana. Yang kutahu, dirinya kini menatap jalanan dengan tatapan datar dan sesekali memejamkan matanya guna merilekskan pikirannya. Tak butuh waktu lama, kini mereka sudah sampai ditempat tujuan mereka. Rumah sakit.

Disana Dion diikuti Morgan berjalan menuju sebuah ruangan. Dion membuka pintu ruangan serba putih dengan bau khas obat-obatan itu matanya melihat ada seorang gadis yang kini tengah tidur di sebuah ranjang rumah sakit dengan nafas yang teratur.

"Morgan, kau tanya dokter tentang bagaimana keadaan gadis ini." Perintah Dion sekali lagi.

"Baik, Mr." Morgan menundukkan kepalanya lalu berjalan menuju ruangan dokter yang ia temui kemarin.

Sementara Dion kini tengah terduduk disalah satu kursi yang sudah disediakan disana, matanya memandang gadis yang tengah tertidur diranjang itu.

'Aku pernah menemui gadis ini, tapi dimana?' batinnya bertanya yang membuat otaknya kembali berpikir namun sial lagi-lagi hasilnya adalah NIHIL.

Dion dikagetkan oleh pintu yang dibuka oleh Morgan, mata Dark Brown nya menatap Morgan dengan tatapan bertanya namun dingin bahkan rasanya seperti menusuk tulang Morgan.

"Bagaimana keadaan gadis itu?" Tanya Dion tetap dengan nada dinginnya.

"Gadis itu sedikit mengalami trauma, Mr. Entah karna apa namun kondisinya sedikit tidak baik." Jawab Morgan diikuti dengan kepala yang menunduk.

'Selalu saja begitu.' batin kesal Dion ketika mendapati Morgan selalu menundukkan kepala jika berada di hadapannya.

Hey apa aku terlihat sangat menakutkan? Pikirnya lalu mendengus kecil.

"Tentang pendonor mata? Apa gadis itu sudah menemukannya?" Tanya Dion sekali lagi.

"Belum, Mr. Belum ada pendonor untuk gadis itu." Jawab Morgan yang mendapat anggukan kecil dari Dion.

"Hmm, bagaimana jika kita pulangkan gadis itu. Ah sialnya dia tidak punya rumah." Ucap Dion dengan nada sedikit kesal.

Tiba-tiba ada sebuah pikiran yang melintas diotak Morgan, tapi sebelum ia mengatakan kepada atasannya itu dia harus berpikir 1000×.

Bagaimana jika Dion menolak? Karna Dion sangat anti dengan wanita kan? Bagaimana jika Dion tidak ingin ribet karna urusan wanita? Pikiran Morgan melayang tinggi, mungkin bisa menembus atmosfer bumi.

Sementara Dion, kini pria itu masih memikirkan cara agar gadis itu bisa selamat sampai dia mendapatkan pendonor yang tepat.

"Mr." Panggil Morgan dengan nada gugup.

The Time MachineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang