"Jim...... Jimin-ah!"
"Ap...appa!" Pemuda Si sulung keluarga Park terlonjak dari tidurnya.
"Kau baik-baik saja? Apakah bermimpi buruk?" Jimin mengerjab beberapa kali, mengusap wajahnya berusaha memastikan jika ia tidak sedang bermimpi.
"Jim"
"Ah... ne aku baik-baik saja." Tuan Park menarik senyum dan mengusap rambut putranya pelan.
"Jangan membuat appa khawatir, cukup Jungkook yang membuat semuanya cemas." Jimin mengangguk singkat dan kembali menarik selimut hangatnya.
Tuan Park sendiri mulai beranjak dari kamar putranya dan menutup pintu perlahan. Jimin masih dibuat bingung dengan semua kejadian yang ia alami, mimpi-mimpi itu terasa sangat nyata baginya.
Getaran ponsel diatas nakas membuat Jimin mengalihkan pandangannya, layar ponselnya menyala menunjukkan pesan masuk disana.
'Aku akan kembali ke Korea lusa, kau tidak akan lupa untuk menjemputku bukan?'
Jimin mengusak rambutnya kasar, sungguh ketika ia terbangun hal ini selalu terjadi. Pesan yang sama dan hari yang sama.
Hingga pagi menjang Jimin sama sekali tak dapat kembali terlelap. Pandangannya kosong menatap keluar balkon kamarnya.
Kepingan mimpi yang seakan masih melekat di benaknya, bahkan ia juga belum membalas pesan Taehyung.
Pintu kamar pemuda itu terbuka menampakkan sang ibu yang masuk dengan membawa nampan berisi sarapan.
"Kau tidak turun untuk sarapan, apa semua baik-baik saja? Appa mengatakan jika kau bermimpi buruk semalam." Jimin hanya menarik senyum dan mengahmpiri sang ibu yang menyiapkan sarapannya.
"Aku baik-baik saja eomma, hanya saja sepertinya aku sedikit tak enak badan." Nyonya Park mengusap wajah putranya dan mengecup singkat kening Jimin.
"Baiklah kalau begitu habiskan sarapanmu dan istirahatlah, apa perlu eomma ijinkan pada dosenmu?"
"Aku akan meminta ijin sendiri nanti, eomma tak perlu khawatir."
Setelah sang ibu beranjak Jimin mulai menyuapkan roti kedalam mulutnya, dan mulai menegak habis susu hangatnya.
"Jimin hyung!" Suara pintu terbuka terdengar nyaring, Jungkook berjalan cepat mendekati sang kakak dan menyentuh kening si sulung.
"Eomma mengatakan jika hyung sakit, apakah perlu Cooky panggilkan dokter?"
"Tidak perlu, hyung merasa lebih baik sekarang apakah guru privatmu tak datang? Mengapa kau disini?" Jimin mengemasi piring dan gelasnya, sementara Jungkook hanya menatap kegiatan sang kakak.
"Dia mengatakan ada keperluan jadi tak akan datang beberapa hari kedepan, bukankah itu bagus aku bisa bermain game."
Jimin menarik senyum tipis dan beranjak menuju kamar mandi. Sementara Jungkook merangkak naik ke atas ranjang sang kakak dan menidurkan tubuhnya.
"Aku suka aroma kasur ini." Gumam Jungkook yang masih didengar Jimin.
"Aku tak mandi sejak kemarin, apakah kau masih suka aroma kasur itu?"
Mendengar ucapan Jimin, Jungkook segera bangkit dan menatap sebal sang kakak.
🍃🍃🍃
Seharian ini Jimin menemani Jungkook belajar dan memasak makanan untuk adiknya, kedua orang tuanya pergi sejak pagi. Mereka ada beberapa masalah di kantor dan juga dengan beberapa kolega.
Sungguh sebenarnya Jimin ingin tidur dan melupakan mimpi sialan itu.
"Hyung aku ingin kue coklat." Jungkook yang memasuki kamar jimin tiba-tiba mengatakan hal itu, Jimin melirik jam dinding saat ini pukul 22.00 mungkin masih ada toko roti yang buka.
"Baikalah kajja." Jimin menyambar kunci mobil dan jaketnya, Jungkook mengikuti sang kakak ia juga sudah siap dengan mantel hangatnya.
Jalanan kota cukup lengang, mungkin karena cuaca yang cukup bersalju membuat semua orang memilih untuk diam dirumah.
"Pilih yang kau inginkan." Jimin mendudukkan tubuhnya di salah satu kursi, memberi kesempatan Jungkook untuk memilih cake yang ia inginkan.
Sekitar 20 menit akhirnya kedua pemuda itu membawa pulang sekotak cake coklat. Ya.... tidak sekotak penuh karena Jungkook telah melahap separuhnya.
Jimin yang fokus mengemudi tak memperhatikan ponselnya yang bergerar, jadi Jungkook lah yang menerima panggilan untuk kakaknya.
"Hyung eomma dan appa tak akan pulang malam ini, mereka mengatakan akan pulang besok." Jimin mengangguk sekilas dan menepikan mobilnya.
"Tunggu di sini hyung akan segera kembali." Jungkook menatap sang kakak yang keluar dari mobil dan memasuki sebuah minimarket.
Tak lama Jimin kembali dengan membawa beberapa camilan dan susu pisang.
"Woah...... banyak sekali hyung!"
"Entahlah aku hanya ingin, sesampainya dirumah segeralah istirahat."
"Siap...." Jungkook berucap semangat dan kembali melahap cake coklatnya.
"Kau habiskan semuanya? Yak..... Jungkook-ah."
Bersambung...........
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Real
General FictionTerbagun dan kembali tertidur dengan situasi yang membingungkan, tak ada jawaban hanya labirin tanpa ujung. - Park Jimin - Diriku dan segala pertanyaanku.