Langit gelap tanpa bintang, bagimana jika bintang itu nantinya akan berguguran dan meninggalkan langit malam? Secercah cahaya yang ada bahkan tak lagi dapat diharapkan keberadaannya.
Namun walaupun demikian gelapnya malam tetaplah hal yang paling terbaik, semua orang mengatakan malam banyak menyimpan rahasia dan begitu pula dengan seorang pemuda yang tengah berdiri di balkon kamarnya menantang langit.
Entah tengah menghitung bintang atau hanya sekedar memandangnya, sudah sekitar 30 menit lamanya ia berdiri disana tak menghiraukan presensi sang adik yang menatapnya dari balik selimut tebal.
"Sampai kapan hyung akan berdiri disana?" Sang adik yang sedari tadi hanya berkedip melihat perilaku sang kakak mulai mengeluarkan suara lirihnya.
"Entahlah, sebaiknya kau tidur hyung akan menutup jendelanya." Pemuda itu mulai menjauh dari balkon dan mengunci jenda kaca guna menghalangi angin yang datang menerpa tubuh sang adik.
"Hyung, kau akan kemana?" Selimut tersibak secara tiba-tiba ketika si empu bangkit dari ranjangnya.
"Tidurlah, hyung ingin keluar sebentar." Yang lebih muda hanya mengangguk singkat dan kembali menyembunyikan tubuhnya di balik selimut.
Suara pintu tertutup diiringi dengan langkah ringan, Jimin pemuda yang baru saja keluar setelah meminta Jungkook untuk tidur.
Ponsel pemuda itu berdering menandakan pesan singkat masuk kedalam benda pipih itu.
'Aku akan kembali ke Korea lusa, kau tidak akan lupa untuk menjemputku bukan?'
Manik hazel pemuda itu menelusuri setiap kalimat sebelum membalas dengan ucapan cukup singkat.
Niatnya yang ingin menghabiskan malam di taman belakang rumah harus ia urungkan saat udara dingin musim gugur membuatnya menggigil.
Kembali masuk kedalam setelah menutup semua pintu. Berjalan santai menuju kamarnya dengan sang adik yang telah terlelap.
Kondisi rumah yang sepi karena kedua orang tuanya harus pergi untuk perjalanan bisnis mereka.
Pemuda bernama Jimin itu naik ke atas ranjangnya dan mulai memeluk sang adik, memberikan kehangatan untuk saudaranya itu.
Jungkook pun membalas pelukan itu dan menyembunyinkan wajah pucatnya di bahu sang kakak.
🍃🍃🍃
"Jungkook hyung sudah menyiapkan sarapan, ada kelas pagi hari ini jadi kau baik-baik dirumah." Jimin beranjak dan melepas apronnya.
Jungkook yang baru saja turun membalas ucapan sang kakak dengan angukan dan segera pergi ke meja untuk menyantap makananya.
Universitas tempat Jimin menuntut ilmu, pemuda itu mengambil jurusan managemen bisnis guna meneruskan usaha keluarganya.
Tadinya beasiswa sekolah kedokteran didepan matanya, ia memiliki kesempatan untuk kuliah di London berasa Taehyung sepupunya.
Namun Jimin menolak itu dan memilih untuk tetap di Korea dan menjaga sang adik.
Jungkook seharusnya menginjakkan kakinya di sekolah menengah atas, tetapi kondisi jantung Jungkook yang memiliki kelainan sejak ia kecil membuat remaja itu harus mendapan guru privat yang akan mengajarnya di rumah.
Hari berlalu lebih cepat dari dugaan Jimin sebelumnya, badanya benar-benar letih. Ia pikir dapat beristirahat setelah menyelesaikan kuliahnya, namun sesampainya di rumah kondisi Jungkook yang tiba-tiba turun membuat Jimin harus membawa adiknya itu ke rumah sakit.
Semalaman Jimin tak dapat tidur walau hanya memejamkan matanya. Kedua orang tuanya menghubungi jika akan segera kembali karena mengetahui kondisi Jungkook.
Pagi menjelang, Jungkook sudah kembali pulih. Remaja itu sedari tadi memamerkan gigi kelincinya, saat ia melihat Jimin yang jatuh karena menginjak tali sepatunya sendiri.
Sungguh menyebalkan memang.
"Masih ingin tertawa?" Jimin mengusap dada Jungkook yang naik turun tak beraturan. Tertawa yang begitu lepas tadi membuat Jungkook harus merasakan sesak di dadanya.
"Ini salah hyung." Pemuda yang lebih muda memajukan bibirnya tanda merajuk. Jimin lebih tenang saat Jungkook mulai dapar bicara normal, beberapa saat lalu napas Jungkook tersenggal dan berhasil membuat jantung Jimin berpacu lebih cepat.
"Bukankah eomma dan appa akan pulang hyung?"
Pertanyaan sang adik mendapat anggukan dari pemuda yang tengah menuang air.
"Ne, mereka akan datang besok." Jimin menyodorkan gelas berisi air itu.
"Lalu Tae-tae hyung?"
"Tae akan tiba pukul 10.00 nanti." Jungkook mengernyit menatap sang kakak yang kini sibuk membuka novelnya.
"Tapi hyung, sekarang pukul 11.00" Jimin segera mengangkat kepalanya menjauhkan pandang dari novelnya. Menatap Jungkook yang berkedip beberapa kali membalas tatapannya.
Lalu mengecek arloji di pergelangan tangannya.
"Aish....... mengapa kau baru mengatakannya sekarang." Jimin segera bangkit menyambar kunci mobil diatas nakas dan melesat pergi meninggalkan ruang rawat sang adik.
Bersambung.............
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Real
General FictionTerbagun dan kembali tertidur dengan situasi yang membingungkan, tak ada jawaban hanya labirin tanpa ujung. - Park Jimin - Diriku dan segala pertanyaanku.