"Cooky, apa kau baik-baik saja di rumah seorang diri?" Jimin baru akan berangkat menjemput Taehyung di bandara, namun ia ragu jika harus meninggalkan Jungkook di rumah seorang diri.
"Eomma dan appa akan segera pulang, aku akan baik-baik saja hyung." Si sulung menggela napas sembari terus menatap si bungsu.
"Baiklah, hubungi hyung jika eomma dan appa tiba." Jimin segera menyambar kunci mobilnya, ia sudah terlambat menjemput Taehyung di bandara.
Mobil hitam Jimin membelah jalan kota, ia lebih berhati-hati kali ini karena jalan yang licin. Setibanya di bandara Jimin berusaha mengirim pesan pada sepupunya karena ia tak dapat menemukan keberadaan pemuda itu di bandara.
'Aku ada di cafe bandara.'
Setelah membaca pesan itu Jimin bergegas menuju cafe, dan benar saja Taehyung tengah menunggu di sana.
"Tae!" Seru Jimin dan membuat Taehyung mengalihkan pandangannya dari biskuit di hadapannya.
"Aish..... lama sekali kau, aku lapar asal kau tau!" Proter Taehyung sembari mengemasi barangnya.
"Mianhae aku cemas meninggalkan Jungkook sendiri dirumah."
"Oh..... Jungkook sendirian?"
"Ani, tadinya ia sendiri tetapi ia sudah mengirim pesan jika eomma dan appa sudah pulang. Kita pergi sekarang?" Taehyung mengangguk mantap seraya menyeret kopernya keluar dari lokasi kafe.
"Jim, bisa kita makan malam dulu? Aku sangat rindu pangsit buatan Bibi Cha."
"Baiklah kalau begitu." Jimin mulai menjalankan mobil dan menuju kedai Bibi Cha, ia merupakan langganan Jimin dan Taehyung saat masih sekolah menengah dulu.
Kedua pemuda itu menikmati makannan masing-masing dalam diam, hingga suapan terakhir Taehyung menyeka mulutnya dengan mulai bergumam tentang pangsit yang baru saja masuk ke perutnya.
"Kita pulang sekarang?" Pertanyaan Jimin di balas anggukan oleh Taehyung, mereka sudah kenyang sekarang dan ingin segera beristirahat.
Perjalanan terasa cepat karena jalan yang sepi, sesampainya di gerbang utama Jimin beberapa kali menekan klakson karena gerbang yang terkunci.
"Apakah mereka keluar?" Taehyung mengajukan pertanyaan tetapi Jimin juga tidak tau akan hal itu. Jungkook tak mengirim pesan padanya.
"Aku akan turun dan coba lewat gerbang belakang." Jimin turun dari mobil dan diikuti Taehyung.
Kedua pemuda itu mencari jalan lain, dan ternyata gerbang belakang tidak terkunci.
"Mengapa di dalam rumah sangat gelap? Apa mereka sudah tidur?" Lagi-lagi pertanyaan Taehyung hanya dibalas gelengan oleh Jimin.
Jimin berusaha membuka pintu belakang dan ternyata pintu itu juga tidak terkunci, kondisi rumah benar-benar gelap.
"Astaga dimana saklar lampu." Tangan Jimin meraba dinding guna mencari saklar.
'Tak'
Lampu menyala terang, tak ada siapapun di sana. Jimin dan Taehyung kembali melangkah memasuki rumah.
"Jungkook-ah!"
"Eomma!"
"Appa!"
Jimin bergantian memanggil ketiga orang keluargannya, tak ada balasan Jimin semakin resah. Ia memilih untuk menuju pintu utama dan membuka gerbang setelahnya.
"Tae, bisakah kau nyalakan lampunya?"
"Ah...ne."
Dan ketika lampu menyala, hal tak terduga tersuguh di hadapan kedua pemuda itu.
"A.....appa." Tuan Park terbaring di dekat pintu utama dengan kepala yang mengeluarkan darah pekat, genangan merah itu mengotori dinding dan pintu utama.
"Appa! Appa jebal ireona........."
"Jimin-ah!" Panggil Taehyung saat melihat darah yang mengalir di anak tangga.
"Eomma......... Jungkook......." Taehyung mengikuti langkah Jimin menaiki anak tangga.
Dan disana Nyonya Park terbaring tak bernyawa dengan kepala yang mengeluarkan darah pula.
Taehyung sudah tak tahan lagi, pemuda itu menghubungi petugas kepolisian dan ambulance.
"Eomma...... hiks..... jebal........, Jungkookie..... Cooky.....!" Jimin bangkit dengan terhuyun mencari keberadaan sang adik, berharap si bungsu akan baik-baik saja.
Tetapi semua harapan itu hanya sebatas harapan. Nyatanya Jungkook juga telah tiada dengan hal serupa seperti kedua orang tuanya.
Jimin yang terlalu syok menjatuhkan tubuhnya di depan kamar sang adik, tatapan kosong dengan wajah pucat. Bahkan untuk menangis saja pemuda itu tak mampu lagi.
"Jim, tenanglah petugas akan segera datang."
Ya..... benar saja tak lama para petugas datang dan membawa mayat ketiga orang itu untuk dilakukan autopsi.
Beberapa petugas kepolisian mendekati Jimin yang masih dengan kondisi sama.
"Maaf tuan, bisakah anda ikut kami untuk melakukan pemeriksaan?" Diam, Jimin hanya diam. Taehyung mengusap pundak saudaranya dan menatap petugas kepolisian itu.
"Dia masih terlalu syok, kalian bisa datang lagi setelah pemakaman." Para petugas itu mengangguk dan keluar meninggalkan kediaman Park.
🍃🍃🍃
Prosesi pemakaman berjalan lancar, tetapi Jimin tetap saja tak mau membuka suaranya. Setelah kembali dari rumah duka Jimin memilih untuk mengurung diri di kamar.
Walaupun Jimin tak mengunci kamarnya Taehyung cukup kualahan menghadapi sepupunya itu.
Jimin saat ini tengah meringkuk diatas ranjangnya, tak perlu air mata untuk menggambarkan hancurnya seorang Park Jimin.
"Jimin hyung!"
Suara itu, membuat Jimin bangkit dari ranjangnya. Itu suara Jungkook, dan Jimin yakin itu.
"Hyung, Jimin hyung!"
Bersambung.......
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Real
General FictionTerbagun dan kembali tertidur dengan situasi yang membingungkan, tak ada jawaban hanya labirin tanpa ujung. - Park Jimin - Diriku dan segala pertanyaanku.