Seorang pria yang mengenakan pakaian formal berdiri dihadapan Morgan yang tengah menunggu jawaban darinya. "Kita bicarakan diluar kantor. Nanti siang, temui aku di Cafe Village Age's."
"Baiklah." Morgan hanya diam dan menatap punggung Marison menghilang dari balik pintu ruangannya. "Hah... Tak kusangka akan serumit ini." Gumamnya lalu melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
Beberapa jam setelah menyelesaikan pekerjaannya, ia memutuskan untuk menemui Marison yang sudah mereka janjikan. Untunglah Dion tidak menghentikannya.
Mobil Lykan Hypersport milik Morgan melaju cepat dijalanan yang cukup sepi. Ia tidak ingin membuat Marison menunggunya terlalu lama, hanya membutuhkan 10 menit untuk sampai ditempat tujuan. Saat memarkirkan mobilnya, ia melihat Marison juga baru turun dari taksi.
"Aku kira kau sudah menunggu lama." Morgan hanya mengendikkan bahunya dan mengikuti Marison dari belakang.
"Aku sudah berusaha untuk mencari semua informasi tentangnya. Tetapi, beberapa dari yang aku dapatkan semuanya tidak sama persis dengan data yang aku kumpulkan sebelumnya." Jelas Marison lalu menyesap kopinya yang baru saja ia pesan.
"Begitu ya.. aku rasa kau harus mencarinya ditempat lain. Mungkin, seperti tempat kelahirannya?" Alis Marison terangkat sebentar lalu memikirkan apa yang dipikirkan oleh Morgan. Tangannya masih mengaduk-aduk kopinya, sambil berpikir.
"Apa dia orang yang lahir disini?" Tanya Marison. Morgan berpikir sebentar, seingatnya Dion tidak memiliki aksen British yang begitu kental. Sepertinya, dia bukan lahir disini.
"Akan aku selidiki. Setahuku dia bukan orang asli Liverpool, akan aku hubungi lagi jika aku menemukan sesuatu." Marison mengangguk lalu menyesap lagi kopinya.
Tiba-tiba saja ponsel pintar milik Morgan bergetar didalam saku jasnya. "Ada apa?" Beberapa detik kemudian matanya melebar dan Morgan menggigit bibirnya, sebelum ia memutuskan panggilannya.
"Ada apa? Terjadi sesuatu?" Morgan mengangguk lalu mengeluarkan kunci mobilnya lalu pamit kepada Marison. Ia terlihat terburu-buru meninggalkan Cafe.
"Ah.. sial. Kenapa harus sekarang." Rahangnya menegang dan Morgan menambah kecepatan mobilnya. Tak lama kemudian, ia sampai diparkiran kantor. Lalu tergesa-gesa masuk kedalam lift dan masuk kedalam ruangan Dion.
"Anda baik-baik saja?!" Morgan langsung menghampiri Dion yang tengah menatap mayat burung yang mungkin saja baru ia bunuh.
"Menyingkirlah!" Dion menepis tangan Morgan, dan saat itu juga insting Morgan mengatakan kalau ia harus memaksa Dion meminum obatnya. Hampir saja benda tajam menembus Morgan, tapi untunglah tangannya bergerak cepat dan menggenggam ujung pisau tersebut. Tidak peduli jika tangannya harus terluka.
"Sadarlah! Anda tidak boleh melakukan ini." Morgan sempat mengiris kesakitan karena tangannya baru saja mengeluarkan darah, dan Dion mulai menjauhkan dirinya dari Morgan. Wajahnya memucat, keringat dingin mengucur deras dari dahinya lalu menghilang dibalik pakaiannya.
"Hah... Hah..." Pandangan Dion mulai mengabur sebelum pada akhirnya ia tak sadarkan diri. "Mr! Ah.. sial." Morgan mengabaikan rasa sakit yang muncul dari telapak tangannya yang masih saja mengeluarkan darah. Yang penting ia harus membawa Dion kerumah sakit,
"Tolong bersihkan ruangan Mr. Dion. Aku akan pergi membawanya kerumah sakit." Petugas kebersihan yang kebetulan sedang lewat didepan kantor Dion mengangguk mengerti lalu membersihkan ruangan pimpinannya.
Morgan memilih untuk melewati jalan khusus agar beberapa karyawan Dion tidak melihatnya yang nyaris saja membunuh dirinya. "Kumohon, bertahanlah sebentar lagi."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Time Machine
FantasíaDavidtho Dionfilius. Pria yang berjuang mencari rahasia apa dibalik traumanya. Dengan cara kembali kemasa lalu menggunakan Mesin waktu. Lalu bagaimana kisah cinta antara David dengan Clarissa..? Serta apa rahasia dibalik semua itu......? Say no to P...